Novel Critical Review, Representation of gender equality

 

“Mulan Live Action Novelization by Elizabeth Rudnick”

By: IMMawan Toni Rizkina

Ketua Bidang TKK PK IMM FKIP 2021-2022


The novel entitled "Mulan" is a written work written by Elizabeth Rudnick and printed by Disney Press in 2020. This novel is written based on the film of the same title produced by Disney Pictures. Tells about the struggle of a beautiful girl in China who replaces her father to go to war disguised as a man. The heroic action of Mulan's character, who has an impressive ability to play the sword, is able to ignite the spirit that women can be empowered to defend their family and nation. In general, this book conveys the same message as the film, namely about gender equality.

Tells about Mulan a girl who is strong and brave. In her family her only has daughters, namely Mulan and her sister. Mulan's father had always recognized her daughter's extraordinary chi, but Mulan didn't match what a woman was supposed to do in society. Mulan is very difficult to act like a woman should. She has many demands as a woman. But actually he really enjoyed playing with her sword. When the emperor asked for each family to give up one son, the family could only surrender because her father was recruited because there were no sons in the family. When her aging father is recruited to serve in the army again, Mulan takes her father's place disguised as a boy named Hua Jun. Mulan has to keep her big secret that she is a girl and trains with the male soldiers.

This novel is very important for feminist activists to read. This is because many representations of gender equality are presented and this is very rarely found in other written works. The message of feminism conveyed through interactions between characters, written in an easy-to-understand writing style, provides excellent value in this book. This is in accordance with the Symbolic Interactionism Theory. The focus of symbolic interactionism is the impact of meanings and symbols on human action and interaction. Humans study symbols and also meanings in social interactions so that these meanings and symbols give certain meanings to social actions and social interactions. People often use symbols to communicate something about themselves, for example communicating a certain lifestyle (Ritzer, 2013: 292). The main element of this theory is the interaction of symbols. Humans interact with others through the delivery of symbols, then others give meaning to the symbols so that an understanding is created between individuals who carry out these interactions. The symbol discussed in this book is how women have equal opportunities to fight and become leaders. Where when Mulan has the ability to ride and play the sword very well and is able to give encouragement to other soldiers, Mulan is given the trust to lead an army that is mostly male.

Although there are some characters that were removed from the film, overall this book is very good to be read by all people and is very suitable to be read by those of you who like adventure drama books. In addition to the message of feminism, this book also conveys a warm message of nationalism and kinship. Through this book, we will learn about the messages conveyed regarding feminism and gender equality.

 

Share:

Strategi Untuk Menjadi Wirausahawan Yang Sukses

Oleh: IMMawati Zulfa Izzatun Nikmah

Sekretaris Bidang Ekowir PK IMM FKIP 2021-2022


Kewirausahaan merupakan suatu proses mengidentifikasi mengembangkan dan membawa visi ke dalam kehidupan.

Visi yang dimaksud bisa berupa ide atau gagasan yang inovatif. Cara yang lebih baik dalam menjalankan suatu hal dan berpikir untuk mendapatkan peluang. Hasil dari proses tersebut bisa berupa usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.

Sedangkan arti kata wirausaha yakni seseorang yang membangun atau merintis usaha baru atau bisa juga seseorang yang membuka peluang kerja dengan disesuaikan modal yang ada. Dengan hadirnya pandemi covid 19 pada tahun 2020 banyak orang yang kehilangan pekerjaannya banyak pedagang yang gulung tikar disebabkan adanya pandemi covid 19. Namun hal ini justru sangat berpengaruh kepada mereka yang memiliki jiwa wirausaha yang membara. Mereka harus memutar otak bagaimana agar penjualan mereka tetap berjalan meski dalam keadaan yang seperti ini.

Bersama dengan risiko besar yang diambil oleh wirausahawan mereka dituntut untuk memiliki inovasi dan kreativitas yang perlu dikembangkan dengan tujuan untuk bisa beradaptasi dengan era pandemi.

Dengan berbagai permasalahan yang ada artikel ini berguna untuk mengetahui bagaimana strategi untuk menjadi wirausahawan yang sukses.

1. Kerja keras dan tekun

Jika kalian ingin mempertahankan atau mengembangkan usaha di meskipun di era pandemi maka kunci utamanya yakni bekerja keras dan tekun dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini memang terdengar simple namun jika hal ini tidak dilakukan maka usaha yang akan kamu kembangkan terasa sia-sia.

2. Berani menantang diri

Seorang wirausaha harus siap dalam menghadapi tantangan atau resiko kedepannya. Maka semua itu bisa dimulai dengan menantang diri sendiri untuk bisa merubah pemikiran yang awalnya tidak mungkin menjadi mungkin.

3. Percaya diri

ketika kalian sedang atau ingin melakukan hal yang baru kalian harus memiliki kepercayaan diri terlebih jika mendapatkan kritikan yang menyakitkan hati maka jangan di anggap itu sebagai beban namun anggaplah hal tersebut sebagai motivasi untuk kedepannya. Ketika kepercayaan diri kalian semakin bertambah maka semua akan menjadi terasa lebih ringan namun sebaliknya jika kepercayaan diri kalian mulai menurun maka itu akan menjadikan suatu beban dalam pundak kalian.

Share:

Pemenang Mother Day Competition tahun 2021

Lomba Artikel: 

Pemberdayaan Perempuan dalam Ranah Ekonomi sebagai Upaya Penghapusan Marginalisasi

OlehYuliana Risqi

A.    Pendahuluan

Pembahasan terkait gender semakin hari  semakin hangat diperbincangkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan perempuan yang mampu menempati posisi dan status penting dalam segala bidang. Di satu sisi gender menjadi suat persoalan rumit yang pembahasannya tidak ada habisnya, padahal jika dilihat di masyarakat emansipasi perempuan masih belum sepenuhnya bisa diterima. Meskipun secara konseptual masyarakat sudah memahami emansipasi, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih belum bisa dikatakan ideal. Perempuan mungkin saja sudah diberi kebebasan dalam pendidikan dan ekonomi, namun tetap saja dalam realitanya mereka masih diikat dengan patriarki yang masih kental sehingga menghambat dan memberikan kondisi yang dilematis terhadap posisi perempuan.

Marginalisasi merupakan salah satu bentuk ketidakadilan gender yang masih sering ditemukan di dalam masyarakat. Perempuan dipandang sebagai kaum kelas dua. Peran perempuan dalam perekonomian sering dipertanyakan, dinilai tidak layak dan tidak mampu. Kaum perempuan yang terjun ke ranah ekonomi hanya dianggap “working for lipstic” dimana hasil kinerjanya masih dipandang sebelah mata.

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indonesia tercatat naik yang pada 2016 berada di angka 71,39 pada tahun 2017 menjadi 71,74. IDG sendiri merupakan indikator yang menunjukkan seberapa besar perempuan dapat memainkan peranan aktif dalam kehidupan ekonomi dan politik. Meskipun dalam database tingkat pendidikan perempuan berada pada taraf yang lebih tinggi , namun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan masih lebih rendah dan stagnan dibandingkan dengan laki-laki yang tercatat hampir dua kali lipat jumlahnya.

 

B.     Pembahasan

1.    Marginalisasi

Marginalisasi merupakan proses pengabaian hak-hak yang seharusnya didapat oleh pihak yang termarginalkan. Menurut Fakih (2008:14), dalam prosesnya marginalisasi bisa disebut sebagai proses pemiskinan. Hal tersebut disebabkan oleh  tidak adanya kesempatan yang diberikan untuk mengembangkan diri. Begitu pula yang dirasakan perempuan saat terjadi marginalisasi gender. Perempuan sangat dirugikan dengan adanya ketidakadilan gender ini.

Seperti halnya dalam sektor ekonomi, perempuan dianggap bekerja hanya untuk tambahan nafkah keluarga, padahal pada kenyataannya tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Beberapa industri juga menerapkan perbedaan gaji dimana gaji laki-laki lebih tinggi, hal ini tentu saja suatu ketidakadilan karena sistem gaji tidak didasarkan pada beban kerja ataupun kualitas kerja karyawan. Meskipun jika dilihat dari sisi keahlian dan pendidikan perempuan bisa bersaing, akan tetapi pemilik usaha biasanya memiliki pandangan bahwa laki-laki lebih bisa fleksibel sedangkan perempuan kurang produktif karena memerlukan cuti hamil, melahirkan, sulit untuk lembur karena memiliki keharusan untuk mengurus rumah tangga dan dibatasi aturan masyarakat.. Banyak sekali problematika yang harus dihadapi perempuan saat memutuskan untuk bekerja diluar diantaranya adalah pelecehan di tempat kerja dan juga beban ganda. Hal ini tentu menimbulkan dilema dalam diri perempuan.

Dalam prosesnya, marginalisasi tidak hanya berasal dari eksternal namun juga dari internal. Salah satunya adalah jiwa insecure yang membuat perempuan merasa tidak percaya diri untuk bersaing dengan laki-laki. Perempuan hidup di tengah masyarakat yang menganut patriarki dimana mereka dituntut untuk memiliki sifat yang lemah lembut dan terpenjara oleh berbagai statement kuno sehingga sulit menanamkan kemandirian dalam dirinya. Selain itu, marginalisasi dapat timbul dari berbagai sumber diantaranya kebijakan pemerintah, tradisi dan buadaya, keyakinan, asumsi ilmu pengetahuan, atau bahkan tafsiran agama.

             

2.      Peran Perempuan dalam Ranah Ekonomi

Semakin hari kebutuhan semakin meningkat, hal ini membuat manusia harus berpikir untuk memenuhi kebutuhan pokok dan  meningkatkan kualitas hidup. Bukan hanya laki-laki saja, namun para  perempuan juga dengan semangat mencari peluang untuk bekerja. Perempuan memiliki peran yang sangat beragam, dari mendidik,mengasuh anak hingga menuntut karir. Oleh sebab itu, saat ini tidak sedikit perempuan memerankan peran laki-laki yaitu mencari nafkah untuk keluarganya. Dunia kerja yang semula didominasi oleh laki-laki, sekarang mulai bergeser dan mendapat lakon baru yaitu perempuan.

Tidak bisa dipungkiri perempuan saat ini banyak yang menduduki jabatan strategis baik di perusahaan BUMN, swasta maupun dalam pemerintahan itu sendiri. Tidak sedikit pula perempuan yang menjadi owner bisnis dengan omset ratusan bahkan miliaran rupiah. Saat ini para perempuan mulai unjuk gigi menampakkan kemandirian dan mengeksplor diri. Pada dasarnya sejak dulu perempuan juga memiliki peran yang cukup besar dalam menyumbang devisa untuk negara dengan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Begitu besar kontribusi perempuan dalam sektor ekonomi, akan tetapi hal tersebut masih tidak cukup untuk membuat perempuan dipandang layak dan sebanding dengan laki-laki.

 

3.      Strategi Pemberdayaan Perempuan

Menurut Prijono dan Pranaka (1996) Pemberdayaan perempuan adalah suatu proses kesadaran dan pembentukan kapasitas (capacity building) terhadap partisipasi yang lebih besar, kekuasaan dan pengawasan pembuatan keputusan yang lebih besar dan tindakan transformasi agar menghasilkan persamaan derajat yang lebih besar antara perempuan dan laki-laki. Pemberdayaan perempuan merupakan sebuah  strategi yang penting guna meningkatkan peran aktif perempuan dalam peningkatan potensi

Pemberdayaan perempuan dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut:

1.      Menghapus mitos bahwa perempuan hanyalah pelengkap dalam rumah tangga.

2.      Melatih dan membimbing perempuan agar memiliki berbagai ketrampilan.

3.      Memfasilitasi perempuan untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.

4.      Mensupport perempuan agar memiliki kepercayaan diri dan meningkatkan kapasitasnya.

5.      Membimbing perempuan agar memiliki kemandirian terutama kemandirian ekonomi.

6.      Memberi ruang bagi perempuan untuk berkarya dan mendukung segala usaha/bisnis yang sedang dirintis.

 

C.    Simpulan

Marginalisasi dapat diartikan sebagai peminggiran atau upaya pemiskinan. Marginalisasi merupakan suatu bentuk ketidakadilan gender yang masih banyak ditemui di masyarakat. Dalam prosesnya marginalisasi dapat muncul dari berbagai sumber. Marginalisasi juga terdapat di berbagai bidang salah satunya di sektor ekonomi. Perempuan harus memiliki daya saing dan kemandirian agar bisa mendapat tempat di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya upaya memfasilitasi perempuan dalam mengembangkan diri. Pada dasarnya peran perempuan dalam mendukung perekonomian sudah sangat besar akan tetapi masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya kerjasama berbagai pihak untuk menghapuskan marginalisasi demi terwujudnya kemandirian perempuan di sektor ekonomi.

Daftar Pustaka

[1][1]  R. Probosiwi, “Perempuan Dan Perannya Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Women and Its Role on Social Welfare Development),” Natapraja, vol. 3, no. 1, 2015, doi: 10.21831/jnp.v3i1.11957.

[2]      E. Aslan, M. K. Hermansen, and E. Medeni, “Early Community Politics and the Marginalization of Women in Islamic Intellectual History,” Muslima Theol., no. September, 2016, doi: 10.3726/978-3-653-03238-3/5.

[3]      D. Muliadi, “Universitas Sumatera Utara 7,” pp. 7–37, 2015.

 

Share:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (14) Artikel (22) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (2) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (5) Immawan (2) Immawati (9) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan