Apa Itu Radikal?

Penulis : Ikbal Raehan Rahmatulloh


Tidak disadari, ketika Idulfitri 1444 H / 2023 terjadi radikalisme yang dilakukan oleh pemerintah Pekalongan dan Sukabumi terkait pelarangan penggunaan fasilitas publik untuk pelaksanaan sholat Idul Fitri dikarenakan berbeda dengan Muhammadiyah. Namun setelah kejadian pelarangan penggunaan fasilitas public, terjadi ujaran radikal yaitu upaya menebarkan kebencian umat dan per pecahan umat Islam khususnya Persyarikatan Muhammadiyah yang diancam oleh A.P Hasanudin dan Thomas Djamaludin. Tapi Apa sih Radikal itu dan Bagaimana oranng – orang bisa dianggap Radikal?

  1. Memahami Pengertian Radikal, Radikalisme

Secara epitimologi radikal berasal dari kata latin yang berarti “Akar”. Kata radikal sesungguhnya netral. Menurut The Concise Oxford Dictionary  (1987), istilah radikal berarti ‘akar’, ‘sumber’, atau ‘asal muasal’. Dimaknai lebih luas, istilah radikal mengacu pada hal – hal mendasar, prinsip – prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala, atau juga bisa bermakna “tidak biasanya”.  Dalam buku Prasanta Chakaravaty yang berjudul : Like parchment in the fire: Literature and Radicalisme in the English Civil War Radical merupakan kata yang berasal dari kata latin yaitu radix artinya pertaining to the roots ( memiliki hubungan dengan akar). Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan radikal “ Secara mendasar, maju dalam berfikir atau bertindak”. Sedangkan Encarta Dictionaries  mengartikan kata Radical sebagai “Favoring major changes: favoring or making economic, political or social changes of sweeping or extreme nature” ( membantu terjadinya perubahan – perubahan besar, terutama membantu terjadinya atau membuat perubahan ekonomis, politis, atau perubahan sosial secara luas atau ekstrem).

Sama halnya dengan Radikal. Radikalisme menurut dalam studi sosial merupakan pandangan yang ingun melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan realitas atau ideology yang dianutnya.  Radikal dan Radikalisme memiliki konsep yang sama yaitu netral dan  tidaak bersifat pejoratif. Radikalisme mempunyai proses perubahan yang memiliki cara damai, kekerasan dan persuati. Jadi, pengertian dari kata Radikalisme adalah sebagai suatu sikap yang mendambakan  perubahan dari status quo dengan suatu yang baru sama sekali berbeda dengan yang awal.

 

  1. Radikal menurut para filsuf

Konsep Radikalisme sering menjadi topic diskusi para filsuf dalam mengkaji etika, politik, dan masyarakat. Para filsuf memberikan pandangan dan pendapat yang berbeda – beda terkait dengan pengertian radikan dan kaitannya dengan kehidupan sosial dan politik.

Beberapa pandangan dari para filsuf tentang pengertian radikal yaitu

1.      Friedrich Nietzche

Nietzche memberikan pandangan bahwa radikalisme merupakan kekuatan positif dalam transformasi sosial. Baginya, radikalisme adalah semangat untuk menciptakan kebebasan dan perubahan yang memerlukan sikap berani dan tindakan terbuka. Namun, ia menekankan pentingnya pemikiran kritis dan refleksi diri dalam menghadapi radikalisme agar tidak menjadi destruktif.

2.      Jean-Paul Sartre

Sartre memandang radikalisme sebagai sikap atau tindakan yang muncul dari ketidakpuasan terhadap status quo. Baginya, radikalisme merupakan upaya untuk mengubah sistem atau struktur sosial yang dianggap tidak adil dan menguntungkan kelompok tertentu saja. Namun, Sartre juga menekankan pentingnya menghindari kekerasan dalam menghadapi ketidak adilan sosial.

3.      Hannah Arendt

Arendt menekankan bahwa radikalisme dapat menjadi bahaya ketika tidak diimbangi dengan pemikiran kritis dan moralitas. Baginya, radikalisme yang hanya berfokus pada tujuan atau agenda tertentu tanpa memperhatikan akibat dan konsekuensinya dapat menimbulkan kekacauan dan merusak tatanan sosial. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya refleksi diri dan dialog sebagai cara untuk radikalisme

 

  1. Bagaimana orang bisa dianggap Radikal

Istilah radikal sering digunakan dalam konteks politik dan sosial untuk menggambarkan individu atau kelompok yang memegang pandangan yang sangat ekstrim atau jauh dari pandangan mayoritas. Namun, definisi dan persepsi tentang apa yang dianggap radikal dapat bervariasi diantara masyarakat dan kelompok politik yang berbeda.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dianggap radikal, antara lain:

1.      Pendapat politik

Seseorang dapat dianggap radikal jika ia memegang pandangan politik yang sangat ekstrem dan bertentangan dengan pandangan mayoritas. Misalnya, orang yang mendukung ideologi ekstrem seperti fasisme atau komunisme sering dianggap radikal

2.      Tindakan ekstrem

Tindakan ekstrem seperti kekerasan, terorisme, atau tindakan criminal dapat membuat seseorang atau dianggap radikal. Tindakan tersebut sering dilakukan oleh kelompok – kelompok ekstremis seperti kelompok teroris atau kelompok yang melakukan kekerasan dalam demontrasi politik.

3.      Kepribadian dan penampilan

Seseorang atau kelompok dapat dianggap radikal berdasarkan kepribadian  atau kelompok dapat dianggap radikal berdasarkan kepribadian dan penampilan mereka. Orang yang memiliki penampilan yang tidak biasa, seperti rambut atau pakaian yang mencolok, dapat dianggap radikal oleh masyarakat yang konservartif. Selain itu, seorang terlihat agresif atau ekstrensik dapat juga dianggap sebagai radikal.

Namun, persepsi tentang siapa yang dianggap radikal seringkali bersifat relative dan tergantung pada konteks sosial dan politik. Misalnya, seseorang yang dianggap sebagai pahlawan bagi kelompok yang memperjuangkan hak – hak minoritas. Dalam konteks politik, penggunaan istilah radikal juga dapat digunakan sebagai taktik propaganda untuk mencemarkan nama baik lawan politik atau kelompok minoritas.

Nah, setelah melihat makna radikal dan orang dianggap radikal. Maka, apakah yang dilakukan A.P Hasanudin dan Thomas Djamaludin (BRIN); Pemerintahan Pekalongan dan Suka bumi termasuk kegiatan Radikal?

Apakah Radikalisme diperlukan untuk memerangi kekejaman pemerintahan Indonesia/

Silahkan tulis dikolom komentar

 

Referensi:

1. Arendt, H. (1969). On Violence. Harcourt, Brace & World.

2. Nietzsche, F. (2002). The Will to Power. Vintage Books.

Sartre, J. P. (2003). Search for a Method. Vintage Books.

3. Mouffe, C. (2005). On the Political. Routledge.

4. Honig, B. (1993). Political Theory and the Displacement of Politics. Cornell University Press.

5. Galston, W. A. (2002). Political extremism in the 21st century. Political Science Quarterly, 117(1), 1-20.

6. Gurr, T. R. (1970). Why men rebel. Princeton University Press.

7. Hoffer, E. (1951). The true believer: Thoughts on the nature of mass movements. Harper & Row.

8. Jost, J. T., Federico, C. M., & Napier, J. L. (2009). Political ideology: Its structure, functions, and elective affinities. Annual Review of Psychology, 60, 307-337.

9. McAdam, D., & Kloos, K. (2014). Conceptual origins, current problems, future directions. The Oxford Handbook of Social Movements, 3-24.

10. Mustofa, Imam.,& Mahmudah, Nurul (2019). Radikalisasi & Deradikalisasi pemahaman Islam pengantar: Prof. Masdar Hilmy, S. Ag., MA., Ph. D (helm : 1-10). Yogyakarta: Metrouniv Perss bekerjasama dengan Penerbit Idea Press Yogyakarta

Share:

Urgensi Media Sosial untuk Ikatan

Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Sebagai generasi penerus bangsa, baik yang sedang berjalan maupun yang dipersiapkan untuk masa yang akan datang, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak bisa terhindar dari dampak perkembangan teknologi. Seiring perkembangan zaman tentu membawa banyak perubahan segala kehidupan manusia, salah satunya kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi yang semakin mempermudah kehidupan. Dengan adanya kemudahan tersebut kita harus bisa mengelola dan memanfaatkannya dengan baik agar tidak berdampak negatif bagi kehidupan kita.

