Pemuda Millenials Bukan Pemakan Hoax


 Pemuda Millenials Bukan Pemakan Hoax
Oleh: Isnaini Sofiana*


Peran pemuda, sebagai sosok yang muda, yang dinamis, yang penuh energi, yang optimis, diharapkan untuk dapat menjadi agen perubahan yang bergerak dan berusaha menciptakan inovasi-inovasi baru. Pemuda, diharapkan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-pemikiran kreatif dengan metode thinking out of the box yang inovatif, sehingga dunia tidak melulu hanya dihadapkan pada hal-hal jaman old yang itu itu saja dan tidak pernah berkembang. Dengan kata lain pemuda diharapkan menjadi pemimpin masa depan yang lebih baik dari pemimpin masa kini. Pemuda diharapkan untuk menjadi  agent of change, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan dan pengembangan. Pemuda saat ini adalah mereka yang sedang tinggal di era millennial, atau biasa disebut generasi millennial. Generasi Millennial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia diberbagai bidang, apa dan siapa gerangan generasi millennial itu?. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980 an sampai 2000 an sebagai generasi millennial. Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun.
Studi tentang generasi millenial di dunia, terutama di Amerika, sudah banyak dilakukan, diantaranya yang studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema American Millennials: Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A Portrait of Generation Next.
Di Indonesia studi dan kajian tentang generasi millennial belum banyak dilakukan, padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat ini sangat besar, 34,45%. Tahun lalu memang ada sebuah majalah bisnis yang tajuk utamanya membahas generasi millennial, tapi sayang coverage liputanya masih sebatas kaitannya generasi millennial dengan dunia pemasaran, belum masuk secara substansi ke ruang lingkup kehidupan mereka secara menyeluruh.
Dibanding generasi sebelum, generasi millennial memang unik, hasil riset yang dirilis oleh Pew Researh Center misalnya secara gamblang menjelaskan keunikan generasi millennial dibanding generasi-generasi sebelumnya. Yang mencolok dari generasi millennial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik. Kehidupan generasi millennial tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet, entertainment/hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini

Kehidupan di generasi millennial sangat melekat dengan tekhnologi. Setiap hari konsumsi utama otak generasi millennial adalah sosial media. Banyak sekali konten yang di inginkan oleh pemuda millennial dan banyak informasi yang bisa didapatkan. Konsumen paling tertinggi dalam dunia maya. Namun, yang menjadikan problem adalah Bagaimana pemuda millennial itu mampu menciptakan bukan hanya sekedar mengikuti? Pemuda millennial lebih suka dan terlalu asik menjadi konsumen, karena segala itu bisa didapatkan secara praktis, instan, cepat dan mudah. Suatu problematika yang harus diselesaikan agar negeri ini tidak tertinggal. Di dunia luar sudah kompetitif untuk bersaing menjadi produsen-produsen terbaik. Mereka sudah memikirkan inovasi-inovasi apa yang harus diciptakan untuk kedepan. Menjadi pemuda millennials tidak lah mudah, harus mampu mengontrol segala sesuatu. Karena di era ini segala sesuatu bergerak tanpa batas dan cepat. informasi dapat diperoleh dimana saja dan dari siapa saja. Generasi masa kini harus berusaha dan mampu menjadi bijak terutama dalam penggunaan media sosial. Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Kita bisa berguna dan bertambah pintar apabila menggunakan media sosial dengan benar, tapi kita juga bisa menjadi penyebar hoax dan menjadi bodoh apabila kita menggunakan media sosial dengan tidak benar.
Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan juga semakin tinggi. Kualitas dan kinerja manusia juga dituntut menjadi semakin tinggi. Generasi masa kini harus mampu beradaptasi dengan cepat, belajar dan menjadi lebih baik dengan cepat serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat untuk dapat memecahkan setiap masalah. Kreatifitas dan Apabila tidak, dalam beberapa tahun ke depan mungkin posisi kita sudah digantikan oleh robot atau program komputer.
Tantangan terbesar pada era millennial adalah kurang kepekaan dalam kondisi sosial, ekonomi dan bahkan politik. Mereka cenderung lebih focus kepada pola kebebasan dan hedonisme. Menginginkan segala sesuatu cepat tersaji dan instan. Pola pikir yang seperti ini akan membuat kemunduran suatu bangsa. Seorang pemuda yang di gadang-gadang sebagai pemimpin bangsa di masa mendatang. Harus melangkah lebih maju untuk menghadapi competitive di dunia luar, harus mampu menciptakan sesuatu yang baru. Dan harus mau menjadi penggerak. Menggunakan tekhnologi dengan bijak dan tidak menyebar hoax adalah 1 langkah untuk merubah. Melek media atau sering disebut literasi digital harus di gencarkan, agar generasi millennial tidak lagi menjadi pemakan hoax.





*Ketua Bidang RPK IMM Komisariat FKIP UMS Periode 2018-2019

Share:

No comments:

Post a Comment

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan