Pendaftaran Darul Arqom Dasar



Assalamu'alaikum wr.wb 
__________
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 9)

🗣 Hai IMMawan dan IMMawati... Gimana kabar semuanya?   Alhamdulillah sampailah kita di tahap yang sudah lama kita tunggu tunggu dalam proses kita ber IMM.

PK IMM FKIP UMS membuka pendaftaran untuk, 

🍃 Darul Arqam Dasar(DAD)🍃
dengan tema Internalisasi Nilai-nilai Ideologi IMM guna Mewujudkan Militansi Kader  
yang InSyaa Allah akan diselenggarakan pada :

📆 : Rabu - Ahad , 6 - 10 Februari 2019
       Ada syaratnya loh🙋‍♂

Silahkan Isi formulir pendaftaran di 👉🏼   

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLScKGsw6QunOGTXxpOoVPC0T8jiJ6GOP6xxUtsOc5F8KIWe_BA/viewform

Alur Pendaftaran 

1. Mengisi Formulir di Google Form.
    linknya diatas yaa...
2. Screning DAD.
3. Pengumuman.
4. Pembayaran SWO. 
5. TM DAD.
6. DAD.

   Tunggu apalagi!! Ayo daftarkan dirimu sekarang! Jangan sampai kehabisan kuota.  Pendaftaran paling lambat, 6 Januari 2019 🤝🏼
Abadi Perjuangan!🤛🏻

Billahi fi Sabililhaq Fastabiqul Khairaat ✊🏼

🍁 Wassalamu'alaikum wr.wb 🍁

CP : 0858- 6702- 8471(IMMawati Sukma)
0822-2603-2603 (IMMawati Dewi)
Share:

Pelatihan Jurnalistik


Selasa (18/12/2018), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FKIP UMS mengadakan Pelatihan Jurnalistik di samping Komisariat IMM FKIP UMS dengan materi “Teknik Menulis Berita” yang di selenggarakan oleh bidang Media dan Komunikasi (MedKom) IMM FKIP UMS.  Di dalam pelatihan ini, diisi oleh pembicara yaitu IMMawan Anggara Agung selaku sekretaris bidang MedKom PC IMM Kota Surakarta dan diikuti 23 peserta termasuk kedatangan dari IMM Averroes FT UMS.
            Pelatihan Jurnalistik ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan tata cara penulisan berita yang baik dan benar serta menumbuhkan budaya literasi dalam diri setiap pimpinan dan kader. Karena dengan menulis, kita tidak akan pernah hilang dalam sejarah. Seperti yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer yaitu “Orang boleh pintar setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ,ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian.”
Kegiatan pelatihan jurnalistik berlangsung lancar hingga akhir acara. Peserta yang mengikuti kegiatan ini, antusias menyimak seluruh materi yang disampaikan oleh pembicara. Selain mendengarkan dan bertanya materi , dalam kegiatan tersebut peserta juga diajak praktik langsung untuk belajar menulis berita. Dalam pelatihan jurnalistik ini disampaikan tentang jenis-jenis berita, nilai berita, teknik menulis berita dan model penulisan.




*) ditulis oleh IMMawati Rizainia Rifa’ni Khumaero

Share:

Djarnawi Hadikusumo dan Muhammadiyah


RESENSI BUKU
Oleh: Septi Windi Lestari*


Judul buku       : Djarnawi Hadikusumo dan Muhammadiyah
Penulis             : Gunawan budiyanto
Penerbit           : Lembaga Pustaka dan Informasi  PP Muhammadiyah  (Suara Muhammadiyah)
Kota Terbit      : Yogyakarta
Tahun Terbit    : 2010
Tebal               : XI + 124 Halaman
Peresensi          : Septi Windi Lestari

Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat bergerak di bidang social yang mendasarkan gerak dan aktivitasnya pada Al- Quran dan Ash- shunah. Beramar ma’ruf nahi munkar disebut juga gerakan islam modernis. Tidak hanya bergerak pada tataran pemikiran tapi juga tataran praktis. Pada zaman millenium umat islam dihadapkan pada permasalahan yang semakin kompleks. Yang dapat berakhir pada perubahan secara mendasar konstruksi sosiologis umat. Djarnawi Hadikusumo dilahirkan pada hari Ahad, tanggal 4 Juli 1920 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Nama kecilnya adalah Djarnawi. Setelah dewasa, di belakang namanya ditambah dengan nama Hadikusumo. Selanjutnya, untuk mengetahui latar belakang keluarganya dapat ditelusuri dari nama belakangnya tersebut.
Nama Hadikusumo adalah nama seorang tokoh Muhammadiyah yang juga murid dari K.H. Ahmad Dahlan. Di dalam Muhammadiyah, nama Hadikusumo lebih dikenal dengan sebutan Ki Bagus Hadikusumo. Dia adalah ayah dari Djarnawi. Adapun ibu dari Djarnawi adalah Siti Fatimah/Fatmah.
Apabila dirunut silsilahnya, dari garis keturunan ayahnya, Djarnawi berasal dari keturunan keluarga Raden Kaji Lurah Hasyim, yaitu seorang abdi dalem santri yang menjabat sebagai lurah bidang keagamaan di keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Sementara dari garis ibunya, dia termasuk keturunan Raden Kaji Suhud yang juga seorang abdi dalem santri keraton Yogyakarta. Dengan latar belakang seperti itu, berarti Djarnawi berasal dari lingkungan keluarga yang berkultur abdi dalem dan santri. Hanya saja, pada perkembangannya kemudian dia lebih tumbuh menjadi seorang santri yang taat dan ulama yang disegani dari pada menjadi seorang abdi dalem.
Pada dasarnya, Djarnawi lahir dari keluarga yang berkecukupan. Hanya saja, atas permintaan salah seorang kerabat ayahnya yang bernama Ibu Sodik, Djarnawi diminta untuk diasuhnya. Selama satu tahun, dia diasuh oleh Ibu Sodik yang sampai usia senja belum dikaruniai keturunan. Oleh karena itu Ibu Sodik sudah lanjut usia dan sering sakit, maka Djarnawi dikembalikan kepada orang tuanya. Tidak lama setelah kembali ke pangkuan orang tuanya, ibunya wafat. Untuk mengasuh anak-anaknya yang masih kecil, Ki Bagus kemudian menikah lagi dengan Ibu Moersilah. Untuk selanjutnya, di bawah pengasuhan Ibu Moersilah itulah Djarnawi menapak masa remaja dan dewasanya.
Sementara itu, latar belakang pendidikan yang dialami Djarnawi sangatlah sederhana. Pendidikan formal yang mula-mula ditempuhnya adalah di sekolah Bustanul Athfal Muhammadiyah di Kauman. Selanjutnya, secara berturut-turut dia meneruskan ke jenjang berikutnya, yaitu ke Standaardschool Muhammadiyah dan Kweekschool Muhammadiyah. Pada tahun 1935 Kweekschool Muhammadiyah diubah menjadi Madrasah Mu`allimin Muhammadiyah. Di Madsasah Mu`allimin Muhammadiyah itulah tempat terakhir pendidikan formal Djarnawi Hadikusumo.
Dari uraian di atas tampak bahwa latar belakang pendidikan Djarnawi semuanya berada di lembaga pendidikan Muhammadiyah. Demikian pula guru-guru yang pernah membimbingnya sebagian besar adalah tokoh dan ulama Muhammadiyah, seperti K.H. Mas Mansur, K.H. Faried Ma`ruf, K.H. Abdul Kahar Mudzakir, Siradj Dahlan dan H. Rasyidi. Selain itu, ketika bertugas di Sumatera, dia juga sempat berguru kepada Buya Hamka dan Buya Zainal Arifin Abbas.
Selain aktif di lembaga pendidikan Muhammadiyah, Djarnawi juga tercatat sebagai seorang aktivis organisasi Muhammadiyah sebagai seorang pengurus. Untuk aktivitasnya itu, Djarnawi juga memulainya ketika masih di Merbau. Pada saat itu, dia aktif sebagai pengurus grup (ranting) Muhammadiyah Merbau. Ketika pindah ke Tebingtinggi, dia aktif di Muhammadiyah Cabang Tebingtinggi. Aktivitas Djarnawi di organisasi Muhammadiyah meningkat setelah dia pulang ke Yogyakarta pada tahun 1949. Saat itu dia mulai tercatat sebagai salah seorang anggota Majlis Tablig Pengurus Pusat Muhammadiyah hingga tahun 1962.
Selanjutnya, pada tahun 1962 Muhammadiyah menyelenggarakan Muktamar ke-35 di Jakarta. Dalam Muktamar tersebut dia terpilih sebagai sekretaris II Pengururs Pusat Muhammadiyah. Sesudah itu, pada Muktamar Muhammadiyah yang ke-36 di Bandung tahun 1967 dia terpilih sebagai ketua III Pengurus Pusat Muhammadiyah. Untuk pereode-pereode berikutnya, dia diangkat menjadi sekretaris PP. Muhammadiyah berdasarkan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya tahun 1978. Kemudian sebagai wakil Ketua PP Muhammadiyah berdasarkan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta tahun 1985 dan sebagai anggota PP. Muhammadiyah dengan mengetuai bidang Tajdid dan Tablig yang mengkoordinasi Majlis Tarjih, Tablig, Pustaka serta Lembaga Dakwah Khusus berdasarkan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta tahun 1990.
Aktivitas lainnya di dalam organisasi Muhammadiyah juga tampak di lembaga Perguruan Pencak Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah (Lembaga Tapak Suci). Di lembaga ini nama Djarnawi tercatat sebagai salah seorang tokoh utama ketika didirikan pada tanggal 31 Juli 1963. Saat itu, dialah tokoh yang merumuskan do`a dan ikrar perguruan Tapak Suci pada upacara peresmiannya. Di dalam kepengurusan lembaga Tapak Suci yang pertama, nama Djarnawi diposisikan sebagai pelindung. Selanjutnya, sejak tahun 1966 sampai 1991 dia dipilih sebagai Ketua Umum lembaga perguruan pencak silat milik Muhammadiyah itu.

Dipercayanya Djarnawi untuk menduduki posisi Ketua Umum itu karena dia dipandang sebagai seorang tokoh yang mumpuni, baik di bidang keagamaan, kepemimpinan maupun bidang beladiri. Untuk bidang yang pertama dan kedua telah dia buktikan melalui aktivitasnya sebagai pengurus Muhammadiyah. Sementara untuk bidang yang terakhir, dia dikenal sebagai salah seorang pendekar besar Yogyakarta. Di kalangan para pendekar perguruan Tapak Suci, dialah tokoh yang menciptakan delapan jurus utama perguruan tersebut. Selanjutnya delapan jurus itu dapat dikembangkan menjadi puluhan dan bahkan ratusan jurus spektakuler. Kepandaian Djarnawi dalam hal ilmu bela diri pencak silat tersebut dipelajarinya semasa mudanya di Kampung Kauman. Selain itu, ketika bermukim di Sumatera dia sempat berguru ilmu silat kepada Sutan Chaniago dan Sutan Makmun, dua orang pendekar besar di Wilayah Sumatera utara.
Awal mula keterlibatan Jarnawi dalam kancah Militer adalah upaya rakyat Tebing Tinggi dari rongrongan intimidasi fisik oleh sisa-sisa militer jepang. Kemudian muncul organ perjungan pemuda Tebing Tinggi. Pada saat itu Djarnawi dan pemuda setempat membentuk Barisan Pemuda Indonesia ( PBI ) Djarnawi sebagai ketua III dan Pada peristiwa berdarah Tebing Tinggi pada 13 Desember 1945. Aktivitas Djarnawi di bidang politik mulai terlihat setelah memasuki decade tahun 1960-an  bergabung dengan masyumi. Dan pada 20 Februari 1968 Djarnawi dan Drs. Lukman Harun telah membentuk partai politik Partai Muslimin Indonesia yang mewadahi aspirasi politik umat islam. Namun kecintaannya pada muhammadiyah dan nalurinya dalam menulis Membuat Djarnawi tidak meneruskan karir dalam militernya. Djarnawi merupakan seorang pemikir dan penulis yang produktif. Djarnawi sudah menulis sekitar 25 karya tulis. Ada yang di bidang islam dan kemuhammadiyahan ( Risalah islamiyah 1974), Sastra atau Novel (Korban perasaan 1947), di bidang sejarah islam (Derita seorang pemimpin: riwayat hidup, pejuangan, dan buah pikiran ki bagus hadikusumo, 1979) , bidang kristologi atau perbandingan agama (Kristologi 1982), bidang pendidikan atau hobi ( Pendidikan dan kemajuan 1949). Asas tunggal karena sila Ketuhanan Yang Maha Esa diartikan sebagai keimanan kepada Allah SWT. Penafsiran arti sila pertama dari Pancasila tersebut menurutnya adalah untuk menghindari agar Muktamar tidak lagi menolak asas Pancasila, maka Muhammadiyah akan sulit terlepas dari perpecahan dan pembubaran yang tentu sangat merugikan Muhammadiyah sendiri.
Apa yang dikemukakan Djarnawi di atas mengingatkan semua orang pada sikap ayahnya ketika terjadi ketegangan berkaitan dengan rumusan dasar negara Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan. Penerimaan Muhammadiyah terhadap asas Pancasila akhirnya melegakan semua pihak. Oleh karena itu Muhammadiyah dianggap telah lulus dari salah satu ujian berat yang pernah dihadapinya dalam perjalanan sejarahnya. Muktamar yang berjalan penuh dengan ketegangan itupun kemudian ditutup dengan rasa haru dan gembira pada tanggal 11 Desember dengan diiringi lagu Mars Milad Muhammadiyah yang diciptakan Djarnawi pada sekitar tahun 1976.
Menurut Djarnawi (1987) bentuk kepercayaan akan adanya kekuatan tersebut dapat bersifat nyata nyata (lkesatuan ahir) dan tidak nyata (ghaib). Sedangkan arti manusia menurut Djarnawi ialah kesatuan antara ruh dan jasad, dan pada saat itulah manusia dikatakan mati, kehilangan daya gerak dan mati. Dari segi kristologi Djarnawi (1982) berpendapat bahwa yesus atau isa bukanlah sebagai anak Allah dan bukan pula sebagai Tuhan seperti yang diajarkan dalam agama Kristen, tetapi dia adalah manusia biasa yang telah dipilih oleh Allah menjadi nabi dan rasul-Nya sebagaimana nabi dan rasul yang lain. Djarnawi (1982) berpendapat bahwa ajaran atau dogma tritunggal ternyata tidak ada di Al-Kitab , baik dalam Kitab perjanjian lama maupaun Kitab perjanjian baru. Mutiara hikmah Djarnawi Hadikusumo yaitu yang di kuatirkan 6 Mei 1988, Tingkatkan kecerdasan orang kedua 8 Juli 1988, Enggan berkorban 22 Juli 1988, Ilmu Hakikat 5 Agustus 1988, Meninggalkan shalat 26 Agustus 1988, Shalat fakhsya dan munkar 2 September 1988.
Djarnawi pernah memberikan kritik tajam adanya program dua anak cukup, karena menurut dia keluarga berencana adalah program merencanakan jumlah anak sesuai dengan kemampuan keluarga yang bersangkutan. Djarnawi menentang keras program penghilangan kesuburan perempuan dan laki-laki ( Vasektomi dan Tubektomi ), karena dia beerpandanganbahwa cara ini merupakan cara bentuk penolakan rahmat Allah yang telah diberikan pada manusia. Djarnawi berpandangan bahwa keluarga berencana tidak bisa hanya dipandang dari susdut jumlah dan selisih  umur antar anak, tetapi keluarga berencana harus dipandang dari sudut ibadah  dan mencari ridla Allah sebagai manifestasi umat yang beriman dan bertakwa.
 Djarnawi Hadikusuma meninggal dunia pada usia 73 tahun, tepatnya pada tanggal 26 Oktober 1993. Dia meninggalkan seorang isteri, yaitu Sri Rahayu dan tujuh orang putera. Sebenarnya putera Djarnawi ada sepuluh, tetapi yang tiga orang meninggal ketika masih kecil. Adapun tujuh anak tersebut adalah Siswanto D. Kusumo (dokter), Hartono (Wiraswastawan), Pitoyo Kusumo (Notaris), Darmawan Susanto (Wiraswastawan), Sri Purwaningsih (Pegawai Negeri), Ahmad Poernomo (PNS) dan Gunawan Budiyanto (PNS).




*Kader IMM Komisariat FKIP UMS 2018
Share:

IMM Adventure 2018

Assalammu'alaikum Wr.Wb 🙂🙂🙂
teman teman IMMawan/ti
foto foto ' IMM Adventure '
bisa didownload dilink yang dibawah ya.. ⬇⬇

https://drive.google.com/open?id=1iiVCW81M71pSx-GfNScHp70TJAhOS_Kt


Terima kasih


Billahi Fii Sabillilhaq Fastabiqul Khoirot✊✊✊

Wassalammu'alaikum Wr.Wb
Share:

Tjokroaminoto: Guru Para Pendiri Bangsa

RESENSI BUKU
Oleh: Tedy Wijayanto*



Judul Buku : Tjokroaminoto : Guru Para Pendiri Bangsa
Pengarang : Majalah Tempo
Penerbit     : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tahun terbit : 2017
Tebal halaman : vix + 168 halaman


Beberapa hari lalu kita telah memperingati hari momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia, Hari Pahlawan. Telah 90 tahun berlalu hari momentum itu terjadi. Indonesia yang telah merdeka beberapa bulan, Belanda datang yang oleh ditungggangi NICA akan memporak-porandakan Kota Surabaya. Dengan kegigihan rakyat Surabaya yang dipelopori oleh Bung Tomo berhasil menaklukan pihak Belanda. Tentunya momentum hari pahlawan dimaknai sebagai refleksi bersama betapa pentingnya jasa perjuangan para pahlawan melawan penjajahan (red:penindasan) oleh kolonial. Presiden Soekarno pernah berkata bahwa bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa para pahlawannya.

Tempo selaku penggagas buku seri tokoh pernah mengalami kesenjangan ketika pembredelan pada tahun 1994. Setelah vakum selama beberapa tahun, diawal tahun 2000-an mencoba bangkit menata ulang dengan merekrut beberapa orang profesional di bidang sejarah dan jurnalistik. Akhirnya Tempo menerbitkan buku autobiografi bertepatan haul 100 tahun para tokoh Soekarno (2001), Mohammad Hatta (2002), Sutan Sjahrir (2009), dan Tjokroaminoto (2011).

Tak asing ketika membicarakan tokoh termasyhur Indonesia, Tjokroaminoto. Beliau lahir di Madiun, 16 Agustus 1882. Pada tahun 1882 merupakan bertepatan dengan peristiwa meletusnya Gunung Krakatau. Dalam ramalan Jayabaya akan mucul seorang satria piningit (Messiah). Prediksi tersebut menampaknya tepat dalam perjalanan waktu Tjokro dijuluki Messiah dari Jawa. Tjokro yang lahir di kalangan bangsawan justru menentang keras sistem feodal. Dalam perilaku bangsawan biasanya tunduk dan patuh kepada bangsa Hindia. Tjokro menanggalkan gelar Raden dengan menggantinya dengan Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Hal ini menunjukan sikap egaliter yang diinginkan Tjokro antara pribumi dengan bangsa Hindia.

Tjokro mengenyam pendidikan di Sekolah Administrasi Pemerintahan di Magelang. Setelah lulus menjadi juru tulis di Patih Ngawi. Ketika tinggal di Peneleh Surabaya, Tjokro juga pernah bekerja di firma Kooy & Co di perusahaan dagang di bagian administrasi. Namun tidak lama berselang lama Tjokro memutuskan untuk keluar dari Patih Ngawi karena dianggap kerja administratif sangat monoton.

Pada awal abad XX merupakan awal pergolakan pergerakan di Nusantara. Ditandai dengan lahirnya organisasi modern pertama yakni Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Berdirinya Boedi Oetomo yang dipelopori oleh kaum pelajar, Wahidin Hoedirohoesodo, dr. Soetomo, Tjipto Mangoekoesomo. Tujuan didirikan Boedi Oetomo ingin memerdekan Hindia Belanda dari kolonialisme Belanda. Namun, Boedi Oetomo mengalami senjakala ketika kepengurusan dipimpin oleh para kaum bangsawan yang pro-Belanda.

Awal perjuangan Tjokro dimulai ketika ia diajak oleh saudagar batik dari Laweyan  bernama H. Samanhoedi untuk bergabung dengan Serikat Islam. Asal muasal Serikat Islam berawal dari perkumpulan ronda Rekso Roemekso. Perkumpulan ini bemaksud untuk menghimpun saudagar-saudagar muslim bersaing dengan saudagar batik Cina. SI tumbuh pesat memiliki ribuan anggota dan cabang di pelbagai daerah. Tjokro hadir membawa angin segar bagi SI. Selama kepemimpinan H. Samanhoedi belum dirasakan oleh anggota-anggotanya. Setahun berdiri SI melakukan kongres I di Surakarta. H. Samanhoedi yang berpendikan rendah belum bias menyusun anggaran dasar SI. Maka dari itu H. Samanhoedi meminta tolong Tirjo Adhi Surjo untuk menyusun anggaran dasar SI. Kongres II SI di Yogyakarta Tjokro terpilih sebagai Ketua Umum SI menyingkirkan kawannya, H. Samanhoedi. Tjokro yang memilik peringai kurus tegap dan mata yang memancar sangat digandrungi anggotanya. SI dalam kepemimpinan Tjokro SI menjadi organisasi politik mampu mengusik keberadaan pemerintah Belanda. Namun, Tjokro yang dijuluki sebagai Ratu Adil mulai goyah ketika SI lokal Sumatera yang diwakili Goenawan bekerjasama dengan H. Samanhoedi mencoba memainkan isu penyelewangan gulden (uang) untuk menggoyahkan Tjokro. Di sisi lain, ketika Tjokro tinggal di Yogyakarta sekaligus pertemuan dengan Hamka yang merupakan anggota SI. SI mulai mengalami pecah kongsi. SI Semarang yang dipegang oleh Semaoen dan Darsono ingin “memerahkan” SI. Karena dianggap SI yang dipimpin Tjokro terlalu kooperatif dengan pemerintah Belanda. Selain itu, Tjokro dipilih sebagai perwakilan SI di Volksraad (Dewan Rakjat).

Surakarta, Surabaya, Yogyakarta merupakan 3 kota yang menjadi tonggak revolusi bagi Tjokro. Ketika di Surabaya tepatnya di Gang Peneleh VII ia tinggal bersama isteri-Soeharsikin, dan kelima anaknya-Oetari, Oetarjo Anwar, Harsono, Islamiyah, dan Sujud Ahmad. Rumah belakang Tjokro juga menyediakan indekos. Soekarno, Kartosoewijo, Semaoen, Musso, Alimin, Tan Malaka pernah menghuni rumah tersebut. Di situ juga ada proses pendidikan baik agama ataupun pengetahuan umum. Tjokro juga membuat forum Ta’mirul Ghofilin yang diisi oleh Ahmad Dahlan. Rumah tersebut dapat dikatakan sebagai Sekolah Politik karena tak disangka mencipkan tokoh-tokoh pendiri bangsa. Walaupun setelah keluar dari rumah Gang Peneleh VII mereka berbeda haluan. Soekarno berkarakter nasionalisme, Kartosoewirjo berkarakter Islamis, dan Semaoen berkarakter komunisme.

Sisi lain Tjokro merupakan orator ulung yang mampu memberi api semangat perjuangan bagi rakyat dan penulis yang tajam di berbagai surat kabar Oetoesan Hindia dan Fadjar Asia. Pemikiran fenomenal Tjokro ialah Islam dan Sosialisme. Maka tak lazim ketika Tjokro dijuluki sebagai “Raja Tanpa Mahkota”. Pada tahun 1433, Tjokro sakit-sakitan dan akhirnya meninggal pada tahun 1434 karena penyakit ginjal.

Buku ini begitu detail dalam menerangkan Tjokro karena melalui observasi yang mendalam dengan sejarahwan hebat dan kerabat-kerabat dekat Tjokro.




*Sekretaris Umum IMM Komisariat FKIP UMS Periode 2018-2019

Share:

Open Recruitment Pengajar TPA


Assalamu'alaikum warahmatullahi.wb

💞Spesial for kader IMM💞
Hai! Kamu mahasiswa FKIP UMS?
Sebagai seorang pendidik tentulah kita tidak hanya belajar teori mengajar dalam bangku perkuliahan, kita membutuhkan pengalaman mengajar agar kita mampu memiliki bekal untuk mempersiapkan generasi muda dalam mendidik diri mereka sendiri seumur hidup. Sebab menjadi guru bukanlah sekedar pekerjaan, melainkan pelukis masa depan. Bukan hanya sekedar mengisi wadah yang kosong, tetapi proses menyalakan api pikiran, proses penanaman prinsip kehidupan, khususnya dalam cakupan Islam.
.
Nah..kali ini bidang LSO TPA membuka open recruitment dalam kegiatan TPA IMM FKIP nih😍. 
Penasaran kegiatannya apa saja? 
Yuk Join, karena banyak sekali kegiatan seru yang akan dilaksanakan tiap minggunya.
.
Lokasinya dimana kak? 
Lokasi berada di Desa Gonilan, Jl. Tanuragan II (Masjid Az-Zaitun). 

Dekat kan dari kampus💃?
Yuk buruan join dan daftar👏 jangan tunda-tunda kebaikan di depan mata selagi kita mudah dalam meraihnya. 

Tidak perlu takut dalam memulai sesuatu yang belum pernah kita coba. Ketika mengajar adalah sebuah kesenian, mengapa kita masih terpaku?

Bagi kalian yang mau mendaftar, segera hubungi CP yang tertera dalam pakflet ya, kalau mau nanya2 juga boleh koq😉. Stay tune...
.
~Berikan seorang anak semangkuk nasi
Anda akan memberinya makanan untuk sehari
Ajarkanlah anak dalam mengaji
Kelak insyaAllah mereka akan menggandeng anda di surga nanti~

Kami tunggu kontribusimu 😊
Billahi sabiililhaq
Fastabiqul Khoirot

Wassalamu'alaikum wr.wb

#TPAIMM
#IMMJaya
#IMMPeduliNegeri
Share:

Komisariat IMM FKIP UMS


KOMISARIAT IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


            Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat Datang Calon Guru Bangsa

            Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat FKIP merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan yang bergerak pada ranah Keagamaan, Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan. Bergerak dalam keagamaan kerana Dinul Islam adalah agama rahmatan lil’alamin untuk keselamatan dunia dan akhirat, bergerak dalam kemahasiswaan sesuai dengan status social kita sebagai agent of change, yang semua itu akan kembali pada kemasyarakatan.

            IMM juga memiliki tri kompetensi dasar yaitu Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas. Dalam mewujudkannya IMM Komisariat FKIP memiliki 9 bidang yang menjadi wadah dalam mengembangkan softskill, maupun minat dan bakat. Yang pertama yaitu Bidang Organisasi, Bidang Kader, Bidang Hikmah, Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK), Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (SPM), Bidang IMMawati, Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman, Bidang Media dan Komunikasi (MedKom) serta Bidang Seni Budaya dan Olahraga (SBO). Lengkap kan?

            Oleh karenanya kegiatan dalam IMM Kom. FKIP sangat dekat dengan status kita sebagai mahasiswa diantaranya kegiatan kajian dan diskusi dalam bentuk Kajian Ayat dan Kajian HPTM, Sekolah Kader, Ruang IMMawati, Bedah Buku dan Bedah Pemikiran Tokoh. Disamping itu kegiatan yang asyik dan bermanfaat seperti Kemah Kader, IMM Adventure (IMMA) dianjurkan banget buat kalian ikuti. Dan kita juga belajar bermasyarakatan melalui Bina TPA di Masjid Az-Zaitun (Desa Tanuragan, Nilasari, Gonilan) dan Bakti Sosial, dan masih banyak lagi. Harapannya IMMawan dan IMMawati (panggilan khas untuk para kader) menjadi generasi penerus yang progress dan produktif serta membawa kemaslahatan umat menghadapi tantangan global.

            Tidak perlu khawatir, IPK menjadi jeblok karena organisasi faktanya organisasi memberikan poin plus dalam akademik kita. Buktikan saja!!

          Maka dari itu, niatkan dalam hati dengan Bismillah untuk bergabung bersama IMM Komisariat FKIP dalam belajar dan berjuang di jalan Allah SWT. Selamat dating di dunia yang penuh kenikmatan dalam meraih ilmu. Semoga berkah rahmat Ilahi melompahi perjuangan kita. Hidup Mahasiswa!!!

            Billahifisabililhaq. Fastabikulkhoirot.
            Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Share:

Refleksi di Hari Pahlawan

Refleksi di Hari Pahlawan
Oleh : Isnaeni  Sofiana*


’’Tuhan menciptakan dunia menurut gambarannya sendiri, Namun hamba bisa mengubahnya dengan ikhtiar dan Tawakal”
Peringatan Hari Pahlawan ditetapkan karena adanya suatu peristiwa besar yang berlangsung di kota Surabaya, yang hingga saat ini kota tersebut juga sering disebut sebagai kota Pahlawan. Peristiwa tersebut ditandai dengan adanya konfrontasi di kota Surabaya yang melibatkan warga Surabaya dan pasukan dari NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda). Karena adanya peristiwa tersebut, Sumarsono yang merupakan mantan dari gerakan PRI (Pemuda Republik Indonesia) yang juga turut andil dalam peristiwa tersebut mengusulkan kepada Presiden Soekarno pada waktu itu untuk menjadikan 10 November sebagai hari untuk memperingati Hari Pahlawan.
Peristiwa peperangan berlangsung di kota Pahlawan, Surabaya tersebut menjadi legitimasi peran prajurit dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sudah dideklarasikan pada 17 Agustus 1945. Perjuangan rakyat Surabaya dan juga sukarelawan yang membantu dalam menghadapi agresi militer saat itu menjadikan suatu nilai kepahlawanan yang dinilai cukup untuk menjadikan 10 November sebagai hari untuk memperingati Hari Pahlawan
Serta pertempuran terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Ribuan tetes keringat dan darah rakyat tumpah menjadi satu, Surabaya diserang dari udara, darat, dan laut.
Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar diseantero kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil berguguran menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.
Seluruh rakyat dari berbagai gololang bersatu, tua, muda, pedagang, tentara, dan santri yang dikomandani oleh tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pasanteren lainya bersatu demi tanah air Indonesia.
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
Yang dapat membikin secarik kain putih dan merah
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapu juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi
Jangan mulai menembak
Baru kalau kita ditembak
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu kita tunjukan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingn merdeka.
Dan utntuk kita saudara-saudara...
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara...
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada dipihak yang benar.
Pecayalah saudara-saudara,
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA !!!
(BUNG TOMO)
Pahlawan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (pahala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama. Adalah orang yang menonjol melakukan perubahan karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.
Kemerdekaan bangsa Indonesia diraih dengan suatu perjuangan sampai titik darah penghabisan dengan suatu pekikan ‘merdeka atau mati’ diperjuangkan oleh para pejuang kemerdekaan yang kita menyebutnya sebagai pahlawan kemerdekaan bangsa. Tetapi pahlawan juga merupakan sebutan bagi setiap pejuang yang gagah berani dan mengorbankan dirinya dalam membela kebenaran.
Pahlawan itu ada di hidup dalam pikiran, jiwa dan semangat perjuangan kita, kapan pun dan sampai akhir masa. Pahlawan itu para pejuang di dalam kehidupan tanpa berpikir akan dinobatkan menjadi pahlawan atau bukan.
Lantas, siapa pahlawan di masa kini? Adalah semua orang yang menginspirasi kita menjadi pejuang dengan ketulusan dan menanam berbagai kebaikan untuk membela kebenaran yang suci dan keadilan yang murni, meski mengorbankan segala yang kita punya. Apa yang pantas kita tanam dalam kehidupan, kecuali jiwa dan semangat kepahlawanan.
Melihat bangsa Indonesia di masa kini sulit rasanya untuk menobatkan dan mendeskripsikan Pahlawan pada saat ini. Menjadi hal yang lucu, ketika membela kebenaran dan menyuarakan keadilan diabaikan sedangkan orang-orang yang berada dan mempunyai kepentingan- kepentingan dimuliakan.
Memupuk jiwa dan semangat kepahlawanan di hati setiap insan adalah tidak pernah melupakan jasa baik para pejuang dan penyebar kebenaran dan keadilan, penyeru kebaikan di jalan Tuhan sehingga setiap kita terlepas dan merdeka dari kesesatan dan kejahiliyahan.
Mengenang orang-orang baik yang berbagi dan memiliki jiwa kebersamaan dan rasa kepedulian sosial sehingga kita luput dan akhirnya merdeka dari kemiskinan dan kesengsaraan adalah sikap baik bagaimana kita memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan.
Pemimpin di pemerintahan baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan adalah para pemimpin yang tak pernah lupa pada rakyat yang telah menggaji dan memberikan fasilitas kepadanya, tak sekejap pun lupa pada suara rakyat yang telah memilihnya, memberikan kepercayaan dan amanah kepadanya.
Para pemimpin yang tidak pernah lupa pada sejarah dan pada asal adalah para pemimpin yang menyakini bahwa keberadaannya karena rakyat dan tugas pengabdiannya adalah untuk melayani dan menunaikan semua janjinya pada rakyat dengan amanah yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan.
 Saat ini, negeri kita tercinta Indonesia sedang terpuruk dimata rakyat maupun dikancah dunia, bukan karena penjajahan angkat senjata. Tapi karena permasalahan yang kompleks dalam segala sektor bidang baik itu dalam ekonomi, energi, pendidikan, maritim, lingkungan dan lain lain. Musuh bangsa Indonesia bukan lagi para kolonialisme yang ingin merebut kedaulatan tanah air, tetapi musuh Indonesia adalah bangsanya sendiri. Itulah yang pernah dikatakan Bung Karno.
Para pemangku pemerintah saat ini berlomba-lomba bak pahlawan yang ingin dielu-elukan rakyat, membawa kepentingan partai, padahal kinerja meraka jauh dari harapan untuk kemajuan, kesejahtran dan keadilan bagi rakyat Indonesia.
Pertanyaannya bagaimana menjadi pahlawan yang suci hanya demi kepentingan agama, negara dan bangsa? Menurut saya yang paling minimal adalah kita terus memperbaiki diri, agar menjadi sumber daya insani yang pintar, berdaya saing, tangguh, dan berkemaun tinggi untuk belajar, guna mempersiapkan diri untuk kehidupan kita yang bermanfaat untuk orang banyak, keluarga kita, lingkungan masyarakat, maupun agama, bangsa, dan negara yang lebih baik.  Pribadi yang mempunyai kecakapan dan kepekaan sosial yang baik adalah agen-agen perubahan. Bangsa Indonesia butuh masyarakat yang kreatif dan cerdas. Sehingga tidak mudah untuk di bohongi dan mampu bersaing dalam dunia yang kompetitif.




*Ketua Bidang RPK IMM Komisariat FKIP UMS Periode 2018-2019

Share:

Pemuda Millenials Bukan Pemakan Hoax


 Pemuda Millenials Bukan Pemakan Hoax
Oleh: Isnaini Sofiana*


Peran pemuda, sebagai sosok yang muda, yang dinamis, yang penuh energi, yang optimis, diharapkan untuk dapat menjadi agen perubahan yang bergerak dan berusaha menciptakan inovasi-inovasi baru. Pemuda, diharapkan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-pemikiran kreatif dengan metode thinking out of the box yang inovatif, sehingga dunia tidak melulu hanya dihadapkan pada hal-hal jaman old yang itu itu saja dan tidak pernah berkembang. Dengan kata lain pemuda diharapkan menjadi pemimpin masa depan yang lebih baik dari pemimpin masa kini. Pemuda diharapkan untuk menjadi  agent of change, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan dan pengembangan. Pemuda saat ini adalah mereka yang sedang tinggal di era millennial, atau biasa disebut generasi millennial. Generasi Millennial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia diberbagai bidang, apa dan siapa gerangan generasi millennial itu?. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980 an sampai 2000 an sebagai generasi millennial. Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun.
Studi tentang generasi millenial di dunia, terutama di Amerika, sudah banyak dilakukan, diantaranya yang studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American Millennials: Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A Portrait of Generation Next.
Di Indonesia studi dan kajian tentang generasi millennial belum banyak dilakukan, padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat ini sangat besar, 34,45%. Tahun lalu memang ada sebuah majalah bisnis yang tajuk utamanya membahas generasi millennial, tapi sayang coverage liputanya masih sebatas kaitannya generasi millennial dengan dunia pemasaran, belum masuk secara substansi ke ruang lingkup kehidupan mereka secara menyeluruh.
Dibanding generasi sebelum, generasi millennial memang unik, hasil riset yang dirilis oleh Pew Researh Center misalnya secara gamblang menjelaskan keunikan generasi millennial dibanding generasi-generasi sebelumnya. Yang mencolok dari generasi millennial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik. Kehidupan generasi millennial tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, entertainment/hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini

Kehidupan di generasi millennial sangat melekat dengan tekhnologi. Setiap hari konsumsi utama otak generasi millennial adalah sosial media. Banyak sekali konten yang di inginkan oleh pemuda millennial dan banyak informasi yang bisa didapatkan. Konsumen paling tertinggi dalam dunia maya. Namun, yang menjadikan problem adalah Bagaimana pemuda millennial itu mampu menciptakan bukan hanya sekedar mengikuti? Pemuda millennial lebih suka dan terlalu asik menjadi konsumen, karena segala itu bisa didapatkan secara praktis, instan, cepat dan mudah. Suatu problematika yang harus diselesaikan agar negeri ini tidak tertinggal. Di dunia luar sudah kompetitif untuk bersaing menjadi produsen-produsen terbaik. Mereka sudah memikirkan inovasi-inovasi apa yang harus diciptakan untuk kedepan. Menjadi pemuda millennials tidak lah mudah, harus mampu mengontrol segala sesuatu. Karena di era ini segala sesuatu bergerak tanpa batas dan cepat. informasi dapat diperoleh dimana saja dan dari siapa saja. Generasi masa kini harus berusaha dan mampu menjadi bijak terutama dalam penggunaan media sosial. Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Kita bisa berguna dan bertambah pintar apabila menggunakan media sosial dengan benar, tapi kita juga bisa menjadi penyebar hoax dan menjadi bodoh apabila kita menggunakan media sosial dengan tidak benar.
Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan juga semakin tinggi. Kualitas dan kinerja manusia juga dituntut menjadi semakin tinggi. Generasi masa kini harus mampu beradaptasi dengan cepat, belajar dan menjadi lebih baik dengan cepat serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat untuk dapat memecahkan setiap masalah. Kreatifitas dan Apabila tidak, dalam beberapa tahun ke depan mungkin posisi kita sudah digantikan oleh robot atau program komputer.
Tantangan terbesar pada era millennial adalah kurang kepekaan dalam kondisi sosial, ekonomi dan bahkan politik. Mereka cenderung lebih focus kepada pola kebebasan dan hedonisme. Menginginkan segala sesuatu cepat tersaji dan instan. Pola pikir yang seperti ini akan membuat kemunduran suatu bangsa. Seorang pemuda yang di gadang-gadang sebagai pemimpin bangsa di masa mendatang. Harus melangkah lebih maju untuk menghadapi competitive di dunia luar, harus mampu menciptakan sesuatu yang baru. Dan harus mau menjadi penggerak. Menggunakan tekhnologi dengan bijak dan tidak menyebar hoax adalah 1 langkah untuk merubah. Melek media atau sering disebut literasi digital harus di gencarkan, agar generasi millennial tidak lagi menjadi pemakan hoax.





*Ketua Bidang RPK IMM Komisariat FKIP UMS Periode 2018-2019

Share:

Follow Up Masta (Kemah Kader) 2018 - IMM Komisariat FKIP

Share:

Camping Cadre IMM FKIP UMS 2018

Assalammu'alaikum Wr.Wb 🙂🙂🙂
teman teman IMMawan/ti
foto foto ' Camping Cadre '
bisa didownload dilink yang dibawah ya.. ⬇⬇

https://drive.google.com/drive/u/1/folders/1GcC2KEy3VDZGwpAeWV6j2TwfVSLxN64j


Terima kasih


Billahi Fii Sabillilhaq Fastabiqul Khoirot✊✊✊

Wassalammu'alaikum Wr.Wb
Share:

VISI & MISI


VISI
"Mengusahakan Terbentuknya Kesadaran Profetik demi Terwujudnya Praksis Sosial"

MISI
1.      Internalisasi nilai-nilai Tri Kompetensi Dasar dalam diri kader,
2.      Membangun moralitas kasih dan sayang,
3.      Budaya literasi yang berkelanjutan,
4.      Mengupayakan Ibtikariyyah,
5.      Membangun proses sosial

Share:

MARS IMM DAN HYMNE IMM

LAGU MARS IMM
Ayo lah… ayo… ayo….
Derap derukan langkah
Dan kibar geleparkan panji-panji
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Sejarah umat telah menuntut bukti
 
Ingatlah… ingat… ingat…
Niat telah diikrarkan
Kitalah cendekiawan berpribadi
Susila cakap takwa kepada Tuhan
Pewaris tampuk pimpinan umat nanti
Immawan.. dan Immawati…
Siswa teladan, putra harapan
Penyambung hidup generasi
Umat Islam, seribu zaman
Pendukung cita-cita luhur
Negri indah adil dan makmur
 
 
HYMNE IMM
 
Semoga berkah rahmat Ilahi
Melimpahi perjuangan kami
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Ikhlas beramal dan bakti
Gemilang sinar surya menyinari fajar harapan
Jayalah… IMM jaya
Abadi… perjuangan kami
Share:

Arti & Makna Lambang/Logo IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)

BENTUK
  1. Perisai Pena, berarti lambang orang yang menuntut ilmu. 
  2. Berlapis tiga maknanya : Iman, Islam dan Ikhsan atau Iman, Ilmu dan Amal.
WARNA
  1. Hitam : Kekuatan, ketabahan, dan keabadian. 
  2.  Kuning : Kemuliaan tujuan.
  3. Merah : Keberanian dalam berfikir, berbuat dan bertanggung jawab.
  4. Hijau : Kesejahteraan.
  5. Putih : Kesucian
GAMBAR
  1. Sinar Muhammadiyah : Lambang Muhammadiyah.
  2. Melati : IMM sebagai kader muda Muhammadiyah 
  3. Tulisan dalam pita : Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebajikan)
Share:

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH


IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH


MELACAK JEJAK SEJARAH

KELAHIRAN IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah,   dan juga bisa  dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk  memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan.
 Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lainialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102):
1.      Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal,   serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
2.      Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk  saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politikummat Islam yang semakin buruk.
3.      Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
4.      Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
5.      Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama  dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
6.      Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
7.      Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi
8.      Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk
Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina   mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah  dimulai sejak lama. Semangat tersebut sebenarnya  telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi  Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan  Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934-1937). Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga besar  Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah juga sudah banyak memiliki amal usaba pendidikan tingkat menengah.
  Gagasan pembinaan kader di lingkungan  mahasiswa datam bentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan kehendak  pendiri Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan  babwa "dari kallan nanti akan ada yang jadi dokter, meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada   Muhammadiyah" (Suara Muhammadiyah, nomor 6  tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19). Dengan   demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah  memikirkan bahwa kader-kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke Muhammadiyah.
  Namun demikian, gagasan untuk menghimpun dan membina mahasiswa di lingkungan  Muhammadiyah cenderung terabaikan, tantaran  Muhammadiyah sendiri belum memiliki perguruan   tinggi. Belum mendesaknya pembentukan wadah kader di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah  saat itu juga karena saat itu jumlah mahasiswa yang ada di lingkungan Muhammadiyah betum terialu banyak. Dengan demikian, pembinaan kadermahasiswa Muhammadiyah dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa putera dan metalui Nasyiatul Aisyiyah  (1931) untuk mahasiswa puteri.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 pada  tahun 1950 di Yogyakarta, dihembuskan kembali keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Namun karena berbagai macam hat, keinginan tersebut belum bisa diwujudkan,sehingga gagasan untuk dapat secara langsung membina dan menghimpun para mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah tidak berhasil Dengan demikian, keinginan untuk membentuk wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah juga masih jauh dari kenyataan.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 tahun 1956 di Palembang, gagasan pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah baru bisa direalisasikan. Namun gagasan untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan belum bias diwujudkan. Untuk mewadahi pembinaan terhadap mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja sama dengan Pemuda Muhammadiyah.
Gagasan untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah dalam satu himpunan setidaknya telah menjadi polemik di lingkungan Muhammadiyah sejak lama. Perdebatan seputar kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah  berlangsung cukup sengit, baik di kalangan Muhammadiyah sendiri maupun di kalangan gerakan mahasiswa yang lain. Setidaknya, kelahiran IMM sebagai wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi, baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dari kalangan gerakan mahasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di kalangan Muhammadiyah sendiri pada awal munculnya gagasan pendirian IMM terdapat anggapan bahwa IMM betum dibutuhkan kehadirannya dalam Muhammadiyah, karena Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah masih dianggap cukup mampu untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah.
Di samping itu, resistensi terhadap ide kelahiran IMM pada awalnya juga disebabkan adanya hubungan dekat yang tidak kentara antara Muhammadiyah dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hubungan dekat itu dapat ditihat ketika Lafran Pane mau menjajagi pendirian HMI. Dia bertukar pikiran dengan Prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokob Muhammadiyah), dan beliau setuju. Pendiri HMI yang lain ialah Maisarah Hilal (cucu KHA. Dahlan) yang juga seorang aktifis di Nasyi'atul Aisyiyah.
Bila asumsi itu benar adanya, maka hubungan dekat itu selanjutnya sangat mempengaruhi perjalanan IMM, karena dengan demikian Muhammadiyah saat itu beranggapan bahwa pembinaan dan pengkaderan  mahasiswa Muhammadiyah bisa dititipkan metalui HMI (Farid Fathoni, 1990: 94). Pengaruh hubungan dekat tersebut sangat besar bagi kelahiran IMM. Hal ini bisa dilihat dari perdebatan tentang kelahiran IMM. Pimpinan Muhammadiyah di tingkat lokal seringkali menganggap bahwa kelahiran IMM saat itu tidak diperlukan, karena sudah terwadahi dalam Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atulAisyiyah, serta HMI yang sudah cukup eksis (dan mempunyai pandangan ideologis yang sama). Pimpinan Muhammadiyah pada saat itu lebih menganak- emaskan HMI daripada IMM. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya pimpinan Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun kelembagaan, yang memberikan dukungan pada aktivitas HMI. Di kalangan Pemuda Muhammadiyah juga terjadi perdebatan yang cukup sengit seputar kelahiran IMM. Perdebatan seputar kelahiran IMM tersebut cukup beralasan, karena sebagian pimpinan (baik di Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyi'atul Aisyiyah, serta amal-amal usaha Muhammadiyah) adalah kader-kader yang dibesarkan di HMI.
 Setelah mengalami polemik yang cukup serius tentang gagasan untuk mendirikan IMM, maka pada tahun 1956 polemik tersebut mulai mengalami pengendapan. Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio operasional pendirian IMM dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98). Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah secara formal membentuk kader terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun itu telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak harus mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI). Ketiga, perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan. Keempat, keputusan Muktamar Muhammadiyah bersamaan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang tentang "....menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah."
 Baru pada tahun 1961 (menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta) iselenggarakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta (saat itu, Muhammadiyah sudah mempunyai perguruan tinggi Muhammadiyah sebelas buah yang tersebar di berbagai kota). Pada saat itulah, gagasan untuk mendirikan IMM digulirkan sekuat-kuatnya. Keinginan tersebut ternyata tidak hanya dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, tetapi juga dari kalangan mahasiswa di berbagai universitas non-Muhammadiyah. Keinginan kuat tersebut tercermin dari tindakan para tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah untuk berdiri sendiri. Oleh karena itu, lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh Margono (UGM, Ir.), Sudibyo Markus (UGM, dr.), Rosyad Saleh (IAIN, Drs.), sedangkan ide pembentukannya dari Djazman al-Kindi (UGM, Drs.).
   Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal Yogyakarta.
   Tiga butan setelah penjajagan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mere,smikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tanggal 29 Syawal 1384 H. atau 14 Maret 1964 M. Penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dilakukan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, yaitu KHA. Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatanganan 'Enam Penegasan IMM' oleh KHA. Badawi, yaitu:
1.      Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan  mahasiswa Islam
2.      Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah  adalah landasan perjuangan IMM
3.      Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahesiswa dalam Muhammadiyah
4.      Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undartg, peraturan,  serta dasar dan falsafah negara
5.      Menegaskan bahwa ilmu adalá amaliah dan  amal adalah ilmiah
6.      Menegaskan bahwa amal WJA aMah lillahi  ta'ala dan senantiasa diabdWan untuk kepentingan rakyat.

  Tujuan akhir kehadiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah untuk pertama kalinya ialah membentuk  akademisi Islam datam rangka metaksanakan tujuan Muhammadiyah. Sedangkan aktifitas IMM pada awal kehadirannya yang paling menonjol ialah kegiatan keagamaan dan pengkaderan, sehingga seringkali IMM pada awal kelahirannya disebut sebagai Kelompok Pengajian Mahasiswa Yogya (Farid Fathoni, 1990: 102).
 Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai berikut:
1.      Turut memelihara martabat dan membela  kejayaan bangsa
2.      Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
3.      Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah
4.      Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna  amal usaha Muhammadiyah
5.      Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan
 Dengan berdirinya IMM lokal Yogyakarta, maka berdiri pulalah IMM lokal di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jember, Surakarta, Jakarta, Medan, Padang, Tuban, Sukabumi, Banjarmasin, dan lain-lain. Dengan demikian, mengingat semakin besarnya arus perkembangan IMM di hampir seluruh kota-kota universitas, maka dipandang perlu untuk meningkatkan IMM dari organisasi di tingkat lokal menjadi organisasi yang berskala nasional dan mempunyai struktur vertikal.
 Atas prakarsa Pimpinan IMM Yogyakarta, maka bersamaan dengan Musyawarah IMM se-Daerah Yogyakarta pada tanggal 11-13 Desember 1964 diselenggarakan Musyawarah Nasional Pendahuluan IMM seluruh Indonesia yang dihadiri oleh hamper seluruh Pimpinan IMM Lokal dari berbagai kota. Musyawarah Nasional tersebut bertujuan untuk mempersiapkan kemungkinan diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada bulan April atau Mei 1965. Musyawarah Nasional Pendahuluan tersebut menyepakati penunjukan Pimpinan IMMYogyakarta sebagai Dewan Pimpinan Pusat Sementara IMM (dengan Djazman al-Kindi sebagai Ketua dan Rosyad Saleh sebagai Sekretaris) sampai diselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama di Solo.
Dalam Musyawarah Pendahuluan tersebut juga disahkan asas IMM yang tersusun dalam 'Enam Penegasan IMM', Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMM, Gerak Arah IMM, serta berbagai konsep lainnya, termasuk lambang IMM, rancangan kerja, bentuk kegiatan, dan lain-lain.


Share:

Popular

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan