Sabar, antara Belenggu Fikiran dan Pembebasan Diri


Sabar, antara Belenggu Fikiran dan Pembebasan Diri
Oleh: Alif Syuhada*


Sabar merupakan bagian dari aturan moral (akhlaq) yang mengatur kehidupan manusia dalam Islam. Dalam Islam, seorang muslim ditekankan untuk bersabar ketika menghadapi cobaanataupun ujian. Sifat sabarcukup dianjurkan oleh pemuka agamadalam setiap pengajian. Sikap sabarumumnya difungsikan untuk meredam kemarahan seseorang ketika ia menghadapi permasalahan.

Sabar memiliki sisi positif untuk seseorang agar mencegahperbuatan yang tidak dikehendaki dan tidak berlarut-larut dalam masalah.Namun disisi lain, ia juga dapat membuat seseorang pasif, dan terbelenggu.

Hal ini dapat kita temukan semisal seseorang mendapatkan cobaan dalamperekonomiannya, mereka dituntut untuk sabar yang kemudian diikuti sikap ikhlas dan berpasrah diri akan nasib yang menimpanya.Sikap sabardalamkontekstersebut dapat menjerumuskan orang pada fatalisme, dalam Islam dikenal dengan jabbariyah, yaitu sikap berpasrah diri total terhadap garis yang sudah ditakdirkan, sehingga manusia hanya sekedar bonekasaja. Padahal permasalahan ekonomi bukanlah soal rezeki dari sono saja, tapi ada masyarakat yang membentuknya, ada institusi, lembaga sosialdan masyarakat yang berperan menentukan rezekimasing-masing individu. 

Sikap sabar yang pasif ditimbulkan dari ketidaksanggupan dalam membedakan mana ujianyang murni dari tuhan, dan mana yang hasil konstruksi sosial. Ketika kita memahami permasalahan ini merupakan konstruksi sosial, maka sudah barang tentu menuntut, mengkritisi dan memperbaiki sistem sirkulasi rezekiharus menjadi sikap, bukan dengan bersabar, meyakini ini semua adalah takdir, seraya membuang daya kritis kita terhadap permasalahan ekonomi dan sosial lainya.

Merekonstruksi Makna "Sabar"
Sabarketika dipahami dengan salah akan mengakibatkan perilaku yang tidak baik, membelenggudanbukan menjadi akhlaqul karimah lagi.Begitu juga sifat ikhlasdan berpasrah diri pada Yang Maha Kuasa.Padahal Islammerupakan agama yang membebaskan(berasal dari kata aslama;selamat, bebas-red).Oleh karenaitusikap ini harus dipahami secara bijak.

Sabar merupakan energi emosional yang kuat, yang dapat membuat orang menjadi kuat dan bebas dari belenggu eksternal. Hal ini dapat kita lihat dalam perjuangan rosul dalam menegakkan kebenaran. Sikap sabardanpasrah diritersebut menjadi faktor ketahanan emosionalnyaselama mereka berdakwah. Akan tetapi sikap tersebuttidak membuat rosul menyerah dan menerima kondisi sosial yang menindas secara ekonomi, fisikdan budaya sehingga ia berhasil dalam perjuangannya.
Sikap sabar harus dipahami sebagai pembebasan manusia dari belenggu eksternal manusia (ekonomi, sosial, bencana alam, dll-red) bukan sebagai sikap pasrah, dan membelenggu fikiran manusia, karena sikap sabar dipahami sebagai pelarian dari permasalahan yang dihadapi.

*Penulis merupakan kader IMM FKIP


 
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (14) Artikel (22) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (2) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (5) Immawan (2) Immawati (9) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan