oleh IMMawan Mahbubi
Memanglah manusia memiliki perasaan, lantas apakah benar ketika manusia
hanya mengedepankan perasaan tanpa mengolahnya terlebih dahulu ?
Pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan
empat potensi, yaitu hati (القلب), ruh (الروح), jiwa (النفس) dan akal (العقل).
Perasaan kadang muncul atas dasar kata hati, padahal secara etimologis qalbu
artinya bolak balik. Artinya bahwa perasaan yang dilandaskan oleh hati semata
hanya akan menghasilkan sesuatu yang dapat berubah - ubah sesuai dengan keadaan
hati pada saat itu.
Mungkin Kalau sekedar hanya
merasa, mencintai, membenci, tidak akan membedakan
kita dengan hewan. Sebut saja kucing misalnya. Kucing memiliki perasaan
menyayangi terhadap majikannya, dan akan membenci orang – orang yang ia rasa
mengganggunya. Kalau begitu apa istimewanya manusia
dibanding dengan hewan ?
Hanya akal-lah yang membedakan manusia dengan hewan.
Mungkin ketika kita memelihara hewan, maka hewan tersebut akan tuduk dan
menjalani kehidupannya sesuai dengan apa yang kita mau. Beda dengan manusai
yang dapat menundukkan orang yang lebih besar darinya. Karena Ia memiliki akal
untuk berfikir.
Oleh karena itu, ada baiknya
ketika perasaan diolah terlebih dahulu menggunakan akal, sehingga tidak akan
mudah dibutakan oleh yang namanya perasaan.
Memang benar bahwa perasaan itu penting, namun harus
didasari oleh akal dan diperkuat oleh keimanan. Dengan begitu mungkin prinsip
Wa Tawashou bil haqqi wa tawashou bisshobri bukan lagi hanya sebuah hafalan
dalam sembayang semata.
Kenapa saya berkata demikian ?
Karena saat ini banyak sekali orang yang menutup mata terhadap kebatilan
yang dilakukan oleh orang yang mereka cintai, dan hanya akan melihatnya pada
orang yang mereka benci. Ini merupakan suatu contoh yang konkrit seseorang yang
lebih mengedepankan perasaan yang tidak dilandaskan pada akal yang diperkuat
oleh keimanan.
Tidaklah adil, bila kita menyalahkan sesuatu yang benar, hanya karena hal
benar tersebut disampaikan oleh orang yang dibenci, dan tidak adil pula bila
membenarkan suatu yang salah hanya karena hal salah tersebut disampaikan oleh
orang yang dicintai. Maka bohonglah mereka yang mengaku mencintai namun
membiarkan seseorang yang dicintainya tenggelam dalam ketidaksempurnaan.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberikan hati dan akal oleh
Allah SWT haruslah mampu unuk mengolahnya, agar dapat memberikan dampak yang baik terhadap diri
kita sendiri dan juga terhadap orang lain. Hingga tercipta suatu keharmonisan.
No comments:
Post a Comment