Banyak orang menggunakan media sebagai alat untuk bekerja. Ada pula yang menggunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan ada juga yang menggunakan untuk menumbuhkan kreativitas baru. Adanya Bidang Media dan Komunikasi di IMM dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk berkarya, berekspresi, dan berkomunikasi. Dalam IMM juga senantiasa menggunakan media dan komunikasi sebagai media dakwah, interaksi dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Media IMM

Melihat dari organisasi otonom Muhammadiyah lain yang mempunyai media website dengan domain “.or.id” seperti https://ipm.or.id, https://tapaksui.or.id, https://hizbulwathan.or.id dan website ortom- ortom lain yang menjadi dorongan kami untuk mengkritisi mengapa di IMM sendiri tidak memiliki website seperti yang telah kami sebutkan. Sebenarnya ada website dengan nama https://imm.or.id atau https://imm.com , tapi penulis tidak yakin kalau website itu dikelola oleh IMM. Bahkan, penulis menilai bahwa IMM kalah dengan Wikipedia yang mampu memperkenalkan IMM lebih baik di ranah branding Ikatan lewat website.




Menurut penulis, website merupakan salah satu jantung branding ikatan, dikarenakan jika ada orang umum mencari tahu tentang IMM pasti tujuan pertama mereka adalah Google, setelahnya Google akan menyajikan data yang paling relevan dengan pencarian mereka. Jika diperhatikan pada saat ini jika kita mencari IMM di Google yang akan keluar adalah Wikipedia dan website komisariat-komisariat IMM. Dalam hal ini, dari DPP harus berperan dalam memasifkan medianya IMM, meskipun dari DPP IMM sendiri juga memiliki website, tapi sepertinya sudah lama tidak aktif.




Selain website, ada akun instagram @dpp.imm yang followers nya lebih dari lima belas ribu, dan akun twitter @dppimm dan @dppimmofficial yang followersnya lebih dari dua ribu, tapi kenapa tidak ada akun yang langsung mengatasnamakan IMM? Semisal @imm atau @immofficial atau sejenisnya. Tentu saja, konten-konten yang disajikan berupa kegiatan-kegiatan IMM, gerakan IMM, ataupun keilmuan yang sedang ditekuni oleh IMM itu sendiri. Namun, Apabila kita menelisik lebih lanjut, IMM memiliki akun youtube, yakni https://www.youtube.com/c/IkatanMahasiswaMuhammadiyah.


Bagaimana media IMM seharusnya?

DPP IMM atau singkatan dari Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan poros dari gerakan IMM se Indonesia yang menggerakkan agar dari tingkat daerah, cabang, dan komisariat dapat berjalan sesuai dengan koordinasi dari Muhammadiyah. Namun, dalam hal ini yang menjadi pertanyaan penulis, apakah media sosial DPP IMM sama dengan media sosialnya IMM?

Kita harus bisa membedakan antara media dari DPP IMM dengan IMM itu sendiri. Dari pandangan penulis, media sosial dari DPP IMM hanya memperlihatkan apa saja yang dilakukan oleh DPP IMM. Bukan memperlihatkan profil IMM. Seharusnya jika ada media sosial IMM, maka menampilkan terkait IMM secara keseluruhan bukannya hanya kegiatan-kegiatan DPP IMM. Namun dari tingkat komisariat, cabang, dan daerah pun juga ditampilkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Harapan dari penulis, setelah dapat mengoptimalkan peran media ikatan secara masif dan terarah, IMM dapat terus eksis di setiap zaman dengan membawa nilai-nilai Tri Kompetensi Dasar (Religiusitas,Intelektualitas,dan Humanitas). Bukan hanya di DPP saja, tapi dari daerah, cabang, dan komisariat dapat memasifkan media yang ada. Terutama di komisariat, karena komisariat merupakan awal dari perkaderan di IMM.


Share:

Filosofi tentang Cinta

Penulis:

Ikbal Raehan Rahmatullah 

(Mahasiswa FKIP UMS)


Cinta merupakan suatu konsep abstrak yang telah menjadi topik sentral dalam filsafat sejak zaman kuno hingga modern. Konsep cinta mencakup banyak aspek seperti romantisme, kasih sayang, kesetiaan, dan perjuangan. Melalui analisis filosofis, para filsuf telah menggali dan mengembangkan pemahaman tentang cinta dari sudut pandang mereka masing-masing.

Plato adalah salah satu filsuf pertama yang menggali konsep cinta secara filosofis melalui karyanya yang terkenal, “Symposium”. Menurut Plato, cinta adalah hasrat yang memotivasi manusia untuk mencapai kecantikan, kebenaran, dan kebaikan. Dalam pandangan Plato, cinta terdiri dari dua aspek, yaitu cinta untuk tubuh dan cinta untuk jiwa.

Aristoteles, filsuf  Yunani lainnya, mengembangkan pemahaman tentang cinta dari sudut pandang etika. Menurut Aristoteles, cinta adalah kebiasaan yang didasarkan pada rasa hormat dan penghargaan. Dalam pandangan Aristoteles, cinta yang sejati harus memiliki tujuan yang benar dan mendorong manusia untuk berkembang dalam aspek-aspek moral dan intelektual.

Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman, mengembangkan pemahaman tentang cinta melalui pandangan filosofis yang berbeda. Nietzsche menganggap cinta sebagai kekuatan kreatif yang dapat memberikan makna dan arti dalam hidup. Menurut Nietzsche, cinta merupakan suatu keadaan di mana manusia dapat mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan memberikan makna pada hidup mereka.

Dalam filosofi Timur, khususnya dalam kepercayaan Hindu, konsep cinta memiliki pengertian yang luas meliputi cinta romantis, kasih sayang, dan kebahagiaan. Dalam pandangan Hindu, cinta merupakan suatu kekuatan yang dapat mempersatukan jiwa dan menghubungkan manusia dengan Tuhan.

Secara keseluruhan, konsep cinta merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang filosofis. Melalui penggalian dan analisis filosofis, kita dapat memperluas pemahaman tentang cinta dan bagaimana kita dapat mengembangkan kekuatan cinta dalam hidup kita.

 

Referensi

·        Plato. (380 BCE). Symposium. Oxford University Press.

·        Aristotle. (350 BCE). Nicomachean Ethics. Penguin Classics.

·        Nietzsche, F. (1883). Thus Spoke Zarathustra. Penguin Classics.

·        Dasgupta, S. (2016). The Philosophy of Love. Harvard University Press.

 

Share:

KOMERSIALISASI PENDIDIKAN: DAMPAK PADA KELANGSUNGAN BELAJAR PESERTA DIDIK

KAJIAN AKADEMIS

 

KOMERSIALISASI PENDIDIKAN: DAMPAK PADA  KELANGSUNGAN BELAJAR PESERTA DIDIK 

 


 

  

Disusun Oleh:

Bidang Hikmah, Politik dan Kebijakan Publik

 

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022/2023


Share:

Pantaskah Aku Disebut Seorang Aktivis?

Oleh: Mahda Khufiati Syaharani
Kader PK IMM FKIP UMS

Aktivis adalah orang yang rela berkorban, rela berjuang dengan ikhlas dan tanpa mengharap imbalan karena peduli dengan lingkungannya. Tanpa seorang aktivis, kehidupan akan terasa lebih individualis. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial pun tidak akan terasa sama sekali. Kehidupan akan terasa monoton dan tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Biasanya orang-orang yang memiliki jiwa aktivis akan diwadahi dalam satu wadah, yaitu organisasi.
Kata aktivis juga lekat sekali karakternya dengan mahasiswa. Mahasiswa yang rela memberikan separuh hidupnya untuk mempedulikan lingkungannya. Mahasiswa yang merelakan waktunya bersenang-senang demi untuk memikirkan masa depan organisasi, umat dan bangsa.
Kalau kita kaitkan dengan ormas-ormas islam termasuk Muhammadiyah, mereka juga sangat identik sekali dengan nama aktivis. Bagaimana tidak, didalamnya banyak orang-orang yang memperjuangkan hakikat islam. Memiliki tugas untuk mendakwahkan islam ke berbagai kalangan di berbagai tempat dengan identitas serta ideologi masing-masing.
Berjuang dalam mendakwahkan islam dilakukan semata-mata ikhlas untuk menggapai ridho Allah SWT, bukan untuk mendapatkan upah berupa uang, harta, dan sebagainya. Namun, secara tidak langsung mereka juga mendapatkan balasan yang sesuai dengan pengorbanan mereka. Contohnya mendapat relasi yang luas, wawasan yang mendunia, dan pengalaman-pengalaman berharga lainnya.
Aktivis adalah Sebuah Kelebihan Menuju Kesuksesan, Bukan Keegoisan
Kader sejati akan lahir dengan sendirinya setelah melalui proses panjang dan berkelanjutan menjadi seorang aktivis organisasi. Seorang aktivis yang telah berdiaspora di berbagai organisasi, hingga membuatnya sangat percaya pada dirinya dengan segudang pengalaman dan relasi yang dia punya terkadang akan memicu sikap egoisme dalam diri seorang kader.
Privillage kebanggaannya terkadang terbawa menjadi karakter diri kader itu sendiri. Padahal seorang aktivis tidak akan pernah mengatakan bahwa dirinya seorang aktivis. Memang, seyogyanya seorang aktivis itu telah mengalami banyak batu, asam garam, dinamika organisasi dan masih banyak hal yang telah dia alami.
Namun, bukan berarti hasil diasporanya bisa ia banggakan di kemudian hari. Hasil dari diaspora itu sendiri secara langsung akan melekat pada diri kader tersebut. Tidak selayaknya pencapaian atas sebuah proses yang telah dilalui harus dijelaskan detail secara tekstual. Karena hal sedinamis progresivitas tidak terus menerus tentang proses suatu individu.
Banyak orang lain atau kader lain yang turut berdiaspora. Turut ikut serta membantu kita mendalami sebuah proses. Kita tidak akan pernah tau sejauh apa orang lain berprogres dan sejauh apa mereka mengalami pahit dan manisnya dari progress itu.
Cukup orang lain tau bahwa kamu memiliki potensi dan memiliki kelebihan dari segi pengalaman, komunikasi, cara bersosial, cara berkomunikasi, management waktu yang baik dan lain sebagainya. Menurut saya, hal tersebut akan terpancar dengan sendirinya dari diri seorang kader tersebut.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seorang kader atas seluruh proses yang telah ia alami yang ia berfikir hal tersebut adalah proses yang terbaik. Proses yang membuatnya lebih daripada orang lain dan hal tersebut harus disebarluaskan agar orang-orang mengenal siapa dirinya yang sebenarnya. Aktivis sejati akan lebih tau dimana ia berada dan dengan siapa ia menjelaskan siapa dirinya. Ia akan memposisikan diri sebagaimana mestinya. Ia akan tau proporsi yang seperti apa yang harus ia bawakan.
Branding diri memang perlu, namun orang lain mampu menilai diri kita dengan sikap yang kita tunjukkan. Hanya saja, sikap egois dan sombong dalam diri manusia mampu mempengaruhi karakter kader itu sendiri.
IMM sebagai Wadah Diaspora Aktivis Mahasiswa
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan anak kandung dari Muhammadiyah dimana ia bergerak di ranah Mahasiswa. Tak ayal jika IMM juga menjadi tempat lahirnya kader-kader muda Muhammadiyah.
Aktivis IMM sesungguhnya lahir dari jenjang perkaderan dasar yaitu Darul Arqom Dasar (DAD) yang merupakan perkaderan wajib yang harus ditempuh oleh kader-kader IMM. Di perkaderan ini mulai diberikan orientasi-orientasi dasar tentang Muhammadiyah dan IMM itu sendiri.
Disinilah awal para kader IMM berdiaspora. Diaspora-diaspora yang akan melahirkan aktivis-aktivis baru yang akan membawa perubahan. Sesungguhnya buah yang matang bukan buah yang ditanam kemarin hari. Namun, buah yang pohonnya telah menempa banyak situasi. Dimana ia akan tetap berdiri dan terus melahirkan buah-buah yang matang sehingga mampu dinikmati oleh manusia.
Aktivis sejati tidak hanya berperan dalam suatu organisasi. Aktivis sejati adalah aktivis yang mampu menyeimbangkan antara akademiknya dan perannya dalam organisasi. Aktivis sejati akan selalu mau belajar tentang luasnya ilmu-ilmu yang ada. Aktivis sejati juga tidak akan merasa dirinya lebih baik, tetapi selalu merendah demi mendapatkan kemajuan intelektual.
Disinilah para aktivis IMM diharapkan mampu terus belajar, berproses, dan berjuang bersama-sama untuk mencapai sebuah perubahan. Perubahan yang akan mewujudkan tujuan IMM dan tujuan Muhammadiyah itu sendiri. Perubahan yang juga akan mensejahterakan umat, bangsa dan negara. Serta perubahan yang akan membawa peradaban zaman lebih maju dan lebih baik lagi. Semoga tulisan ini mampu menjadi evaluasi kita bersama demi terwujudnya kemajuan ikatan ini.

Share:

Kisah si Tukang Begal dan si Tukang Mabuk yang Dapat Hidayah


Part 2

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya, niscaya Allah akan teguh-fahamkan ia dalam urusan agama” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dahulu di zaman Jahiliyah, ada banyak contoh keburukan yg paling komplit, yang paling dahsyat dan lebih buruk dibanding masa kini, semuanya ada di masa jahiliyyah. Ada seseorang di zaman nabi yang dikenal sebagai jagoannya se-kota Makkah pada masa itu (mungkin kalo sekarang disebut preman), kerjaannya tiap hari jadi sok jagoan mencari orang paling kuat, paling hebat buat ditantang berduel, saking kerasnya orang ini, masyarakat makkah saat itu semuanya paham, kalau ada orang yang berurusan sama orang ini, dijamin gak akan kembali hidup-hidup.

Semua orang yg merasa hebat ditantang sama orang ini, kalo setuju mereka akan berduel di atas gunung namanya Jabal Qubays (read: Qubes). Selain dikenal sebagai jagoannya mekkah saat itu, orang ini juga suka mabuk-mabukan, tiap hari kerjaannya kalo ngga gulat yaa minum khamr (minuman keras), dan di masa nabi berdakwah di mekkah, orang ini adalah salah satu yang paling benci sama dakwahnya Rasulullah, sampai suatu ketika memuncak lah amarahnya, sudah habis kesabarannya sampai geram sekali hari itu juga dia berniat ingin membunuh Nabi, tak peduli konsekuensinya. Tapi sebelum sampai dia ke tempat Rasulullah, di pertengahan jalan dia melewati rumah saudarinya yang ternyata sudah masuk Islam, didengarnya bacaan beberapa ayat dari Al-qur'an, karena penasaran mendengarkan sesuatu yg belum pernah didengarnya, didobraknya lah pintu rumah saudarinya itu, bertanya lah dia:

"Apa yang engkau baca ini?"

Saudarinya menyembunyikan ayat yang dibaca tadi, sampai orang ini memaksa dan bahkan menampar saudarinya itu, singkat cerita diizinkan lah dia membacanya dengan syarat bersuci terlebih dahulu, pada saat membacanya seketika muncul kedamaian dalam hati orang ini, ayat yang dibacanya (beberapa ayat pertama dari surah Thoha) ternyata menyentuh sampai pada jiwanya dan langsung seketika itu dia berkata ingin bertemu Rasulullah. Akhirnya dia bersyahadat di depan Rasulullah dan seketika itu pula bergema takbir kaum muslimin dengan kabar gembira tersebut, tahukah siapa gerangan yang dimaksud? Yups, dia lah Umar bin Khattab Radiyallahu‘anhu yang kelak dipanggil Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang beriman) sebagai khalifah kedua sepeninggal Rasulullah.

Bayangkan orang yang paling kuat, paling hebat, paling keras perangainya sebab Allah menginginkan untuknya kebaikan, Allah berikan hidayah Islam kepadanya, Umar bin Khattab yang sebelumnya adalah orang yang paling memusuhi Islam justru menjadi sebaliknya menjadi orang yang paling cinta dengan Islam. Orang yang dulunya dikenal cinta bermabuk-mabukan, meminum khamr justru menjadi orang yang paling benci dengan hal tersebut, bahkan beberapa ayat dalam Alqur'an yang melarang khamr dan perjudian diturunkan sebab persoalan-persoalan yang ditanyakan Umar kepada Rasulullah, sehingga ayat ini menjadi salah satu landasan hukum Islam itu sendiri. Allah menjadikan Umar sebagai sahabat Rasulullah yg mulia karena Allah inginkan kepadanya kebaikan, Allah pahamkan kepadanya urusan-urusan agamanya, dan yang paling penting adalah Allah ridhai Islam sebagai agamanya.

Masih di zaman nabi juga, dahulu ada sebuah kampung yang dikenal sebagai kampungnya para perampok (begal) nama kampungnya Ghifar, jadi satu kampung itu tukang rampok, tukang begal, tukang malak semua. Itu kampung kalo orang atau pedagang lewat dan nggak mau bayar semacam “uang setor”, dijamin orang yg lewat itu nggak akan selamat kembali sampai tempat tujuan. Nah ada satu orang yang menjadi pemimpin kampung ini, namanya Jundub bin Junadah.

Suatu ketika datanglah dia kepada Rasulullah di makkah karena ingin mengetahui kebenaran dakwah nabi yang saat itu menjadi gosip di seluruh penjuru makkah bahkan sampai luar makkah, lalu dibacakan beberapa ayat Al-qur'an oleh Rasulullah, dan seketika langsung tersentuh hatinya, menusuk kedalam relung jiwanya ayat yang dibacakan dan saat itu juga dia langsung mengucapkan syahadat bahkan nekat mengucapkan syahadat di depan ka'bah yang kala itu masih dikuasai Kafir Qurays, sampai-sampai si Jundub ini dipukuli orang-orang karena mengumumkan keislamannya. Pulang lah orang ini dan suatu ketika setelah nabi hijrah ke Madinah, terdengar suara gempar di madinah dan ternyata si Jundub ini, si pemimpin kaum begal tadi, dia bawa orang-orang satu kampungnya masuk Islam semua! Yaa satu kampung masuk Islam, karena dia sampaikan kembali beberapa ayat yang dia dapatkan dari Rasulullah sebelumnya. Inilah keteladanan yang luar biasa dari seorang mantan perampok yang mendapatkan hidayah.

MasyaAllah, kelak Jundub bin Junadah dikenal dengan nama Abu Dzar Al-Ghifari, seorang sahabat nabi mantan begal yang dapat hidayah dan jadi da’i di kampungnya. Dia juga termasuk salah satu sahabat yang meriwayatkan beberapa hadits dari Rasulullah. Bayangkan seorang mantan begal, mantan perampok, bahkan pemimpin kampung tukang begal berubah menjadi pendakwah? Lagi-lagi tidak lain dan tidak bukan adalah karena Allah menginginkan kebaikan kepadanya, Allah ridha padanya untuk memahami ayat-ayat-Nya, dan sekaligus Allah tunjukkan kepada kita betapa mulianya Ayat-ayat Alqur'an. Beginilah sikap dan sifat para sahabat yang mesti kita teladani, mereka selalu berusaha mencari keridhoan Allah dengan menguatkan pemahaman mereka akan ilmu.

Renungkanlah Ikhwah Fillah, bahwasannya kebaikan itu hanya datang dari Allah, sehingga cara menjadi orang yang baik dan diberikan berbagai kebaikan adalah dengan bagaimana sikap ketaatan kita dalam rangka mencari keridhoan Allah. Jikalau orang-orang di masa Jahiliyyah saja bisa mendapatkan berbagai hidayah dan kebaikan, apalagi orang yang hidup di zaman Modern ini dengan kondisi kita yang sejatinya sudah ber-agama Islam, maka tentulah kita bisa mendapatkan lebih banyak lagi kebaikan, lebih baik lagi dalam hal ketaqwaan dan ketaatan.

 

Penulis: Muhammad Albi Almahdy

Share:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (14) Artikel (22) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (2) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (5) Immawan (2) Immawati (9) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan