Pantaskah Aku Disebut Seorang Aktivis?

Oleh: Mahda Khufiati Syaharani
Kader PK IMM FKIP UMS

Aktivis adalah orang yang rela berkorban, rela berjuang dengan ikhlas dan tanpa mengharap imbalan karena peduli dengan lingkungannya. Tanpa seorang aktivis, kehidupan akan terasa lebih individualis. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial pun tidak akan terasa sama sekali. Kehidupan akan terasa monoton dan tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Biasanya orang-orang yang memiliki jiwa aktivis akan diwadahi dalam satu wadah, yaitu organisasi.
Kata aktivis juga lekat sekali karakternya dengan mahasiswa. Mahasiswa yang rela memberikan separuh hidupnya untuk mempedulikan lingkungannya. Mahasiswa yang merelakan waktunya bersenang-senang demi untuk memikirkan masa depan organisasi, umat dan bangsa.
Kalau kita kaitkan dengan ormas-ormas islam termasuk Muhammadiyah, mereka juga sangat identik sekali dengan nama aktivis. Bagaimana tidak, didalamnya banyak orang-orang yang memperjuangkan hakikat islam. Memiliki tugas untuk mendakwahkan islam ke berbagai kalangan di berbagai tempat dengan identitas serta ideologi masing-masing.
Berjuang dalam mendakwahkan islam dilakukan semata-mata ikhlas untuk menggapai ridho Allah SWT, bukan untuk mendapatkan upah berupa uang, harta, dan sebagainya. Namun, secara tidak langsung mereka juga mendapatkan balasan yang sesuai dengan pengorbanan mereka. Contohnya mendapat relasi yang luas, wawasan yang mendunia, dan pengalaman-pengalaman berharga lainnya.
Aktivis adalah Sebuah Kelebihan Menuju Kesuksesan, Bukan Keegoisan
Kader sejati akan lahir dengan sendirinya setelah melalui proses panjang dan berkelanjutan menjadi seorang aktivis organisasi. Seorang aktivis yang telah berdiaspora di berbagai organisasi, hingga membuatnya sangat percaya pada dirinya dengan segudang pengalaman dan relasi yang dia punya terkadang akan memicu sikap egoisme dalam diri seorang kader.
Privillage kebanggaannya terkadang terbawa menjadi karakter diri kader itu sendiri. Padahal seorang aktivis tidak akan pernah mengatakan bahwa dirinya seorang aktivis. Memang, seyogyanya seorang aktivis itu telah mengalami banyak batu, asam garam, dinamika organisasi dan masih banyak hal yang telah dia alami.
Namun, bukan berarti hasil diasporanya bisa ia banggakan di kemudian hari. Hasil dari diaspora itu sendiri secara langsung akan melekat pada diri kader tersebut. Tidak selayaknya pencapaian atas sebuah proses yang telah dilalui harus dijelaskan detail secara tekstual. Karena hal sedinamis progresivitas tidak terus menerus tentang proses suatu individu.
Banyak orang lain atau kader lain yang turut berdiaspora. Turut ikut serta membantu kita mendalami sebuah proses. Kita tidak akan pernah tau sejauh apa orang lain berprogres dan sejauh apa mereka mengalami pahit dan manisnya dari progress itu.
Cukup orang lain tau bahwa kamu memiliki potensi dan memiliki kelebihan dari segi pengalaman, komunikasi, cara bersosial, cara berkomunikasi, management waktu yang baik dan lain sebagainya. Menurut saya, hal tersebut akan terpancar dengan sendirinya dari diri seorang kader tersebut.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seorang kader atas seluruh proses yang telah ia alami yang ia berfikir hal tersebut adalah proses yang terbaik. Proses yang membuatnya lebih daripada orang lain dan hal tersebut harus disebarluaskan agar orang-orang mengenal siapa dirinya yang sebenarnya. Aktivis sejati akan lebih tau dimana ia berada dan dengan siapa ia menjelaskan siapa dirinya. Ia akan memposisikan diri sebagaimana mestinya. Ia akan tau proporsi yang seperti apa yang harus ia bawakan.
Branding diri memang perlu, namun orang lain mampu menilai diri kita dengan sikap yang kita tunjukkan. Hanya saja, sikap egois dan sombong dalam diri manusia mampu mempengaruhi karakter kader itu sendiri.
IMM sebagai Wadah Diaspora Aktivis Mahasiswa
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan anak kandung dari Muhammadiyah dimana ia bergerak di ranah Mahasiswa. Tak ayal jika IMM juga menjadi tempat lahirnya kader-kader muda Muhammadiyah.
Aktivis IMM sesungguhnya lahir dari jenjang perkaderan dasar yaitu Darul Arqom Dasar (DAD) yang merupakan perkaderan wajib yang harus ditempuh oleh kader-kader IMM. Di perkaderan ini mulai diberikan orientasi-orientasi dasar tentang Muhammadiyah dan IMM itu sendiri.
Disinilah awal para kader IMM berdiaspora. Diaspora-diaspora yang akan melahirkan aktivis-aktivis baru yang akan membawa perubahan. Sesungguhnya buah yang matang bukan buah yang ditanam kemarin hari. Namun, buah yang pohonnya telah menempa banyak situasi. Dimana ia akan tetap berdiri dan terus melahirkan buah-buah yang matang sehingga mampu dinikmati oleh manusia.
Aktivis sejati tidak hanya berperan dalam suatu organisasi. Aktivis sejati adalah aktivis yang mampu menyeimbangkan antara akademiknya dan perannya dalam organisasi. Aktivis sejati akan selalu mau belajar tentang luasnya ilmu-ilmu yang ada. Aktivis sejati juga tidak akan merasa dirinya lebih baik, tetapi selalu merendah demi mendapatkan kemajuan intelektual.
Disinilah para aktivis IMM diharapkan mampu terus belajar, berproses, dan berjuang bersama-sama untuk mencapai sebuah perubahan. Perubahan yang akan mewujudkan tujuan IMM dan tujuan Muhammadiyah itu sendiri. Perubahan yang juga akan mensejahterakan umat, bangsa dan negara. Serta perubahan yang akan membawa peradaban zaman lebih maju dan lebih baik lagi. Semoga tulisan ini mampu menjadi evaluasi kita bersama demi terwujudnya kemajuan ikatan ini.

Share:

1 comment:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan