"Memahami Kartini : Tantangan Perempuan Masa Kini”

 

            

 

"Memahami Kartini : Tantangan Perempuan Masa Kini”

Oleh : Fitria Rahmawati

 

R.A. Kartini, putri Jawa penoreh jejak emansipasi perempuan. Begitu ia dijuluki. Memang benar Kartini kerap kali dikenal dalam memperjuangkan hak kaum perempuan. Kartini memiliki gagasan revolusioner mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Gagasan tersebut ia tuangkan dalam surat-surat yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Karya tersebut merupakan bentuk kritik sosial mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan serta keinginannya untuk dapat melampaui batasan sosial yang menghambat perempuan di masa itu.

Ketika membicarakan perjuangan Kartini, penting untuk menyoroti berbagai dimensi dari perjuangannya. Kartini bukan hanya pejuang kesetaraan gender, tetapi juga seorang intelektual yang memiliki pandangan luas tentang perubahan sosial dan politik pada masa itu. Salah satu pemikirannya tentang pendidikan bukan hanya berdampak pada hak pendidikan bagi perempuan, tetapi juga berkontribusi pada perubahan sosial yang lebih luas. Salah satu cara untuk mengatasi kesan bahwa perjuangan Kartini hanya sebatas pada hak perempuan adalah dengan menyelidiki berbagai aspek dari kehidupan dan pemikirannya. `

Pendidikan sebagai Pilar Emansipasi

Pendidikan dan perempuan adalah dua elemen yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Dalam hal ini Kartini berupaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam akses pendidikan bagi perempuan, karena pendidikan menjadi salah satu pijakan penting dalam gerakan emansipasi wanita di Indonesia. Kartini percaya bahwa pendidikan merupakan aspek penting dalam membebaskan perempuan dari belenggu tradisi yang berdampak negatif pada perempuan di masa itu, yang mana kondisi perempuan di Jawa, tempat Kartini tinggal, dipengaruhi oleh tradisi, budaya, dan sistem patriarki yang  kental.

Pendidikan memberikan perempuan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk membebaskan diri dari keterbelakangan. Dengan memiliki akses  pendidikan yang setara dengan laki-laki, perempuan dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan tidak lagi terbatas oleh norma-norma tradisional yang merugikan. Kesadaran perempuan tentang hak-hak mereka tidak hanya memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi ketidakadilan, tetapi juga memahami struktur kekuasaan yang mendasari ketidaksetaraan gender. Dengan demikian, perempuan menjadi lebih mampu untuk mengenali dan menantang diskriminasi serta ketidakadilan yang mereka alami.

Kontribusi di Ranah Sosial dan Politik pada Masanya

Pembebasan hak perempuan yang dilakukan oleh Kartini dalam menempuh pendidikan memiliki dampak yang sangat positif dan luas, baik bagi individu perempuan itu sendiri maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Namun visinya tentang emansipasi perempuan tidak terbatas pada akses pendidikan saja, tetapi juga mencakup pemberdayaan ekonomi, perubahan budaya, dan advokasi untuk kesetaraan gender dalam masyarakat dan politik. Dalam aspek ekonomi, Kartini mendorong pemberdayaan ekonomi bagi perempuan dengan memberikan pelatihan keterampilan dan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dia percaya bahwa dengan menjadi mandiri secara ekonomi, perempuan dapat mengontrol kehidupan mereka sendiri.

Pada aspek politik, Meskipun secara langsung tidak terlibat dalam politik formal, Kartini menjadi inspirasi bagi gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Gagasan-gagasannya tentang pendidikan dan kesetaraan gender membantu membentuk pandangan masyarakat tentang peran perempuan dan sebagai jalan atau kesempatan bagi perempuan untuk terlibat dalam masyarakat, politik, atau aspek-aspek lainnya.

Tantangan Kartini Masa Kini

Pemikiran Kartini tentang kebebasan dan pemberdayaan perempuan tampak familiar di masyarakat. Namun, tantangan implementasi di era modern sering kali membuat perempuan berjuang keras untuk mewujudkan visi Kartini. Meskipun Kartini memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan, namun pada realitanya masih banyak perempuan di Indonesia yang tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan seperti halnya laki-laki. Masih ada tantangan terkait akses fisik, biaya, dan norma sosial yang menghambat perempuan untuk menempuh pendidikan tinggi.

Di posisi yang lain, perempuan sering kali menghadapi dilema antara mengejar karier dan merawat keluarga. Tuntutan peran ganda ini sering kali menghadirkan konflik internal dan eksternal yang kompleks, terutama ketika perempuan dihadapkan pada ekspektasi sosial yang bertentangan. Pada hal lain, Kartini memimpikan masyarakat yang bebas dari diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Namun, realitasnya masih banyak perempuan yang menjadi korban diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan, baik di ranah publik maupun domestik. Selain itu, meskipun perempuan telah mampu terjun dan berkontribusi dalam dunia kerja, namun kesenjangan gender masih menjadi masalah yang berkelanjutan. Mulai dari ketidakadilan gaji hingga kurangnya keterwakilan perempuan di posisi manajemen dan kepemimpinan, perempuan masih dihadapkan pada tantangan kesetaraan dalam dunia kerja.

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, semangat Kartini haruslah tetap menyala di hati perempuan masa kini. Perempuan terus berjuang untuk mengimplementasikan nilai-nilai emansipasi dan pemberdayaan yang ditanamkan oleh Kartini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyadari tantangan-tantangan ini dan bekerja bersama-sama untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut. Perempuan dapat terus melanjutkan perjuangan Kartini dalam mewujudkan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkeadilan gender.

 

Share:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (14) Artikel (22) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (2) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (5) Immawan (2) Immawati (9) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan