HUKUM DEMONSTRASI / AKSI / MASIROH

HUKUM DEMONSTRASI / AKSI / MASIROH

Penting banget di baca bagi tmen’ pergerakan maupun yang pingin tau hukum aksi dari dudut pandang islam.

secara umum dalil tentang masiroh (atau sering disebut demonstrasi) didasarkan pada dalil-dalil amar makruf nahi munkar. Nasihat adalah hak setiap orang, mulai dari rakyat jelata hingga para penguasa. Artinya, mereka mempunyai hak untuk dinasihati. Sebaliknya, nasihat menjadi kewajiban bagi setiap mukallaf, tatkala menyaksikan kemungkaran atau kezaliman yang dilakukan oleh orang lain; baik pelakunya penguasa maupun rakyat jelata. Inilah yang dinyatakan dalam hadis Nabi saw.:

"Agama adalah nasihat; untuk Allah, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslim, dan orang-orang awam." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Karena itu, nasihat sebagai upaya mengubah perilaku mungkar atau zalim orang lain, baik penguasa maupun rakyat jelata, sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari konteks dakwah bil lisan (melalui lisan maupun tulisan), sebagaimana sabda Nabi saw.:

"Siapa saja yang menyaksikan kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangan-nya. Jika tidak mampu, hendaknya dengan lisannya. Jika tidak mampu, hndaknya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman." (HR Muslim).
Jenis kemungkaran yang hendak diubah, dilihat dari aspek bagaimana pelakunya melakukan kemungkaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua:

Pertama, kemungkaran yang dilakukan secara diam-diam, rahasia, dan pelakunya berusaha merahasiakannya. Kedua, kemungkaran yang dilakukan secara terbuka, demonstratif, dan pelakunya tidak berusaha untuk merahasiakannya; justru sebaliknya, malah menunjukkannya.
Jenis kemungkaran yang pertama tentu berbeda dengan kemungkaran yang kedua. Orang yang tahu perkara tersebut hendaknya menasihatinya secara diam-diam dan kemungkaran yang dilakukannya pun tidak boleh dibongkar di depan umum; justru wajib ditutupi oleh orang yang mengetahuinya.

Nabi saw. bersabda:
"Siapa saja yang menutupi satu aib, maka (pahalanya) seolah-olah sama dengan menghidupkan bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup dari kuburnya." (HR Ibnu Hibban).

Berbeda dengan jenis kemungkaran yang kedua, yaitu kemungkaran yang dilakukan secara terbuka dan terang-terangan. Dalam kasus seperti ini, pelaku kemungkaran tersebut sama saja dengan menelanjangi dirinya sendiri dengan kemungkaran yang dilakukannya. Untuk menyikapi jenis kemungkaran yang kedua ini, sikap orang Muslim terhadapnya dapat dipilah menjadi dua: Pertama, jika kemaksiatan atau kemungkaran tersebut pengaruhnya terbatas pada individu pelakunya, dan tidak mempengaruhi publik, maka kemaksiatan atau kemungkaran seperti ini tidak boleh dibahas atau dijadikan perbincangan. Tujuannya agar kemungkaran tersebut tidak merusak pikiran dan perasaan kaum Muslim, dan untuk menjaga lisan mereka dari perkara yang sia-sia; kecuali jika kemaksiatan atau kemungkaran tersebut diungkapkan untuk mengingatkan masyarakat akan bahaya orang fasik yang melakukan kemaksiatan tersebut.

Kedua, jika kemaksiatan atau kemungkaran tersebut pengaruhnya tidak terbatas pada individu pelakunya, sebaliknya telah mempengaruhi publik, misalnya seperti kemungkaran yang dilakukan oleh sebuah institusi, baik negara, organisasi, kelompok atau komunitas tertentu. Kemaksiatan atau kemungkaran seperti ini justru wajib dibongkar dan diungkapkan kepada publik agar mereka mengetahui bahayanya untuk dijauhi dan ditinggalkan supaya mereka terhindar dari bahaya tersebut. Inilah yang biasanya disebut kasyful khuthath wal mu’amarah (membongkar rancangan dan konspirasi jahat) atau kasyful munkarat (membongkar kemungkaran).

Ini didasarkan pada sebuah hadis penuturan Zaid bin al-Arqam yang mengatakan, “Ketika aku dalam suatu peperangan, aku mendengar Abdullah bin Ubay bin Salul berkata, ‘Janganlah kalian membelanjakan (harta kalian) kepada orang-orang yang berada di sekitar Rasulullah, agar mereka meninggalkannya. Kalau kita nanti sudah kembali ke Madinah, pasti orang yang lebih mulia di antara kita akan mengusir yang lebih hina.’ Aku pun menceritakannya kepada pamanku atau Umar, lalu beliau menceritakan-nya kepada Nabi saw. Beliau saw. pun memanggilku dan aku pun menceritakannya kepada beliau.”

Apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubay dan diketahui oleh Zaid bin al-Arqam, kemudian disampaikan kepada Rasulullah saw., adalah kemungkaran (kemaksiatan) yang membahayakan kemaslahatan Islam dan kaum Muslim, bukan hanya diri pelakunya. Abdullah bin Ubay sendiri ketika ditanya, dia mengelak tindakannya, yang berarti masuk kategori perbuatan yang ingin dirahasiakan oleh pelakunya. Akan tetapi, tindakan Zaid bin al-Arqam yang membongkar ihwal dan rahasia Abdullah bin Ubay tersebut ternyata dibenarkan oleh Nabi saw. Padahal seharusnya tindakan memata-matai dan membongkar rahasia orang lain hukum asalnya tidak boleh. Perubahan status dari larangan menjadi boleh ini menjadi indikasi, bahwa hukum membeberkan dan membongkar rahasia seperti ini wajib, karena dampak bahayanya bersifat umum.

Karena itu, tindakan mengkritik kebijakan zalim atau mungkar yang dilakukan oleh penguasa, baik secara langsung ketika berada di hadapannya maupun tidak langsung, misalnya melalui tulisan, demonstrasi atau masiroh, bukan saja boleh secara syar‘i, tetapi wajib. Kewajiban ini bahkan pahalanya dinyatakan sebanding dengan pahala penghulu syuhada, yaitu Hamzah bin Abdul

Muthallib, seperti dalam hadis Nabi saw.:
"Penghulu syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan orang yang berkata di hadapan seorang penguasa yang zalim, lalu dia memerintahkannya (pada kemakrufan) dan melarangnya (terhadap kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya." (HR al-Hakim).

Apa yang dilakukan oleh para Sahabat terhadap Umar dalam kasus pembatasan mahar atau pembagian tanah Kharaj hingga kain, secara terbuka di depan publik adalah bukti kebolehan tindakan ini. Memang, ada pernyataan Irbadh bin Ghanam yang mengatakan, “Siapa saja yang hendak menasihati seorang penguasa, maka dia tidak boleh mengemukakannya secara terbuka, tetapi hendaknya menarik tangannya dan menyendiri. Jika dia menerimanya maka itu kebaikan baginya; jika tidak, pada dasarnya dia telah menunaikannya.” Akan tetapi, pada dasarnya pernyataan tersebut tidak menunjukkan adanya larangan mengkritik atau menasihati penguasa di depan publik; ia hanya menjelaskan salah satu cara (uslub) saja.

Dengan demikian, bisa disimpulkan, bahwa menasihati penguasa atau mengkritik kebijakan penguasa yang zalim, termasuk membongkar kemungkaran atau konspirasi jahat terhadap Islam dan kaum Muslim hukumnya wajib, hanya saja cara (uslub)-nya bisa beragam; bisa dilakukan langsung, dengan bertemu face to face; atau secara tidak langsung, dengan melalui tulisan, surat, demonstrasi atau masiroh. Melakukan upaya dengan lisan—termasuk melalui tulisan, seperti surat terbuka, buletin, majalah, atau yang lain—baik langsung maupun tidak, jelas lebih baik ketimbang upaya bil qalb (dengan memendam ketidaksukaan), apalagi jika tidak melakukan apa-apa, sementara terus mengkritik orang lain yang telah melakukannya.
Share:

Pelangi Senja


Pelangi Senja
-Karya Istiqomah Noor Fajri-

Sebuah cerita -hanya cerita, bukan cerpen- yang terinspirasi dari kisah nyata. Sekali lagi, hanya terinspirasi. Persamaan tokoh, latar maupun kejadian mungkin memang sebuah kesengajaan...

Adi, begitulah orang-orang memanggilnya. Seorang anak laki-laki yang luar biasa hebat. Kecerdasannya sudah menjadi perkiraan orang-orang sejak ia masih balita. Dan itu terbukti seiring berjalannya waktu masa pertumbuhannya. Tak hanya kecerdasannya, kekuatannya dalam menghadapi cobaan hidup begitu luar biasa, bahkan senyumnya bisa membuat orang lain menangis terharu. Ujian ketika dia ditinggal oleh ibunya karena penyakit mematikan, kanker. Dimana dia harus berusaha tegar dengan menghadirkan senyum disetiap tangis ayah dan kakak-kakaknya. Ujian ketika perekonomian keluarga mulai melemah. Dan masih banyak ujian lainnya yang membuatnya semakin kuat.
Dinda, seorang gadis manja yang keinginannya harus dituruti. Seorang gadis yang mudah menangis ketika apa yang ia miliki hilang atau pergi. Seorang gadis yang begitu menggemari boneka mickey mouse. Seorang gadis yang selalu ingin menjadi anak kecil, dan begitu sensitif dengan kata “dewasa”. Dinda bukanlah saudara kandung Adi. Mereka hanya sebatas sepupu. Namun hubungan mereka seperti saudara kandung. Begitu sayang dan perhatiannya Adi kepada Dinda. Selalu memanggilnya dengan panggilan kesayangan, “Nduk”. Ya, begitulah semua sepupu Dinda memanggilnya. Karena dari 14 cucu eyangnya, Dinda adalah satu-satunya cucu perempuan yang sangat disayang. Mungkin itulah kenapa Dinda tumbuh menjadi gadis yang sangat manja.

“Alhamdulillah mas masuk UNNES, nduk. Diterima di progdi PGSD. Terima kasih untuk doa dari adikku tersayang ini.”

Adi memang anak terakhir dari 4 bersaudara. Jadi tak heran, sayangnya pada Dinda begitu luar biasa besar. Karena dia tak memiliki adik kandung.

“Waah... Alhamdulillah mas. Ntar aku nyusul mas ah. Tapi aku masuk Bahasa Inggris aja. Biar bisa ke Luar Negeri. 2 tahun lagi aku nyusul mas.”

Adi adalah seorang aktivis di kampusnya. Entah seperti apa perjuangannya di kampus itu, hanya orang-orang yang berjuang bersamanya yang mampu menceritakan kisah itu. Bukan Dinda, karena yang ia tahu hanyalah menunggu kepulangan Adi dari Semarang ke Solo tiap bulan sekali. Selalu menyempatkan berkunjung ke rumah Dinda, bermain bersama kakaknya dan keluarga yang lain, selalu berpamitan dengan simbah ketika hendak kembali ke Semarang, dan rutinitas lain yang tanpa cerita berarti.
Berbeda dengan cerita mereka waktu kecil, cerita saat mereka masih suka bermain ke sawah, mencari ikan, bermain layang-layang, panjat pohon belimbing yang masih tumbuh sampai sekarang, dan bahkan untuk pertama kalinya, mereka menanam pohon pepaya bersama.

 “Nduk, ayo tanam pohon ini. Satu pohon untukmu, satu pohon untuk mas. Kita lihat pohon siapa yang akan tumbuh lebih dulu”

Begitulah masa kecil mereka. Hingga beberapa tahun terlewati seiring tumbuhnya pohon pepaya itu. Pohon yang mereka tanam bersama di rumah simbah. Pohon yang buahnya bisa dinikmati keluarga besar mereka. Pohon yang selalu punya cerita indah.

“Punya mas pohonnya lebih tinggi. Huh... Aku kalah deh...” rengek Dinda
“ Gak papa Nduk. Yang penting kan berbuah. Syukuri aja. Hehehe...”

Masa SMA dilewati Dinda tanpa Adi. Sebuah SMA negeri yang cukup bagus di kota itu. Masa dimana Dinda menemukan cinta pertamanya. Masa dimana Dinda menemukan banyak pengalaman luar biasa yang membuatnya sedikit berfikir tentang kedewasaan. Ikut organisasi sejak SMP tidak membuatnya kaget ketika harus terjun di dunia aktivis, seperti ROHIS, hingga pramuka. Organisasi yang menorehkan cerita-cerita indah dalam hidupnya. Dimana dia mulai mengenal orang-orang hebat dan orang-orang yang tak ada hubungan darah dengannya menjadi keluarga yang begitu menyayanginya. Sahabat yang selalu menjaganya dan tak pernah membiarkannya menangis.

“Mungkin sudah waktunya aku mulai berfikir tentang kedewasaan. Ya, aku harus berubah.”

Memang sulit menuliskan cerita dan kisah hidup Adi dan Dinda. Kisah yang terlalu panjang untuk ditulis dalam lembaran-lembaran kertas. Singkat cerita, waktu berlalu hingga tiba pada suatu malam yang tak kan pernah Dinda lupakan. Malam yang lain dari malam-malam sebelumnya. Dimana malam itu Dinda ingin tidur lebih awal dari biasanya. Mungkin hari itu hari yang cukup melalahkan. Ba’da isya’ dia sudah menyiapkan tempat tidurnya untuk sejenak memejamkan mata hingga pagi.
Namun, tiba-tiba suara teriakan Wahyu, kakak kandung Adi, mengagetkannya hingga terbangun dari tidurnya yang baru beberapa menit.

“Bulek, Bulek...” Begitulah Wahyu memanggil ibu Dinda
“Ada apa, Wahyu? Malam-malam kok teriak kayak gitu. Nggak enak didengar tetangga.”
“Adi, Bulek... Adi...” Tangis begitu saja membanjiri pipi Wahyu
“Adi kenapa?”
“Adi kecelakaan ba’da magrib tadi di Boyolali.” Tangisnya semakin menjadi-jadi
“Astaghfirullah.. Dari mana kamu tahu berita itu?”
“Tadi polisi datang ke rumah dan mengabarkan berita itu.” Wahyu mulai tenang untuk bercerita.
“Terus, gimana keadaan Adi? Dirawat dimana? Apanya yang sakit?”
“Kata polisi, Adi....” Wahyu terdiam sejenak.
“Adi kenapa...??? Apa parah kondisinya?”
Air mata Wahyu semakin deras
“Adi meninggal...”

Dinda yang sejak tadi mendengarkan cerita Wahyu dari balik pintu kamar hanya terdiam. Seolah tak percaya dan berharap dia terbangun dari mimpi buruk ini. Air mata mengalir begitu saja tanpa bisa dia rasakan. Pikirannya entah pergi kemana. Membayangkan semua kenangannya bersama Adi. Membayangkan hari-hari berikutnya yang akan ia lewati tanpa Adi, tanpa tutur lembutnya, tanpa senyumnya, dan tak kan mampu lagi mengukir cerita-cerita indah bersama Adi.
Pohon pepaya yang ia tanam bersama Adi juga telah mati satu. Milik Dinda yang mati, dan milik Adi masih tumbuh hingga kepergian Adi menghadap Sang Maha Pencipta. Yah, pohon itu selalu punya cerita. Cerita yang tak mampu ia ukir lagi bersama Adi.
Dengan langkah kaki yang begitu lemah, perlahan Dinda berjalan menghampiri Ibunya dan Wahyu. Memeluk erat sang ibu dengan air mata yang masih mengalir, tanpa sepatah katapun keluar dari bibirnya. Wahyu juga masih terduduk lemas di depan pintu. Hening, hanya suara tangis yang terdengar di malam yang gelap itu. Malam yang akhirnya memberikan cerita terakhir Adi bersama orang-orang yang sangat mencintainya.
Malam itu, untuk pertama kalinya Dinda tidak memejamkan matanya dalam tidur yang lelap. Menunggu, adalah satu-satunya hal yang bisa Dinda lakukan saat jenazah dijemput dari sebuah rumah sakit di kota Boyolali. Keluarga, sahabat dan orang-orang yang pernah mengukir cerita bersamanya mulai membanjiri rumah Adi. Rumah yang akhirnya dia tinggalkan.

“Awalnya Adi udah dilarang pulang malem. Tapi dia nekad. Katanya pengen ketemu orang-orang rumah. Habis sholat magrib di Boyolali, dia jatuh. Terlindas bus karyawan. Adi meninggal di tempat. 2 bulan dia nggak pulang. Padahal besok dia mau dapat beasiswa.” Begitulah Wahyu menceritakan kejadian itu.

Ya, seperti yang orang-orang ketahui tentang kecerdasan Adi. Tidak heran beasiswa itu ia dapatkan. IP lebih dari 3,8 menjadi bagian dari prestasi yang ia raih. Sekolah-sekolah terbaik di kota itu menjadi saksi perjuangannya dan hanya meninggalkan cerita saja.
Akhirnya mobil jenazah itu tiba dengan membawa sesosok manusia yang dinantikan kedatangannya oleh Dinda dan semua orang yang menemaninya. Sesosok manusia yang masih tetap tersenyum saat semua orang menangisinya. Seorang laki-laki yang wajahnya masih terlihat begitu cerah meski darah merah membanjiri wajah itu. Wajah yang tak kan pernah mereka lihat lagi.
Dinda hanya bisa memandang wajah itu dengan air mata yang masih menetes. Sekali lagi, dia berharap terbangun dari mimpi yang tak pernah ia harapkan. Kembali pikirannya bermain-main dengan semua kenangannya besama Adi. Hanya ada nama Adi di pikirannya malam itu. Menyentuh wajahnya yang begitu dingin dan membeku.
Mengantar kepergiannya menuju sebuah singgasana terakhir kala pagi menyapa. Melihat orang-orang membawa keranda itu menghilang dari pandangannya. 13 Mei 2010, adalah akhir dari perjumpaan itu. Ikhlas dan ridho atas semua ketetapan Sang Illahi. Menyadari bahwa Allah sangat mencintai Adi, hingga memanggilnya lebih dulu dari yang lain di usianya yang hampir 19 tahun. Dinda hanya bisa berdoa dan berharap Allah menjadikan Adi seorang syuhada.
Lalu, apa lagi yang bisa diceritakan dari Adi dan Dinda? Semua sudah berakhir bukan? Tapi tidak bagi Dinda. Adi selalu mengisi ruang-ruang kosong dalam hidupnya. Menjadi insprasi yang tak mampu diberikan orang lain. Saat Dinda jatuh cinta, saat Dinda menangis, saat Dinda berjuang, saat Dinda kehilangan, dan saat Dinda tertawa bahagia, selalu ada nama Adi yang tersemat dalam relung kalbunya.
Kemudian, mengapa penulis memberikan judul “Pelangi Senja” pada cerita singkat ini? Ya, Adi, dialah pelangi senja untuk Dinda. Yang selalu memberikan warna indah kala malam hendak membawanya ke dalam buaian indah.
Share:

IMM Adventure


IMM Adventure
Oleh IMMawati Istiqomah Noor Fajri

IMM Adventure, sebuah petualangan yang luar biasa berkesan bagi kader IMM komisariat FKIP UMS. Berangkat dari program kerja bidang kader, IMM Adventure telah memberikan banyak ilmu, kenangan dan pengalaman yang mungkin tak kan pernah terlupakan. Dilaksanakan di belahan bumi Indonesia bernama Karanganyar, tepatnya di Selorejo, Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar pada hari jumat-ahad tanggal 29 November hingga 1 Desember 2013.
Pendalaman materi Ke-Islam-an, Ke-Muhammadiyah-an dan Ke-IMM-an disampaikan pada hari pertama. Tak hanya pedalaman materi, pada hari pertama, kader maupun pimpinan menyempatkan diri sejenak untuk membaca buku pada ruang baca yang dilaksanakan bada isya. Hari kedua, diawali dengan olahraga pagi dan materi ke-Mahasiswa-an sebelum outbond.
Outbond dilaksanakan dengan beberapa pos yang harus ditempuh serta rute yang tidak begitu mudah. Perjalanan yang memberikan kesan tersendiri dalam diri kader. Pemandangan gunung, hamparan ladang sayuran, pohon-pohon nan tinggi dan masih banyak lagi keajaiban Illahi yang tak mampu terungkapkan melalui tulisan ini. Perjalanan diakhiri pada pos 5 di kawasan air terjun jumog. Melepas penat, lelah dan melakukan orasi menjadi perpaduan yang begitu menyenangkan. Dilanjutkan dengan malam inagurasi berteman dengan cahaya lilin yang jadi penerang pada malam itu. Pertunjukan sederhana dari kebudayaan beberapa daerah di belahan bumi Indonesia dengan alat yang sangat sederhana pula.
Hari ketiga atau hari terakhir sebelum beranjak meninggalkan kota Karanganyar, peserta IMM Adventure melakukan analisis sosial, dimana peserta mengunjungi warga setempat dengan melakukan wawancara. Dari hasil wawancara tersebut kemudian dipresentasikan hingga timbul beberapa pertanyaan dan menghasilkan suatu kesimpulan.
Terlepas dari kegiatan IMM Adventure selama tiga hari tersebut, ada sebuah petualangan yang luar biasa yang dialami 6 orang yang datang menyusul pada kegiatan IMM Adventure. 6 orang dengan 3 sepeda motor, yang sama sekali tidak tahu jalan menuju lokasi IMM Adventure. 6 orang yang hanya mengandalkan insting dan papan petunjuk arah di jalan-jalan. 6 orang yang menembus kegelapan malam pegunungan dengan jalan yang cukup menanjak dan sangat gelap, hanya berteman dengan lampu sepeda motor. 6 orang yang menaiki sepeda motor dengan kecepatan tidak lebih dari 60 km/jam. Menikmati lampu kota dari atas gunung yang luar biasa menakjubkan. Hanya dengan bermodal bensin, receh dan doa disetiap langkah perjalanan itu, akhirnya sampai juga pada sebuah rumah yang dihuni oleh puluhan kader dengan kepemilikan atas nama Bapak Miyo.
Petualangan tidak hanya sampai disitu. Perjalanan pulang dengan menggunakan motor yang sama, bersama dengan rombongan akhirnya terpisah juga ditengah jalan. Melewati jalan yang belum pernah dilalui sebelumnya oleh 2 gadis yang sama-sama gila. Sekali lagi, hanya dengan doa, insting dan pembacaan papan petunjuk arah di jalan menuju perjalanan ke sebuah kota bernama Solo. Jalan yang begitu sepi, jauh dari jalan raya, bentangan sawah yang menemani perjalanan itu, serta jalanan yang jauh dari kata layak. Akhirnya tiba juga di kampus yang bukan hanya tempat kami kuliah, namun juga tempat singgah kami, rumah kami, tempat kami mengukir berbagai cerita yang telah kita torehkan bersama, disetiap waktu, tempat dan kenangan.
Kesan dari IMM Adventure ini tak sebatas 3 hari saja di kawasan Candi Sukuh maupun Air Terjun Jumog, namun lebih dari itu. Dimana kita menemukan sebuah keluarga, mencurahkan kasih sayang yang begitu indah, tak ada kata senior maupun junior, melainkan kakak dan adik.
Semoga petualangan ini tak hanya berhenti sampai di sini. Akan ada perjuangan-perjuangan yang akan kita torehkan bersama. Berangkat dari sebuah kota bernama Surakarta, menuju sebuah negeri bernama Indonesia.

Fastabiqul Khairat....
Abadi Perjuangan...
Jaya IMM
Tertulis tanggal 04 Desember 2013

Share:

Baksos IMM FKIP UMS 2013


Baksos  IMM FKIP UMS 2013
“Berbagi Bersama, Menjalin Ukhuwah, Meraih Berkah”

25 September 2013 menjadi salah satu bukti IMM FKIP telah mengadakan Follow up Masta 2013 jilid satu, Baksos yang digawangi oleh Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat (SOSMA) IMM Komisariat FKIP UMS tahun ini mengambil tema “Berbagi Bersama, Menjalin Ukhuwah, Meraih Berkah”. Selain dari Bidang Sosma, Baksos ini juga dibantu oleh kader-kader 2013 yang juga terjun sebagai panitia Baksos 2013.
Baksos yang pertama ini diberikan kepada bapak ibu yang menyapu di kawasan kampus 1 UMS, selain bapak dan ibu yang menyapu juga kepada bapak cleaning servis. Sekitar 60 sembako dibagikan kepada bapak ibu yang telah berjasa menjaga kebersihan kampus dan juga bapak yang bekerja di Auditorium UMS. Sebelum pembagian sembako diadakan pengajian yang di fasilitasi oleh bapak Muhammad Da’i selaku Wakil Rektor 1 UMS.
Sedangkan jilid 2 Baksos IMM FKIP dilaksanakan di Wonogiri tepatnya di Banasan, Bero, Manyaran, Wonogiri. 255 sembako disiapkan untuk 3 dukuh yaitu Banasan, Kopen dan Timoyo. Agenda baksos di desa dilaksanakan 2 hari 1 malam, tanggal 12-13 Oktober 2013.
Pada hari sabtu, di mulai dengan mengangkat sembako ke truk dan kemudian dibawa ke SD 3 Bero, Wonogiri. Setelah tiba disana, IMMawan dan IMMawati mulai untuk mempersiapkan segala keperluan untuk agenda di desa itu 2 hari kedepan. Ba’da Ashar adalah agenda Nonton Bareng “Kota yang Hilang” untuk adik-adik di desa tersebut. Untuk malam harinya, diadakan pengajian yang diisi oleh pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Manyaran.
Esok harinya, Ahad, IMMawan dan IMMawati IMM FKIP UMS ikut berpartisipasi dalam gotong royong pembuatan jalan dengan bapak-bapak di desa Manyaran. Sekitar pukul 10 selesai gotong royong, stand untuk pembagian sembako disiapkan untuk mempermudah bapak dan ibu yang ingin mengmbil sembako. Stand dibagi 3, untuk dukuh Banasan RT. 1, Banasan RT.2 dan dukuh Kopen. Sedangkan untuk Timoyo karena memang tempat yang jauh dari tempat pengambilan sembako maka di ambil secara kolektif oleh perwakilan dari Timoyo. Acara ditutup dengan bersih-bersih sekolah tempat yang digunakan untuk menginap IMMawan dan IMMawati IMM FKIP UMS dan tidak lupa pamitan dengan bapak dusun.
Dikarenakan banyak sembako yang masih tersisa, pembagian sembako kemudian dibagikan dengan target sasaran bapak tukang becak yang berada di kawasan kampus UMS. Semoga Baksos yang dilakukan dalam 3 jilid ini bisa bermanfaat, baik untuk pembelajaran sekaligus sebagai bentuk follow up Masta 2013.  Terakhir yang tidak pernah tertinggal dan menjadi penguat kita semua, Semoga Berkah Rahmat Ilahi Melimpahi Perjuangan Kami. Abadi Perjuangan. Fastabiqul Khairat.

-IMMawati Zuroh Marfu’ah-

Share:

AKTUALISASI PEDULI UMAT

AKTUALISASI PEDULI UMAT
(by: Bidang Sosma IMM FKIP UMS)*

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dhalim saja diantara kamu” (Q.S-Anfal: 25)

Sebuah amal mulia, tidak akan mampu dipikul kecuali oleh orang-orang yang mulia, yang dengan amal itulah Alloh memuliakan para Nabi dan Rosul-Nya serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka dengan sebaik-baiknya. Siapapun yang mengerjakan amal tersebut, maka ia akan menyandang amal kemuliaan, sebuah kemuliaan yang tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk seluruh alam. Akan tetapi semulia apapun orang tersebut apabila melalaikan amal ini, niscaya ia akan jatuh bersama orang-orang yang hina.

Amal Ma’ruf Nahi munkar, itulah amal tersebut. sebuah kalimat, ungkapan dan istilah yang ringan dilisan namun berat untuk diemban.
Keshalihan kadangkala akan melenakan diri seseorang, sehingga mereka akan merasa cukup dan aman denganya. Ia tidak peduli dengan kondisi umat yang ada, apalagi untuk memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi Umat.

Ia hanya puas duduk-duduk di halaqah-halaqah pengajian pojok masjid. Seolah-olah ia telah melakukan hal yang sangat besar, padahal manusia disekitarnya kehausan akan kesejukan Islam dan Iman, kelaparan dan menangis karna anak dan cucunya belum menelan sesuap nasi sehingga ia merelakan duduk-duduk dipinggir-pinggir jalan tanpa sempat menimba ilmu Islam. Akankah kita yang duduk-duduk pengajian di pojok-pojok masjid akan menutup mata dan telinga melihat kedaan umat tersebut?

Padahal keshalihan tidaklah cukup untuk merubah kondisi yang ada di sekitarnya. Namun, setelah seseorang mampu menshalihkan dirinya sediri, maka diperlukan kesadaran dan kepedulian yang tinggi, yang denganya dapat menumbuhkan kepekaan seseorang terhadap apa yang terjadi di sekitar diri dan lingkunganya.

Tidak sedikit pula orang yang salah sangka bahwa ia tidak akan “pernah” melaksanakan Amal Ma’ruf Nahi Munkar, karena menganggap dirinya “benar-benar” Salih. Sebuah sangkaan yang dibuat-buat dengan dalih:

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri” (Q.S.Al-Baqarah: 44).

Larangan tersebut bukan “Mencegah” seseorang untuk mengajak orang lain berbuat baik, tetapi larangan bagi yang memadukan keduanya, yaitu menyuruh kebaikan kepada orang lain tapi dirinya sendiri tidak mengerjakanya. Padahal ketika kita mengaku mengikuti jejak dan kehidupan ahlak rosullulloh, maka disan akan ditemukan kesempurnaan ahlak yang melekat pada diri rosullulloh.

Bukankah rosululloh adalah orang yang paling peduli terhadap umatnya? Hingga ketika malaikat maut datangpun ia tetap mengingat umatnya?

Lalu.

Tidak malukah kita jika kita mengaku mengikuti beliau, tapi justru melalaikan amal tersebut, yaitu amal peduli umat?

*Bidang Sosma IMM FKIP UMS: Jumaidi dan Dita Thog
Share:

IMMawan dan IMMawati Menulis


IMMawan dan IMMawati Menulis
Tanggal 04 Oktober 2013 merupakan pertemuan ke 3 ruang IMMawati. Pada pertemuan ini, agenda ruang IMMawati adalah “IMMawan dan IMMawati Menulis”. Ini merupakan tulisan perdana IMMawan dan IMMawati FKIP periode 2013-2014. Konsep dari agenda ini adalah, IMMawan dan IMMawati memilih satu benda. Kemudian mencari kata kunci dari benda tersebut, dan dari beberapa kata kunci tersebut digabungkan menjadi kalimat maupun paragraf. Karya dari IMMawan dan IMMawati ternyata beraneka ragam. Mulai dari karya dalam bentuk pragraf biasa, puisi bahkan cerpen. Berikut adalah karya IMMawan dan IMMawati tersebut:

1.      Orang Jelek Boleh Bermimpi
Dengan sekijur tubuh yang tak pernah ku bayangkan. Anak kecil, kumal, lusuh, tak tahu apa namanya kebersihan, dan sering dihina. Barep namanya, hanya bermodalkan mimpi yang ia punya, itu satu-satunya yang dia miliki. Dulu barep ingin melangkah tetapi dia malu karena mempunyai wajah yang berbeda, ia merasa tidak dianugrahi ajah yang seperti yang lainnya. Disetiap malam yang ia lakukan hanyalah menangis. Menangis karena omongan yang berbisa kelas cobra, ia tidak bias berbuat apa-apa, apalagi membalasnya ia hanya bias tersenyum menerima kenyataan. Hidupnya memang pahit sepait buah mauni yang kala dirasakan pahit yang begitu pahit.
Dalam sisi kepahitan, masi ada sisi kemanisan. Teman si barep yang bernamanya embun. Embun member arna dalam hidupnya. Dia mengajari  ilmu yang tidak pernah barep tahu, seperti embun mengajari Barep bagaimana cara bermain gitar. Ia member itahu Barep kalau bias bermain gitar atau bermain music lainnya biasa mengasah otak kana dengan otak kiri yang dapat menghilangkan setres.
Waktu yang terus berjalan dengan tanpa lelah Embun mulai memahami bakat Barep, dengan bermain gitar. Dengan berjalannya waktu  kemudian hadir juga seorang teman lagi, kecil, hitam, nafasnya tidak teratur, dan ia bernama Ali. Kehidupan Ali hamper sama dengan kehidupan Barep yang hanya bermodalkan mimpi.
Ali adalah orang yang baik, ia tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Ali juga salah satu korban dari omongan yang kurang baik. Tetapi, Ali mempunyai keunggulan yaitu dari caranya belajar. Barep bertanya kepada Ali, “Ali, bila ada seorang yang tidak mempunyai orang tua, apakah masih ada yang menyayangi orang itu, sedangkan banyak orang yang telah menyelanya.”
“sebenarnya bila ada yang didzolimi itu pertanda Tuhan lebih saying kepada orang yang itu, mungkin doa orang yang didzolimi itu lebih didengar-NYA.”
Waktu yang tanpa peduli dengan keadaan ia tetap berjalan tanpa kenal lelah, Barep, Ali, dan Embun semakin mengenal dan hubungan pertemanana menjadi terjalin erat dan itu indah seperti pelangi yang mempunyai cirri khas berbeda pada setiap warnanya.
Barep mulai mengenal apa itu cinta, tetapi aktu masih belum berpihak kepadanya. Cintanya belum berbalas. Barep mengenal seorang perempuan yang ia kagumi, yang bernama deborta. Debora adalah perempuan yang ia kagumi sejak lama.
Debora berasal dari kalangan menengah keatas, Barep merasa Ia bagaikan langit dengan bumi. Pada suatu malam Debora mengunjungi pasar malam, kerika waktu tidak berpihak kepadanya, dompet yang ia bawa telah dicuri, dan semua uang yang dimilkinya hilang tak sisa. Debora menghubungi Barep, dan berharap Barep bias menolongnya. Tetapi malam yang tak pernah berpihak dengan siang , yang tak pernah menyatu seperti air dan api begitu pula perjuangan Barep yang berbalaskan senyuman dan “ oh no”.
*bersambung................
 By: IMMawan Teguh

2.      Sadar
Aku ingin menagis sekuat-kuatnya
Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya
Tapi aku membisu karena masalah
Masalah yang begitu sulit
Aku tak bias tertawa
Aku tak bias tersenyum
Peluh seolah mengedar dalam tubuhku
Aku harus bagaimana?
Aku harus bagaimana?
Hanya engkau yang menyadarkanku
Hanya engkau yang dapat membatuku
Hanya engkau yang pantas disembah
Dengan cinta-MU aku bahagia
Dengan saying-MU aku tenang
Tuhan maafkan kesalahan-kesalahanku........
By: IMMawan Teguh

3.      Pena
Pena, satu benda penuh makna
Pena, sebagai alat tulis setiap pelajar,
Bahkan lebih penting dari dompet,
Tetapi terpenting lagi, pena sebagai media
Media kita untuk menuangkan ide
By: IMMawati Reni Kurniawati

4.      Beras
Teruntukmu yang sempat mengisi relung hatiku. Dipersawahan yang terbentang indah dihadapanku, teringat seseorang yang pernah membawaku ketempat ini, mengajakku mengambil butir demi butir dari kumpulan padi yang tercecer. Mengajari berproses untuk sesuap nasi yang tercipta, benda kecil yang mati, terkadang tersembahkan untuk rakyat yang mungkin tersingkirkan dari mata sang penguasa.
Baksos! I’am coming....
By: IMMawati Istiqomah

5.      Buku
Tertorehkan tinta pena
Merangkai huruf menjadi kata
Merangkai kata menjadi kalimat
Tertuangkan indah perdadu menjadi satu makna
Lembaran demi lembaran
Terlihat kesan yang mendalam
Terbaca oleh hati
Gambar maupun tulisan yang terangkai
Indah menjadi Satu
Lembar itu, berpadu berhiaskan
Sampul, menjadi sebuah kehidupan
By: IMMawati Evi Nurjannah

6.      Bolpen
Diatas kertas putih ini
Segores tinta hitam tertera
Tentang sebuah kebersamaan
Pertemanan, persahabatan
By: IMMawati Mifta

7.      Tissue
Tubuhmu lesu nan layu
Member manfaat tanpa kenal waktu
Hargamu pun tak kenal semahal tahu
Tiap hari ini dan hari-hari lalu
Dirimu selalu diperlakukan semua individu
By: IMMawati Mala

8.      Bolpin
Bolpoin adalah alat untuk menulis bagi seseorang, dengan bolpoin kita butuh tinta untuk mengisinya ketika telah habis, melalui bolpoin kita tuliskan
By Emiya

Semoga akan lebih banyak lagi karya-karya dari IMMawan dan IMMawati yang lebih spektakuler dan memberikan manfaat untuk semua. Aamiin....
Abadi Perjuangan!
Fastabiqul Khairat!
Share:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan