Senyap
Kami duduk bersila di atas tanah kering
-yang disaung
ombak
Dan jalan itu tergelar, telah sampai di ujung
tanduk kerbau ternak
Angin memekak menangisi sunyi
Dan tungkak kaki kami yang bengkak
Antara retak tulang padi
Sejarah yang hidup dalam cangkang
Terlalu lambat sembuh
Di hadapan kucur darah bersimbah
Luka yang ditempeli garansi dan mimpi mimpi
Angin terlalu siur
Sehingga berita kepedihan gagal tersiar
Debar yang selalu
urung menyambut degup
Saat nafsu lacur dan terlanjur menggugurkan benang
Tulang kami telah jadi liang bermuara kata-kata yang bungkam
tak bersuara
Ringkih gugur jati tua
Memeluk
Tanah yang hanya digarap mata
-Praya, 2020
Gigil
Desir angin yang mengiris sunyi
terdengar lagi
Seperti ngilu di bibir pisau
menyayat luka di mimpi
Aku barangkali
Masih saja seperti kemarin
Seorang bocah yang merendam tangisnya
dalam tanah basah di sawah
Kemudian, Berlarian di antara musim-musim
Ku saksikan orang tua
Dengan lengan ringkihnya
Memeluk sejarah manusia
Yang makin menggigil
matanya adalah anak-anak sungai
lambat laun kian
megering
Waktu yang gugur dihempas angin
Seolah bermuara dalam diamku
Demamnya masih mendengkur
Dalam nyeri yang tak bisa tidur
-Solo, 2020
Sengit
Sengit siang
Bersambut petang
Lelaki tulang kering
Juga jiwa terasing
Melewati lorong lorong kota
Derang mesin
Keringat asin
Mata logam yang susah ditukar
Sementara lelah
Telah lama berpasrah
Pada waktu yang terus berputar
Hambuh-hambuh dengarlah
Teriakan yang diheningkan
Berkali-kali tulah
-Solo, 2021
Dering
Ku kira beginilah cara meniup waktu
Ketika dunia serupa opera sabun
Dan kita,
terlalu gugup untuk bertepuk tangan
Kita di sini saja melihat mesin takdir bekerja tanpa suara
Melihat cuaca yang enggan terbaca
Kata, yang telah lama kita tunggu
Terjebak dalam dinginnya
Malam telah ringkih memutar mimpi-mimpi
Sementara, detak jantung
masih tergantung
pada tirai jendela
dan nafas mengehela nyeri
Aih, hidup yang suka berbasabasi
Kekasih yang tak pernah bisa dimengerti
Bisa kah kita berdamai
Sekali, sampai
mati
-Solo, 2021
Lalu Muhammadi
Ilham Fajri, lahir di
Praya 01 Agustus 2001. Mahasiswa prodi Pendididkan Bahasa dan Sastra Indonesia
di FKIP UMS. Berkegiatan di PK IMM FKIP. Hobi : nonton film, membaca dan
kadang-kadang menulis jika lagi mood atau terpaksa.
Bagus banget semangat lalu 🌻
ReplyDelete