Menolak Lupa, Menolak Pemutihan Sejarah: Pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional Adalah Luka Baru Bagi Demokrasi

Pengangkatan Soeharto jadi pahlawan nasional (tangkapan layar sosial media)

10 November 2025 lalu, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto resmi mengangkat 10 nama untuk menjadi Pahlawan Nasional. Dari banyaknya tokoh tersebut, muncul salah satunya adalah H. M. Soeharto, Jenderal TNI (Purn.).

Keputusan pemerintah tersebut memunculkan keprihatinan mendalam dan penolakan moral dari berbagai elemen masyarakat yang menjunjung kejujuran sejarah. Langkah ini dinilai sebagai upaya yang berpotensi mereduksi catatan kelam Orde Baru dan mengabaikan penderitaan korban yang hingga kini belum sepenuhnya pulih. Pengangkatan tersebut bukan sekadar pemberian gelar, tetapi sebuah tindakan politik yang mengirimkan pesan keliru: bahwa pelanggaran hak asasi manusia, represi, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat diabaikan demi narasi stabilitas dan pembangunan.

Selama lebih dari tiga dekade, masyarakat Indonesia hidup di bawah bayang-bayang pembatasan kebebasan, kontrol ketat terhadap ruang publik, serta praktik kekuasaan yang menimbulkan luka mendalam. Tragedi 1965–1966, penahanan tanpa proses hukum, pembungkaman pers, operasi militer di Aceh–Papua–Timor Timur, hingga rangkaian tragedi yang menimpa mahasiswa seperti Tragedi Trisakti, Semanggi I, Semanggi II, serta penculikan, penganiayaan, dan penembakan misterius terhadap aktivis, bukan sekadar catatan pinggir sejarah itu adalah kenyataan pahit yang meninggalkan trauma serta kerugian besar bagi bangsa.

Mengangkat tokoh yang berkuasa di era penuh represi sebagai Pahlawan Nasional berarti mengabaikan suara para penyintas yang selama puluhan tahun menanggung beban kehilangan, stigma, dan ketidakadilan. Ini bukan hanya melukai ingatan mereka, tetapi juga mengancam objektivitas sejarah nasional.

Pemutihan sejarah seperti ini membuka peluang bagi kembalinya gaya kepemimpinan yang menormalisasi pembungkaman kritik serta melemahkan ruang demokrasi. Generasi muda berisiko menerima narasi sejarah yang disederhanakan dan dipoles sesuai hasrat penguasa demi citra yang baik di mata sejarah, sehingga kemampuan membaca masa lalu secara kritis dapat pudar bahkan hilang.

Menjaga ketegasan memori bangsa adalah bagian dari tanggung jawab moral seluruh warga negara. Kejujuran sejarah bukan untuk membangkitkan kebencian, melainkan untuk memastikan bahwa pelanggaran tidak kembali terjadi. Pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional adalah langkah yang bertentangan dengan semangat Reformasi dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi bangsa ini.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Siti Mutmainah mendorong seluruh elemen masyarakat untuk terus kritis, menjaga ruang publik yang sehat, serta menolak segala bentuk politisasi sejarah yang mengabaikan realitas penderitaan manusia. Bangsa yang menutup mata terhadap masa lalunya akan selalu berada di jurang pengulangan kesalahan yang sama. Menolak lupa adalah bagian dari merawat masa depan.

Share:

RUU KUHP: Ketika Kebebasan Dipagari, Demokrasi Dipertaruhkan

Pengesahan RUU KUHP (tangkapan layar sosial media)

Di tengah keramaian kota dan derasnya arus informasi, satu kabar menyeruak memenuhi ruang publik: RUU KUHP yang baru disahkan, menjadi viral dan menimbulkan gelombang tanda tanya. Perubahan hukum seharusnya menjadi tonggak kemajuan. Namun, apa jadinya bila kemajuan justru memotong jejak panjang perjuangan demokrasi?

RUU KUHP hadir dengan dalih pembaruan. Digadang-gadang untuk menggantikan warisan kolonial yang sudah renta. Tapi dalam beberapa pasalnya, terselip potensi membungkam kritik dan mengerdilkan partisipasi masyarakat. Suara rakyat yang sejatinya adalah fondasi negara justru diperlakukan seolah ancaman yang harus dibatasi.

Apakah ini reformasi? Atau sekadar renovasi wajah kekuasaan agar kontrol tetap dalam genggaman?

Narasi besar yang mereka tulis adalah tentang kepastian hukum. Namun kita tahu, kepastian seperti apa yang dibangun bila kebebasan berbicara mulai dibatasi, bila kritik dapat dianggap kriminal, bila ruang berekspresi harus melalui izin penguasa?

Kita menolak lupa bahwa negeri ini pernah tersandung pada sejarah di mana suara rakyat dibungkam dan kebenaran hanya boleh bersuara pelan-pelan. Kita telah berjalan jauh sejak 1998. Luka-luka itu tak boleh terulang menjadi babak baru yang lebih sunyi.

Bangsa ini tidak boleh hidup dalam ketakutan untuk bertanya. Tidak boleh merasa bersalah hanya karena berpendapat. Tidak boleh diam karena takut kehilangan hak dasar untuk bersuara.

RUU KUHP yang baru disahkan ini bukan hanya teks hukum. Ia adalah penanda arah. Apakah kita melangkah pada demokrasi yang matang, atau justru kembali pada lorong panjang yang pernah ingin kita tinggalkan?

Kita tidak menolak perubahan. Tapi kita menolak perubahan yang melemahkan rakyat. Kita tidak menolak hukum. Tapi kita menolak hukum yang mengancam kemerdekaan untuk mengawasi kekuasaan.

Suara publik harus tetap lantang. Sikap kritis harus terus menjadi budaya. Karena demokrasi bukan diwariskan begitu saja ia dijaga, dipertahankan, dan diperjuangkan setiap hari.

Jika negara adalah rumah, maka kebebasan adalah jendelanya. Dan kita menolak tinggal dalam rumah yang jendelanya tertutup rapat hanya karena pemilik kuasa takut melihat dunia luar.


Share:

Pelantikan Pimpinan Komisariat IMM Siti Munjiyah FKIP UMS 2025/2026

 

Pelantikan PK IMM Siti Munjiyah di Gedung Auditorium Djazman, 22 september 2025
 

fkip.imm.ums.ac.id, UMS – Pelantikan Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Siti Munjiyah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS pada Senin, 22 September 2025 di Auditorium Djazman UMS berlangsung khidmat. Pelantikan dimulai pukul 19.30 WIB dengan pembacaan tilawah serta menyanyikan lagu Indonesia Raya, Sang Surya, Mars IMM, dan Himne Guru. Kemudian dilanjutkan sambutan oleh Ketua Umum PK IMM Siti Munjiyah periode 2024/2025 IMMawati Mahda Khufiati Syaharani dan Ketua Umum PC IMM Kota Surakarta IMMawan Muhammad Albi Almahdy.

 

Dalam sambutannya, IMMawan Albi menyatakan bahwa merasa senang mengetahui ketua umum yang akan memimpin PK IMM Siti Munjiyah FKIP periode 2025/2026 ini merupakan sosok yang cinta masjid. Ia berharap semoga ketua umum periode ini dapat menularkan kepada pimpinan yang lain untuk cinta kepada masjid dan mengamalkan kebaikan. “Semoga Ketua Umum PK IMM Siti Munjiyah dapat bertanggungjawab mengemban amanah ini dengan baik,” tuturnya Senin (22/09/2025).

 

Sambutan juga disampaikan oleh Dekan FKIP, Prof. Dr. Anam Sutopo, M.Hum yang menegaskan pentingnya memiliki integritas dan mengamalkan trilogi IMM. Tidak hanya itu, ia menceritakan keberhasilan alumni IMM FKIP UMS yang mencetak berbagai prestasi.

 

“Diam adalah kehancuran dan mundur adalah pengkhianatan,” tandasnya diiringi seruan ‘IMM Jaya’ yang diikuti oleh seluruh peserta yang hadir, Senin (22/09/2025).

 

Usai sambutan, dilanjut pelantikan Badan Pimpinan Harian (BPH) dimulai dengan memanggil nama-nama yang ditetapkan menjadi anggota BPH PK IMM Siti Munjiyah FKIP UMS Periode 2025/2026 oleh PC IMM Cabang Kota Surakarta. Setelah itu dibacakannya ikrar pelantikan oleh Ketua Umum PC IMM Cabang Kota Surakarta yang diikuti oleh seluruh BPH. Pelantikan dilanjutkan dengan pemberian ucapan selamat dari tamu undangan kepada seluruh BPH yang sudah dilantik. Dilanjut dengan penandatangan berita acara serah terima jabatan pimpinan periode lama ke periode baru dan menyanyikan Himne IMM ‘Abadi Perjuangan’ untuk mengobarkan semangat pada Pimpinan Siti Munjiyah.

 

Setelah BPH resmi dilantik, dilanjutkan dengan pelantikan Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) yang terdiri dari LO BUMK, LSO Pusaka, LSO Lentera, LSO IMD, serta UPP baru bernama LSO Garda yang membawahi Bidang Hikmah Politik Kebijakan Publik (HPKP). Pelantikan UPP dilakukan oleh Pimpinan Umum IMM Siti Munjiyah Periode 2025/2026 dengan pembacaan ikrar pelantikan UPP oleh IMMawan M. Faris Abid Muwaffaq selaku Ketua Umum PK IMM Siti Munjiyah, dan dilanjut dengan serah terima jabatan UPP lama ke UPP baru. Dengan dilantiknya BPH dan UPP, maka telah usai acara Pelantikan Pimpinan Komisariat Siti Munjiyah Periode 2025/2026.

 

Sebelum penutupan pelantikan, diakhiri dengan penyampaian sambutan oleh Ketua Umum PK IMM Siti Munjiyah FKIP UMS Periode 2025/2026, IMMawan M. Faris Abid Muwaffaq.

 

Faris mengawali sambutannya dengan menyebutkan kalimat dari pepatah Arab yang berbunyi, ‘Al-quwwah fi al-jama‘ah, wal-baqā’ fi al-ḥarakah’—kekuatan itu ada dalam kebersamaan, dan keberlangsungan itu ada dalam pergerakan. Ia ingin mengajak hadirin untuk melihat pelantikan ini bukan sebagai ceremonial routine, melainkan sebagai deklarasi niat bersama.

 

“Kita bukan hanya dilantik untuk menjabat, tapi untuk menggerakkan; bukan hanya untuk mengurus, tapi untuk menghidupkan; bukan hanya untuk menjaga, tapi untuk mengembangkan,” tuturnya, Senin (22/9/2025).

 

“Tema kita kali ini ‘Regenerasi dan Reformasi Kepemimpinan yang Bersinergi Menuju IMM Progresif’ adalah cerminan dari cita-cita komisariat kita selama satu periode kepemimpinan. Regenerasi berarti keberlanjutan dan reformasi berarti keberanian untuk berubah. Dua hal ini akan menjadi fondasi kita untuk menjadikan IMM Siti Munjiyah semakin progresif, semakin dekat dengan mahasiswa dan semakin relevan dengan zaman,” jelasnya.

 

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuangan kalian lebih sulit karena melawan bangsa sendiri” (Bung Karno). Di akhir sambutan, IMMawan Faris mengajak kepada seluruh hadirin untuk memanjatkan doa untuk kesembuhan salah satu anggota IMM Siti Munjiyah yang qadarullah H-1 pelantikan mendapat musibah dan harus dirawat di Rumah Sakit.

 

“Meskipun salah satu roda dari ragamu patah, kami yakin semangatmu tidak pernah patah. Justru dari tempatmu sekarang, engkau hadir meskipun secara daring, hal ini mengajarkan kepada kita arti keteguhan, arti sabar, dan arti perjuangan yang sesungguhnya,” tandasnya diiringi seruan penyemangat tagline andalan IMM Siti Munjiyah “PK IMM Siti Munjiyah FKIP UMS, ‘Tanpamu Kurang Satu’” jawab para Pimpinan Komisariat IMM Siti Munjiyah FKIP UMS dengan semangat dan kebersamaan yang selalu melekat.

Share:

“Kebersamaan yang Penuh Keceriaan! Family Gathering IMM FKIP UMS Berlangsung Meriah”

Oleh: Bidang Kader IMM FKIP


Sukoharjo, 6 Oktober 2024 – Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan Family Gathering bagi kader baru 2024 pada hari Ahad, di Taman FKIP Kampus 1 UMS. Acara yang berlangsung hangat dan penuh keakraban ini menjadi sarana silaturahmi kader-kader baru IMM FKIP 2024.

            Acara yang bertujuan mempererat kebersamaan antar kader baru ini diisi dengan berbagai kegiatan menarik dan penuh keakraban. Dua kegiatan utama, yaitu lomba masak dan outbound, menjadi sorotan dalam acara tersebut. Lomba masak diikuti dengan antusias oleh kader-kader yang dibagi menjadi dua kelompok. Mereka berkompetisi dalam memasak hidangan kreatif yang ketentuannya adalah hidangan utama dan minuman pendamping. Keseruan semakin terasa saat para peserta mencoba memasak dengan mencoba mempersiapkan bahan-bahan secara bersama-sama, menyatukan banyak pendapat, dan dengan waktu yang terbatas namun tetap berusaha menampilkan cita rasa yang terbaik.

            Acara dilanjutkan dengan outbound, yang terdiri dari 4 jenis permainan, yakni estafet sarung, memasukkan bolpen kedalam boto, estafet air, dan voli air. Berbagai permainan yang disiapkan dirasa mampu menguji kerja sama dan kekompakan tim. Kader baru diajak untuk melewati berbagai tantangan dengan semangat kolaborasi dan kegembiraan. Melalui kegiatan ini, para kader baru diharapkan mampu memperkuat rasa persaudaraan dan kerjasama dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

            Mariska, sebagai salah satu penginisiasi kegiatan Family Gathering ini menyampaikan bahwa tujuan dari family gathering ini adalah untuk menciptakan ikatan yang lebih kuat di antara kader-kader baru, sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman dan dekat dengan IMM. "Kami ingin memberikan ruang bagi kader baru untuk saling mengenal satu sama lain dalam suasana yang lebih santai, namun tetap sarat makna," jelas Maris.

            Peserta yang hadir tampak antusias mengikuti setiap kegiatan. Salah satu kader baru, Luthfi, berbagi pengalamannya. “Acara ini sangat menyenangkan dan bermanfaat. Kami bisa belajar banyak tentang kerja sama dan pentingnya saling mendukung satu sama lain sebagai bagian dari keluarga IMM," katanya.

Acara ditutup dengan penyerahan hadiah bagi seluruh peserta family gathering dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Dengan adanya kegiatan seperti ini, kader-kader baru diharapkan dapat semakin solid dan siap menghadapi perjalanan mereka dalam ber-IMM. 

Share:

The Human Dark Side

 

Sisi  Gelap Manusia

oleh: IMMawan Ikbal Raehan 

 Anggota Bidang RPK PK IMM FKIP UMS 23/24

Akhir – akhir ini dunia dan isinya digemparkan oleh berita tentang dosen mesum, genosida di palestina, kapitalisme meraja rela, pemerintahan yang seenaknya. Menyebabkan trauma terhadap korban, kematian, penderitaan rakyat dan kehancuran. Aku sering berfikir “ Mengerikan sekali manusia”. Tanpa kita sadari juga yang melakukan itu adalah manusia. Dalam cerita keagamaan dan dongeng menceritakan bahwa iblis dan setan memiliki tempat tinggal didalam neraka. Apakah hati manusia itu sendiri adalah neraka?

Tak bisa kita tolak bahwa kita adalah manusia. Kita sering berbohong dan mengatakan bahwa “Orang – orang jahat ini tidak sama seperti kita.”  Karena manusia memiliki kapabilitas untuk melakukan perbuatan baik dan jahat. Semua orang dalam sejarah telah melakukan berbuatan dosa bahkan pemuka agama juga pernah berbuat dosa. Setiap manusia memiliki sisi gelap atau kejahatan itu sendiri, bahkan memberikan kerugian dan penderitaan orang lain. Kita sering menolak dan tenggelam ke bawah sadar kita. Carl jung (psikolog dari swiss) menyebutnya sebagai “bayangan”

Bayangan Diri

Menurut Carl Jung, bayangan adalah  masalah moral yang menantang seluruh ego – personalitas, karena  tidak seorang pun dapat bayangan diri tanpa usaha moral yang besar. Untuk menyadarinya, seseorang harus mengenali aspek – aspek gelap dari kepribadian sebagai sesuatu yang hadir dan nyata. Tindakan ini adalah syarat penting untuk segala jenis pengetahuan diri.

Bayangan juga menggambarkan aspek kepribadian yang kita pilih untuk ditolak dan ditekan, karena alasan yang kita buat sendiri. Kita memiliki ini dan kumpulan aspek – aspek identitas kita yang ditekan inilah disebut sebagai bayangan diri yang seperti; insting primitif, negatif, kemarahan, kejahatan, keserakahan, SARA, genosida, dsb.

Jika kita termasuk orang yang mencintai diri, pasti akan berkata. “Saya tidak menolak diri saya sendiri,” Mungkin anda berpikir bahwa anda mencintai semua yang ada diri anda. Akan tetapi, masalahnya ialah Anda tidak menyadari bagian kepribadian yang anda tolak dan kita menjauhkan diri secara psikologis dari perilaku, emosi, pikiran yang kita anggap bahaya.

Asal Usul Bayangan Diri

Dalam masyarakat, banyak sekali moral – moral standar yang arusnya perlu kita ikuti. Karena jika kita tidak mengikuti arusnya maka kita akan mendapat hukuman, yaitu dikucilkan. Maka kita menggunakan topeng positif untuk menutupi bayangan diri kita, dan topeng itu dinamakan persona.

Persona tidak hanya satu tetapi tak terhingga sesuai dengan tempat kita kunjungi. Misal, jika kita bertemu doi kita dan bertemu dengan orang tua kita pasti kita akan menutupi kejelekan kita dihadapan doi, sehingga doi jatuh cinta pada kita karena sisi persona kita. Akan tetapi, cinta atas kebohongan sendiri itu tidak akan bertahan lama.

Persona memiliki sistem negatif, yaitu semakin sering kita gunakan maka kita akan mencapai level ketidaksadaran kolektif. Sehingga munculah bayangan diri, kita sembunyikan biar gak kelihatan, kita tampilkan persona yang baik ke tengah masyarakat. Padahal ada kejahatan yang tersembunyi. Sebelum kita ketahuan maka kita akan melakukan mekanisme pertahanan bayangan diri

Mekanisme Pertahanan Bayangan Diri

Bayangan diri juga memiliki mekanisme pertahanan diri, yang saya analogikan seperti game among us. Dalam game among us diperkenalkan tokoh bernama Impostor, tugasnya antara lain menfitnah atau menuduh tokoh netral sebagai pembunuhnya. Padahal Impostorlah pelakunya. Dan ini dinamakan sebagai proyeksi. Proyeksi merupakan mekanisme pertahanan bayangan diri dengan memproyeksikan sisi jelekmu ke orang lain. Contoh yang lain ialah orang melakukan tindakan kekerasan seksual, ia mengakui bahwa tindakan itu salah. Akan tetapi, ia juga menyalahkan korban karena memakai pakaian yang ketat. Jadi, kalau ada orang yang nyalah – nyalahin terus, kemungkinan dalam dirinya ada kejelekan yang dia ungkap.

Jadi ketika kita mempelajari aspek mekanisme pertahanan ini biar kita sadar bahwa kita punya bayangan diri. Gak Cuma orang lain yang jelek, tetapi kita yang hakikatnya manusia ( makhluk mantan binatang) masih memiliki sifat kebinatangan atau sifat jelek. Logikanya, daripada kita diteliti maka kita yang meneliti, daripada kita yang dimaki maka kita yang dimaki. Jadi itulah mekanisme pertahanan bayangan diri.

 

Bayangan diri sangat susah lihat atau temui. Jadi ayo kita masuk kedalam bawah sadar kita dan lihat dalam dirimu ternyata unsurnya macem – macem dan g sederhana yang kamu bayangkan. Kejahatan  yang telah terjadi atau kasus dalam sejarah, merupakan bagian dari bayangan diri manusia. Sungguh mengagetkan bukan? Dalam sejarah sendiri, terlah terukir bahwa banyak pemuka agama, filosof, ideologi, maupun pemerintah untuk mencari solusi untuk bayangan diri manusia. Maka hingga saat ini solusi itu tidak bisa rumuskan bersama karena berada dalam diri orang – orang, kalau orang itu tidak sadar.

Share:

"Memahami Kartini : Tantangan Perempuan Masa Kini”

 

            

 

"Memahami Kartini : Tantangan Perempuan Masa Kini”

Oleh : Fitria Rahmawati

 

R.A. Kartini, putri Jawa penoreh jejak emansipasi perempuan. Begitu ia dijuluki. Memang benar Kartini kerap kali dikenal dalam memperjuangkan hak kaum perempuan. Kartini memiliki gagasan revolusioner mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Gagasan tersebut ia tuangkan dalam surat-surat yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Karya tersebut merupakan bentuk kritik sosial mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan serta keinginannya untuk dapat melampaui batasan sosial yang menghambat perempuan di masa itu.

Ketika membicarakan perjuangan Kartini, penting untuk menyoroti berbagai dimensi dari perjuangannya. Kartini bukan hanya pejuang kesetaraan gender, tetapi juga seorang intelektual yang memiliki pandangan luas tentang perubahan sosial dan politik pada masa itu. Salah satu pemikirannya tentang pendidikan bukan hanya berdampak pada hak pendidikan bagi perempuan, tetapi juga berkontribusi pada perubahan sosial yang lebih luas. Salah satu cara untuk mengatasi kesan bahwa perjuangan Kartini hanya sebatas pada hak perempuan adalah dengan menyelidiki berbagai aspek dari kehidupan dan pemikirannya. `

Pendidikan sebagai Pilar Emansipasi

Pendidikan dan perempuan adalah dua elemen yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Dalam hal ini Kartini berupaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam akses pendidikan bagi perempuan, karena pendidikan menjadi salah satu pijakan penting dalam gerakan emansipasi wanita di Indonesia. Kartini percaya bahwa pendidikan merupakan aspek penting dalam membebaskan perempuan dari belenggu tradisi yang berdampak negatif pada perempuan di masa itu, yang mana kondisi perempuan di Jawa, tempat Kartini tinggal, dipengaruhi oleh tradisi, budaya, dan sistem patriarki yang  kental.

Pendidikan memberikan perempuan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk membebaskan diri dari keterbelakangan. Dengan memiliki akses  pendidikan yang setara dengan laki-laki, perempuan dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan tidak lagi terbatas oleh norma-norma tradisional yang merugikan. Kesadaran perempuan tentang hak-hak mereka tidak hanya memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi ketidakadilan, tetapi juga memahami struktur kekuasaan yang mendasari ketidaksetaraan gender. Dengan demikian, perempuan menjadi lebih mampu untuk mengenali dan menantang diskriminasi serta ketidakadilan yang mereka alami.

Kontribusi di Ranah Sosial dan Politik pada Masanya

Pembebasan hak perempuan yang dilakukan oleh Kartini dalam menempuh pendidikan memiliki dampak yang sangat positif dan luas, baik bagi individu perempuan itu sendiri maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Namun visinya tentang emansipasi perempuan tidak terbatas pada akses pendidikan saja, tetapi juga mencakup pemberdayaan ekonomi, perubahan budaya, dan advokasi untuk kesetaraan gender dalam masyarakat dan politik. Dalam aspek ekonomi, Kartini mendorong pemberdayaan ekonomi bagi perempuan dengan memberikan pelatihan keterampilan dan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dia percaya bahwa dengan menjadi mandiri secara ekonomi, perempuan dapat mengontrol kehidupan mereka sendiri.

Pada aspek politik, Meskipun secara langsung tidak terlibat dalam politik formal, Kartini menjadi inspirasi bagi gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Gagasan-gagasannya tentang pendidikan dan kesetaraan gender membantu membentuk pandangan masyarakat tentang peran perempuan dan sebagai jalan atau kesempatan bagi perempuan untuk terlibat dalam masyarakat, politik, atau aspek-aspek lainnya.

Tantangan Kartini Masa Kini

Pemikiran Kartini tentang kebebasan dan pemberdayaan perempuan tampak familiar di masyarakat. Namun, tantangan implementasi di era modern sering kali membuat perempuan berjuang keras untuk mewujudkan visi Kartini. Meskipun Kartini memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan, namun pada realitanya masih banyak perempuan di Indonesia yang tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan seperti halnya laki-laki. Masih ada tantangan terkait akses fisik, biaya, dan norma sosial yang menghambat perempuan untuk menempuh pendidikan tinggi.

Di posisi yang lain, perempuan sering kali menghadapi dilema antara mengejar karier dan merawat keluarga. Tuntutan peran ganda ini sering kali menghadirkan konflik internal dan eksternal yang kompleks, terutama ketika perempuan dihadapkan pada ekspektasi sosial yang bertentangan. Pada hal lain, Kartini memimpikan masyarakat yang bebas dari diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Namun, realitasnya masih banyak perempuan yang menjadi korban diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan, baik di ranah publik maupun domestik. Selain itu, meskipun perempuan telah mampu terjun dan berkontribusi dalam dunia kerja, namun kesenjangan gender masih menjadi masalah yang berkelanjutan. Mulai dari ketidakadilan gaji hingga kurangnya keterwakilan perempuan di posisi manajemen dan kepemimpinan, perempuan masih dihadapkan pada tantangan kesetaraan dalam dunia kerja.

Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, semangat Kartini haruslah tetap menyala di hati perempuan masa kini. Perempuan terus berjuang untuk mengimplementasikan nilai-nilai emansipasi dan pemberdayaan yang ditanamkan oleh Kartini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyadari tantangan-tantangan ini dan bekerja bersama-sama untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut. Perempuan dapat terus melanjutkan perjuangan Kartini dalam mewujudkan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkeadilan gender.

 

Share:

Launching Karya Semarak Milad IMM ke-60 PK IMM FKIP UMS


 Oleh: Silfi Aliya

Sekretaris Bidang Kader PK IMM FKIP UMS 23/24

Surakarta - Jum'at, 29 Maret 2024, sebuah binar harapan baru untuk Pimpinan Komisariat IMM FKIP UMS yang telah menyelenggarakan seminar sekaligus launching sebuah karya Buku Antologi Opini dengan judul “IMM for 2045”. Penyelenggaraan acara ‘Seminar dan Launching Buku Antologi Opini’ merupakan bagian dari rangkaian Semarak Milad IMM ke-60 yang dilaksanakan di Gedung Auditorium Djazman, Kampus 1 Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sumbangsih IMM selama 60 tahun dalam dunia peradaban di Indonesia adalah tonggak sejarah yang perlu dibanggakan. Selayaknya, kebahagiaan dan semangat perjuangan atas nilai IMM perlu diwujudkan melalui karya inspiratif sebagai amanat untuk generasi selanjutnya. Dalam Buku Antologi Opini yang berjudul “IMM for 2045” tersurat berbagai karsa dalam IMM dan berbagai gagasan untuk menyambut era 2045.

Dalam sambutannya, IMMawan Rifqi Almuiz selaku Ketua Umum PK IMM FKIP UMS periode 2023/2024 menyampaikan, “Sebuah apresiasi untuk seluruh kader yang telah menuangkan gagasan atau ide-idenya melalui tulisan, karena yang abadi terhadap karya kita adalah tulisan. Karena sampai mati pun tulisan kita akan tetap dibaca oleh generasi selanjutnya, maka menjadi kader IMM itu wajib menulis.” IMMawan Rifqi Almuiz juga menambahkan, “Menuju IMM di 2045 dimulai dari pemikiran dan gagasan saat ini, kita kuatkan dulu pondasi IMM FKIP untuk IMM FKIP di 2045.”

Peluncuran karya ini merupakan sebuah inovasi yang lahir dari Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Pimpinan Komisariat IMM FKIP yang menjadi wadah untuk membangun nalar kritis dan literasi kader terhadap isu-isu sosial yang merupakan identitas IMM sebagai Gerakan Mahasiswa. Dalam karya Antologi Opini tersebut, terdapat 16 kontributor penulis dari kader se-Cabang Surakarta. Melalui karya ini, besar harapan bisa mendorong kader-kader IMM untuk melahirkan inovasi baru yang bermanfaat untuk kedepannya. Semoga karya tersebut dapat menjadi refleksi bersama dan menyemai kebaikan di masa mendatang.

IMMawan Agung Ahlul Wicaksana selaku Ketua PC IMM Surakarta menyampaikan dalam sambutannya, “Saya mengapresiasi besar atas satu karya produktif nyata dari PK IMM FKIP. Harapannya ini mampu menjadi pemantik komisariat-komisariat bahkan IMM yang lain untuk saling bahu-membahu mewujudkan intelektualitasnya dalam produktif karya nyata yakni menulis.”

 

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, maka ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

-Pramoedya Ananta Toer

 

Share:

Sah! Telah Lahir 71 Kader PK IMM FKIP UMS pada DAD 2024

 


Oleh: Bidang Kader IMM FKIP

 

“Baik buruknya Muhammadiyah di masa yang akan datang dapat dilihat dari pendidikan kader-kadernya saat ini. Apabila pendidikan kader Muhammadiyah hari ini baik, maka Muhammadiyah di masa yang akan datang akan baik, sebaliknya apabila pendidikan kader Muhammadiyah hari ini buruk maka buruk pula Muhammadiyah di masa depan”

 

            Pimpinan Komisariat IMM FKIP UMS sukses selenggarakan Darul Arqam Dasar (DAD) 2024 sebanyak dua kali pelaksanaan. Tepatnya pada tanggal 03-06 Januari 2024 dan juga pada tanggal 04-07 Maret 2024. Hal ini terjadi karena banyaknya mahasiswa baru yang antusias serta berminat untuk bergabung di IMM sehingga melebihi persyaratan pelaksanaan kuota peserta, sehingga peserta dibagi menjadi 2 kelompok pelaksanaan. Pada kelompok pertama Darul Arqam Dasar bertempat di Gatak, Sukoharjo. Sedangkan kelompok kedua bertempat di Banyudono, Boyolali.

            Mengusung tema “Internalisasi Ideologi IMM guna Mewujudkan Profil Kader Dasar”, Pimpinan Komisariat IMM FKIP menaruh harapan bahwa proses penghayatan terkait ideologi-ideologi IMM ketika pelaksanaan DAD dapat berjalan dengan baik dan akan mewujudkan profil kader dasar sebagaimana yang tercantum dalam Sistem Perkaderan Ikatan.

            Dalam sambutannya, Ketua Umum PK IMM FKIP UMS menyampaikan bahwa “DAD merupakan langkah awal kalian berproses di IMM, jadikan kesempatan kali ini sebagai tempat menggali potensi yang kalian miliki. sebagai seorang mahasiswa yang dituntut untuk kembali dan mengabdi kepada masyarakat seharusnya selaras apa yang dimaksud dengan TKD di dalam IMM yakni, religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. tiga point itu yang kalian harus dapatkan kemudian kalian kembangkan terakhir harus diaplikasikan,” pada DAD kloter yang kedua, senin (4/3/2024).

            “Seorang kader IMM tidak sekedar kuliah pulang melainkan harus menjadi promotor gerakan mahasiswa terutama di lingkup kampus. dengan semangat yang tinggi serta dibarengi dengan niat yang tulus, pasti jalan kemudahan selalui menyertai,” Lanjutnya.

            Total 71 kader tersebut berasal dari berbagai program studi yang ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMS. Dengan latar belakang serta minat kader yang berbeda-beda diharapkan mampu hidup berdampingan sehingga dapat membentuk suatu keselarasan di komisariat namun tetap tidak menghilangkan semangat dalam mengembangkan potensi pribadi masing-masing kader.

            Nauval, selaku kader PK IMM FKIP UMS 2023/2024 menyebutkan bahwa motivasinya mengikuti DAD adalah karena ingin mengetahui hal-hal yang belum ia ketahui di IMM khususnya dan materi-materi terkait wawasan umum serta ingin mendapatkan apa yang belum didapatkannya.

            Selama DAD, yang paling berkesan adalah ketika semua peserta yang sebelumnya masih belum mengenal tetapi ketika di lokasi perkaderan sudah seperti teman lama dan sangat akrab satu dengan yang lain. Terakhir, besar harapannya bahwa saya akan terus menemukan hal baru di IMM dan paling penting adalah keakraban dan silaturahim harus tetap terjalin,” tutupnya.

 

 

 

Share:

JEMPOL TERBALIK BUAT DPP IMM

 



JEMPOL TERBALIK BUAT DPP IMM

Oleh: Rifqi Almuiz

Pesan untuk yang sedang bermuktamar jangan lupa flash back pada pernyataan sikap yang diluncurkan oleh beberapa cabang berikut ini: PC IMM Surakarta, PC IMM Sukoharjo, PC IMM Tangerang, dan PC IMM Djazman Al-Kindi Yogyakarta.

Normalisasi pemikiran politik praktis di tubuh ikatan ini semakin kontras terlihat, seperti tidak ada jurang pemisah antara politik gagasan dan politik pragmatis. Ketua Umum Dewan Pimpina Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Abdul Musawir Yahya seharusnya diberikan sanksi berat atas pelanggaran kode etik yang telah diperbuatnya. Padahal Langkah Muhammadiyah dalam menyikapi politik sangat berhati-hati, namun yang terjadi justru kader-kader Muhammadiyah merusak dari dalam mengenai gagasan kebangsaan yang telah dicetuskan oleh Muhammadiyah.

Hastrat duniawi, jika ke depan tetap dinormalisasi, semakin mencerminkan bahwa IMM kedepan bukan lagi Gerakan kaum akademisi yang berpihak kepada rakyat. Melainkan Gerakan politik yang mempersiapkan kadernya untuk berkontestasi di pemilu. Jika seperti itu, lebih baik IMM mendirikan partai politik, kan lebih konkrit, ketimbang menjadikan IMM sebagai tangga untuk naik ke senayan. Gak kasihan dengan adik-adikmu yang sedang membentuk kader di taraf komisariat?

secara keseluruhan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memegang teguh pada penegasan IMM, terkhusus pada point keenam “menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta’ala dan senantiasa diabadikan untuk kepentingan rakyat.” Penegasan tersebut lahir setelah musyawarah nasional 1-5 mei 1965 di Surakarta, sehingga di sebut dengan Deklarasi Kota Barat (Dekobar).

Dalam deklarasi muktamar XVI (setengah abad) IMM juga disebutkan pada point keempat “IMM independent terhadap politik praktis”. Deklarasi yang melahirkan penegasan IMM tak dapat dipandang sebelah mata, lahirnya deklarasi dekobar dan setengah abad tersebut bertujuan untuk menanggapi situasi kebangsaan, kenegaraan, keislaman, dan pergerakan mahasiswa yang terjadi pada saat itu dan juga menjadi landasan IMM di masa depan. hingga sampai saat ini IMM masih memegang landasan tersebut dalam setiap langkahnya.

Tenun kebangsaan yang telah digagas oleh kader yang telah mewaqafkan isi kepalanya untuk organisasi IMM ini seperti menulis, berkarya, dan sebagainya jangan sampai ternodai oleh kader-kader yang hanya ingin menunggangi ikatan ini untuk hastrat berkuasa.

Momentum muktamar kali ini memang begitu strategis karena diselenggarakan beberapa minggu setelah pemilu serentak 2024. Jangan sampai esensi dari muktamar kali ini dilupakan hanya untuk mengantri kursi-kursi di Istana Negara. Gagasan-gagasan mengenai masa depan IMM seharusnya dipikirkan, jangan sampai di akhir periode ini hanya meninggalkan jejak-jejak buruk terhadap ikatan ini.

Kader delegasi dari setiap cabang se-Indonesia jangan hanya ber euforia pada momentum muktamar ini, sebagai kader yang sadar seharusnya dapat menyumbangkan pemikirannya untuk keberlangsungan IMM dan mempertahankan eksistensi maupun jati diri IMM. Sehingga IMM tidak hanya ditunggangi sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan, namun IMM dapat menjadi patron penggerak masyarakat, Bangsa dan Negara.

Huru hara deklarasi bergerak 1912

Mengutip pernyataan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari Kompas.id “penegasan untuk netral dalam pesta demokrasi lima tahun itu menjadi salah satu point yang harus disepakati dalam konsolidasi nasional Muhammadiyah menjelang pemilu 2024 di Universitas Aisyiyah Yogyakarta”. Sudah jelas, sebagai warga Muhammadiyah harus bersikap netral, tidak condong kepada salah satu paslon. Namun berbanding terbaling dengan situasi yang terjadi pada saat menjelang pemilu dilaksanakan.

Menjelang pemilu 2024 lalu, beberapa kader IMM terkhusus yang berada di pulau Jawa terdeteksi terafiliasi dengan Gerakan Deklarasi bergerak1912. Termasuk beberapa kader IMM yang masih berada di dalam struktural Cabang bergabung dengan Gerakan tersebut. Tentu hal tersebut melanggar konstitusi IMM. Deklarasi tersebut bertujuan untuk menyukseskan salah satu pasangan calon Presiden yakni Prabowo dan Gibran.

            Dari fakta tersebut sudah jelas terlihat bahwa Organisasi yang bernama IMM ini di tunggangi untuk kepentingan politik praktis oleh beberapa kader yang memiliki hastrat berkuasa dan mencari serpihan rupiah semata. Landasan perjuangan yang telah diterbitkan oleh para pejuang organisasi terdahulu tak diindahkan lagi, pantaskah diturunkan dengan hormat kader seperti itu?.

            Dalam acara muktamar di Palembang yang dilaksanakan pada tanggal 1-3 Maret, beberapa kader yang memantau dari jauh cukup berbela sungkawa atas kejadian yang tak di sangka-sangka, yakni laporan pertanggung jawaban (LPJ) di terima dengan penuh. Dalam hati berbisik “kecewa dengan ikatanku”. Dimana pertanggung jawaban DPP atas kejadian pemilu dan pelanggaran kode etik di pemilu kemarin?! Belum lagi kecacatan-kecacatan lainnya yang merugikan ikatan ini.

            Jika mengatasnamakan ikatan, seharusnya kader-kader yang berada di wilayah muktamar IMM mempertanyakan atas kejadian tersebut, jangan pura-pura apatis dan seakan tidak tahu apa-apa, rugi datang ke Palembang namun tidak memiliki gagasan yang dapat mencerahkan ikatan ini. Lebih baik pulang, memperbaiki cabang masing-masing yang masih bobrok.

            Kegaduhan yang terjadi di muktamar Palembang menggambarkan kondisi IMM yang tidak baik-baik saja, menggambarkan begitu primitifnya pemikiran tentang masa depan IMM. Hal tersebut dapat menjadi kabut gelap yang mampu menutup gagasan-gagasan strategis untuk masa depan IMM yang lebih baik.

            Politik gagasan tentunya sangat diperlukan pada momentum seperti muktamar untuk menjaga kewarasan dan kedewasaan dalam berpolitik untuk tidak mengabaikan kepentingan masa depan IMM dan berhorison jauh.

Namun yang terpenting adalah tidak menormalisasi politik praktis di tubuh ikatan, untuk kader yang berorientasi pragmatis dan merusak pergerakan ikatan lebih baik masuk partai politik!.

 

Share:

DATABASE ALUMNI PK IMM FKIP UMS

 Assalamu'alaikum warahmatulahi wabarakatuh

Ahlan Wa Sahlan, Selamat datang Alumni dan Anggota PK IMM FKIP UMS yang berbahagia

Berikut kami lampirkan formulir pendataan database alumni dan anggota PK IMM FKIP UMS. Bagi IMMawan maupun IMMawati alumni dan anggota komisariat yang merasa belum mengisi, sekiranya dapat diisi untuk kelengkapan database



Atas perhatiannya, kami ucapkan jazakumullahu khayran katsiira
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Share:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan