Refleksi di Hari Pahlawan

Refleksi di Hari Pahlawan
Oleh : Isnaeni  Sofiana*


’’Tuhan menciptakan dunia menurut gambarannya sendiri, Namun hamba bisa mengubahnya dengan ikhtiar dan Tawakal”
Peringatan Hari Pahlawan ditetapkan karena adanya suatu peristiwa besar yang berlangsung di kota Surabaya, yang hingga saat ini kota tersebut juga sering disebut sebagai kota Pahlawan. Peristiwa tersebut ditandai dengan adanya konfrontasi di kota Surabaya yang melibatkan warga Surabaya dan pasukan dari NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda). Karena adanya peristiwa tersebut, Sumarsono yang merupakan mantan dari gerakan PRI (Pemuda Republik Indonesia) yang juga turut andil dalam peristiwa tersebut mengusulkan kepada Presiden Soekarno pada waktu itu untuk menjadikan 10 November sebagai hari untuk memperingati Hari Pahlawan.
Peristiwa peperangan berlangsung di kota Pahlawan, Surabaya tersebut menjadi legitimasi peran prajurit dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sudah dideklarasikan pada 17 Agustus 1945. Perjuangan rakyat Surabaya dan juga sukarelawan yang membantu dalam menghadapi agresi militer saat itu menjadikan suatu nilai kepahlawanan yang dinilai cukup untuk menjadikan 10 November sebagai hari untuk memperingati Hari Pahlawan
Serta pertempuran terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Ribuan tetes keringat dan darah rakyat tumpah menjadi satu, Surabaya diserang dari udara, darat, dan laut.
Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar diseantero kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil berguguran menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.
Seluruh rakyat dari berbagai gololang bersatu, tua, muda, pedagang, tentara, dan santri yang dikomandani oleh tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pasanteren lainya bersatu demi tanah air Indonesia.
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
Yang dapat membikin secarik kain putih dan merah
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapu juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi
Jangan mulai menembak
Baru kalau kita ditembak
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu kita tunjukan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingn merdeka.
Dan utntuk kita saudara-saudara...
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara...
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada dipihak yang benar.
Pecayalah saudara-saudara,
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA !!!
(BUNG TOMO)
Pahlawan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (pahala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama. Adalah orang yang menonjol melakukan perubahan karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.
Kemerdekaan bangsa Indonesia diraih dengan suatu perjuangan sampai titik darah penghabisan dengan suatu pekikan ‘merdeka atau mati’ diperjuangkan oleh para pejuang kemerdekaan yang kita menyebutnya sebagai pahlawan kemerdekaan bangsa. Tetapi pahlawan juga merupakan sebutan bagi setiap pejuang yang gagah berani dan mengorbankan dirinya dalam membela kebenaran.
Pahlawan itu ada di hidup dalam pikiran, jiwa dan semangat perjuangan kita, kapan pun dan sampai akhir masa. Pahlawan itu para pejuang di dalam kehidupan tanpa berpikir akan dinobatkan menjadi pahlawan atau bukan.
Lantas, siapa pahlawan di masa kini? Adalah semua orang yang menginspirasi kita menjadi pejuang dengan ketulusan dan menanam berbagai kebaikan untuk membela kebenaran yang suci dan keadilan yang murni, meski mengorbankan segala yang kita punya. Apa yang pantas kita tanam dalam kehidupan, kecuali jiwa dan semangat kepahlawanan.
Melihat bangsa Indonesia di masa kini sulit rasanya untuk menobatkan dan mendeskripsikan Pahlawan pada saat ini. Menjadi hal yang lucu, ketika membela kebenaran dan menyuarakan keadilan diabaikan sedangkan orang-orang yang berada dan mempunyai kepentingan- kepentingan dimuliakan.
Memupuk jiwa dan semangat kepahlawanan di hati setiap insan adalah tidak pernah melupakan jasa baik para pejuang dan penyebar kebenaran dan keadilan, penyeru kebaikan di jalan Tuhan sehingga setiap kita terlepas dan merdeka dari kesesatan dan kejahiliyahan.
Mengenang orang-orang baik yang berbagi dan memiliki jiwa kebersamaan dan rasa kepedulian sosial sehingga kita luput dan akhirnya merdeka dari kemiskinan dan kesengsaraan adalah sikap baik bagaimana kita memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan.
Pemimpin di pemerintahan baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan adalah para pemimpin yang tak pernah lupa pada rakyat yang telah menggaji dan memberikan fasilitas kepadanya, tak sekejap pun lupa pada suara rakyat yang telah memilihnya, memberikan kepercayaan dan amanah kepadanya.
Para pemimpin yang tidak pernah lupa pada sejarah dan pada asal adalah para pemimpin yang menyakini bahwa keberadaannya karena rakyat dan tugas pengabdiannya adalah untuk melayani dan menunaikan semua janjinya pada rakyat dengan amanah yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan.
 Saat ini, negeri kita tercinta Indonesia sedang terpuruk dimata rakyat maupun dikancah dunia, bukan karena penjajahan angkat senjata. Tapi karena permasalahan yang kompleks dalam segala sektor bidang baik itu dalam ekonomi, energi, pendidikan, maritim, lingkungan dan lain lain. Musuh bangsa Indonesia bukan lagi para kolonialisme yang ingin merebut kedaulatan tanah air, tetapi musuh Indonesia adalah bangsanya sendiri. Itulah yang pernah dikatakan Bung Karno.
Para pemangku pemerintah saat ini berlomba-lomba bak pahlawan yang ingin dielu-elukan rakyat, membawa kepentingan partai, padahal kinerja meraka jauh dari harapan untuk kemajuan, kesejahtran dan keadilan bagi rakyat Indonesia.
Pertanyaannya bagaimana menjadi pahlawan yang suci hanya demi kepentingan agama, negara dan bangsa? Menurut saya yang paling minimal adalah kita terus memperbaiki diri, agar menjadi sumber daya insani yang pintar, berdaya saing, tangguh, dan berkemaun tinggi untuk belajar, guna mempersiapkan diri untuk kehidupan kita yang bermanfaat untuk orang banyak, keluarga kita, lingkungan masyarakat, maupun agama, bangsa, dan negara yang lebih baik.  Pribadi yang mempunyai kecakapan dan kepekaan sosial yang baik adalah agen-agen perubahan. Bangsa Indonesia butuh masyarakat yang kreatif dan cerdas. Sehingga tidak mudah untuk di bohongi dan mampu bersaing dalam dunia yang kompetitif.




*Ketua Bidang RPK IMM Komisariat FKIP UMS Periode 2018-2019

Share:

1 comment:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan