Penulis : IMMawan Achmad Mahbuby
Hingga saat ini, terdapat dua
komisariat IMM yang dinaungi oleh PC IMM Kota Surakarta yang belum menggunakan
nama tokoh sebagai nama komisariat, yaitu komisariat IMM FIK (Fakultas Ilmu
Kesehatan) dan IMM FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), sementara
komisariat IMM se-Cabang Kota Surakarta lainnya sudah mulai menggunakan
nama-nama tokoh untuk dijadikan sebagai nama komisariat, seperti IMM Moh.Hatta
(FEB UMS), IMM Al-Fatih (ITS PKU), IMM Ki Bagus Hadikusumo (UNS), IMM Adam
Malik (FKI UMS), IMM Ar-Razi (FK UMS), IMM Aisyiyah (Univ. Aisyiyah), IMM
Az-Zahrawi (FKG UMS), IMM Averroes (FT UMS), IMM Ahmad Dahlan (FH UMS), IMM
Avicenna (F.Farmasi UMS), IMM Al-Ghazali (Fakultas Psikologi UMS), IMM Jenderal
Sudirman (Unisri dan Poltekes Surakarta). Penetapan nama tokoh-tokoh besar
sebagai nama komisariat bukan tidak memiliki sebuah alasan, selain sebagai
pengenalan terhadap khalayak umum bahwa terdapat tokoh-tokoh besar yang dulunya
memiliki peran yang besar pula dalam bidang masing-masing, juga sebagai sebuah branding terhadap setiap komisariat
untuk membangun keteladanan tokoh yang ditetapkan masing-masing komisariat
sesuai dengan disiplin ilmu. Namun, apabila pembaca memperhatikan dengan saksama,
bahwa hampir secara keseluruhan nama tokoh yang diangkat oleh komisariat IMM
se-Cabang Kota Surakarta adalah nama tokoh laki-laki, kecuali PK IMM Aisyiyah,
itu pun hanya satu-satunya di IMM Cabang
Kota Surakarta.
Betapa kita dibuat merinding, ketika IMM dengan wacana
kritis menggaungkan kesetaraan gender dalam Islam, menolak bias gender,
mendukung adanya sebuah relasi gender namun dalam praktiknya tetap saja tidak lepas
dari dominasi patriarki. Sama halnya dengan Ketua Umum Pimpinan Cabang Kota
Surakarta yang selalu didominasi oleh laki-laki, atau kita ambil contoh yang
lebih luas yaitu pada calon formatur DPD IMM Jawa Tengah XX yang secara
keseluruhan adalah laki-laki. Hal tersebut makin memperkuat premis bahwa IMM
memang hanya berkutat pada wacana, sedangkan untuk aksi sangat jauh dari wacana
yang telah dibangun. Dan tidak-kah menjadi pertanyaan besar, ketika demo
mahasiswa yang selalu digaungkan Hidup Perempuan yang Melawan ?
Berangkat dari keresahan
tersebut, Ketua Umum IMM FKIP UMS periode 2021/2022 IMMawan Achmad Mahbuby
mencoba untuk mewacanakan pergantian nama komisariat dengan menggunakan nama
tokoh perempuan yang konsen terhadap dunia pendidikan. Adapun tujuan dalam
wacana pergantian nama komisariat menggunakan nama tokoh perempuan yaitu sebagai
bentuk pemberantasan terhadap pandangan misoginis nama komisariat se-Cabang
Kota Surakarta yang dominan mengambil nama tokoh laki-laki. Selain daripada
itu, yaitu untuk mengangkat dan memperkenalkan sosok tokoh perempuan yang juga
banyak memiliki peran dalam perjuangan peradaban manusia. Walaupun tidak
dipungkiri bahwa dalam mewacanakan pergantian nama komisariat IMM FKIP UMS akan
memicu banyak pro dan kontra, tak terkecuali dalam internal pimpinan sekalipun,
namun bukankah hal tersebut merupakan ikhtiar baik ? hal tersebut juga dapat
dinilai sebagai ikhtiar dalam membangun kembali branding PK IMM FKIP UMS dalam
pergerakan dan perkaderan pasca pandemi covid-19. Dengan harapan bahwa adanya
perubahan nama komisariat, maka PK IMM FKIP UMS akan mampu untuk menjadi
sentral perkaderan dan pergerakan terkhususnya dalam keperempuanan dan disiplin
ilmu pendidikan. Pun nantinya label
komisariat FKIP tidak akan hilang pasca diubahnya menjadi nama tokoh perempuan.
Perihal kop surat dan atribut IMM lainnya tetap akan ada nama Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Akhir kata, besar harapan bahwa
IMMawan dan IMMawati dapat menangkap makna filosofis yang termaktub dalam
wacana pergantian nama komisariat tersebut. Sehingga pada Musywarah Komisariat
IMM FKIP UMS yang akan digelar pada tanggal 24 Septermber 2022 bertempat di PCM
Kartasura akan mampu menghasilkan kesepakatan bersama perihal nama tokoh
perempuan dalam pendidikan yang akan ditetapkan untuk PK IMM FKIP UMS periode
2022/2023 dan seterusnya.
No comments:
Post a Comment