Penulis: Achmad Mahbuby
Mahasiswa FKIP UMS
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beraneka ragam kearifan lokalnya, mulai dari bahasa, budaya, adat istiadat, kuliner, fashion dan lain sebagainya. Salah satu kearifan lokal yang berkembang di tanah jawa adalah wayang kulit. Wayang kulit atau biasa juga disebut sebagai wayang purwa merupakan salah satu jenis pertunjukan yang hingga kini masih dapat dijumpai terutamanya pada masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dalam pagelaran wayang, terdapat salah satu tokoh sentral dalam kisah mahabarata (Perang Baratayudha) yaitu Resi Durna, guru dari para Pandhawa dan Kurawa yang berhasil mendidik para muridnya menjadi ksatria hebat dalam bidang masing-masing. Banyak versi cerita untuk menggambarkan sosok Resi Durna menurut Manteb Soedharsono, yaitu dalam lakon Sembadra Larung dan lakon Parto Dewa yang menunjukkan sisi buruk dari Resi Durna. Sedangkan dalam lakon Bambang Ekalaya atau Palguna dan lakon Paguron karya Sumanto, Resi Durna digambarkan sebagai sosok guru yang baik bagi para murid-muridnya. Resi Durna sendiri memiliki padepokan bernama padepokan Sokolimo yang juga digunakan untuk melatih 100 orang Kurawa dan 5 orang Pandawa. Dalam padepokan tersebut, pandawa dan kurawa diajarkan bagaimana hidup sederhana terbebas dari kekayaan yang dimilikinya. Waktu muda, Resi Durna dikenal dengan nama Bambang Kumbayana, saat itu Ia memiliki sifat yang angkuh dan sombong, karena sifat itulah Ia akhirnya dihajar oleh Patih Gandamana hingga wajahnya rusak, hidungnya bengkok, badannya bungkuk dan tangannya patah sebelah. Namun kali ini penulis akan mencoba untuk mengulas dan menganalisis sedikit mengenai pengajaran yang dilakukan oleh Resi Durna kepada para siswanya.
Dalam pengajaran yang dilakukan oleh Resi Durna sebenarnya tidak berbeda jauh dengan sistem pengajaran pada umumnya, yang memiliki tujuan yang universal yaitu 1) Pengembangan bakat, 2) Hubungan antar manusia, 3) Efisiensi ekonomi dan 5) Tanggung jawab. Hal tersebut selaras dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 pasal 3 tahun 2003 yang menjelaskan bahwa fungsi pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pembelajaran yang diterapkan Resi Durna, Ia menerapkan tiga konsep yang tertuang dalam dialognya :
“Nuwun inggih panembahan, saderengipun kula badhe ngandaraken uger adeg-adeg anggen kula ularaken kasekten lan kaprawiran dhateng putra siswa sayekti wonten tigang pangkat. Sepisan trampil olah kridaning prang pupuh, kaping kalih ngrembakaken nalar tumangkaring pambudi, dene kaping tiga lungiting pangesthi.”
Dialog tersebut dapat kita ketahui tiga konsep yang diterapkan oleh Resi Durna dan Apabila kita coba analisis menggunakan pisau analisis Benjamin Bloom dengan Taksonomi Bloomnya, Resi Durna telah menerapkan konsep pembelajaran yang sekarang ini telah dikembangkan, yaitu :
1. Cukat trampil dalam perang masuk dalam tahap kognitif, dimana terdapat tahapan hingga siswa dapat dikatakan terampil, seperti dia harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu mengenai seni berperang, taktik, strategi, siasat berperang, bagaimana cara agar luwes dalam memegang senjata hingga dia mampu untuk memahami keseluruhan pengetahuan tersebut, barulah masuk dalam tahap aplikasi dari pengetahuan yang telah di dapat, tahap analisis, tahap sintetis dan terakhir tahap evaluasi dari keseluruhan pembelajaran yang telah dilalui.
2. Olah pikir serta pengembangan akal pikiran masuk dalam tahap afektif, karena berkaitan dengan emosi, nilai, perasaan melalui pengolahan pikiran yang akan berimplikasi pada pengembangan akal (Responsibility).
3. Berjiwa budi luhur masuk dalam tahap psikomotik karena berkaitan dengan perilaku gerakan dan koordinasi jasmani dan rohani.
Dalam proses pembelajaran di padepokan Sokolimo, dapat kita ketahui perbedaan karakteristik setiap siswa Resi Durna, baik itu dari Kurawa ataupun Pandawa. Namun dengan kepiyawaiannya mampu untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran seperti, menyiapkan tempat hutan yang dibentangi dengan benang mengubengi hutan angker dan kembali ke padepokan, menyediakan tempat lapangan terbuka untuk melatih skill keprajuritan, menyediakan ruang tertutup sebagai sarana pendekatan pribadi antara guru dan siswa. Dari proses tersebut dapat kita ketahui bahwa Resi Durna menerapkan cara atau metode untuk mendeskripsikan suatu keterampilan yang biasa disebut sebagai proses sains yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan percobaan untuk menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembelajaran,
2. Praktik secara langsung dalam menggunakan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki pengalaman secara langsung,
3. Setelah praktik secara langsung, siswa akan mampu untuk memahami konsep yang telah dipraktekkannya, serta mampu untuk menerapkan konsep tersbeut ke dalam situasi baru atau yang sedang dialaminya.
4. Konsep pendekatan secara langsung dibutuhkan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal dengan melakukan pendekatan privasi.
Hal tersebut pun dilakukan sebenarnya untuk menguji (Evaluating) siswa-siswanya serta melakukan kategorisasi dalam skill yang mereka miliki (Value) seperti yang tertuang dalam artikel yang berjudul “Begawan Durna Sang Maha Dwijo” yang ditulis oleh Sukatno (2022) bahwa Sistem pengembangan bakat dalam proses pembelajaran adalah usaha Resi durna agar para siswanya mandiri. Seperti yang diungkapkan Nita Oktifa bahwa setiap orang dilahirkan memiliki kemahiran yang sudah melekat, tinggal bagaimana usaha untuk mengembangkan kemahiran tersebut. dan keseluruhan tahap yang diterapkan tidak semata-mata sesuai keinginan dari seorang Guru ataupun mengikuti alur, namun terdapat sebuah perencanaan matang dari segala aspek dimana perencanaan tersebut yang akan menghantarkan pada satu tujuan atau cita-cita besar dalam sebuah proses pembelajaran, seperti yang dilakukan oleh Resi Durna.
Daftar Pustaka :
Sukatno, S. (2022). Begawan Durna Sang Maha Dwijo. Lakon Jurnal Pengkajian & Penciptaan Wayang, 19(1).
Retno, D. (2016). Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Menurut Bloom-Perkembangan dan Peranan. https://dosenpsikologi.com/kognitif-afektif-dan-psikomotorik (diakses 28 November 2022 pukul 15.37 WIB)
Herawati, Tri Ratna. (2011). Resi Durna Dalam Pewayangan Jawa Sebagai Simbol Guru Pendidikan Karakter Yang Sukses. Seminar Nasional Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakart, 1(1).