Lomba Artikel:
Pemberdayaan Perempuan dalam Ranah Ekonomi sebagai Upaya Penghapusan Marginalisasi
Oleh: Yuliana Risqi
A.
Pendahuluan
Pembahasan terkait gender semakin hari semakin hangat diperbincangkan. Hal ini juga
dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan perempuan yang mampu menempati posisi
dan status penting dalam segala bidang. Di satu sisi gender menjadi suat
persoalan rumit yang pembahasannya tidak ada habisnya, padahal jika dilihat di
masyarakat emansipasi perempuan masih belum sepenuhnya bisa diterima. Meskipun
secara konseptual masyarakat sudah memahami emansipasi, akan tetapi dalam
pelaksanaannya masih belum bisa dikatakan ideal. Perempuan mungkin saja sudah
diberi kebebasan dalam pendidikan dan ekonomi, namun tetap saja dalam
realitanya mereka masih diikat dengan patriarki yang masih kental sehingga
menghambat dan memberikan kondisi yang dilematis terhadap posisi perempuan.
Marginalisasi merupakan salah satu bentuk
ketidakadilan gender yang masih sering ditemukan di dalam masyarakat. Perempuan
dipandang sebagai kaum kelas dua. Peran perempuan dalam perekonomian sering
dipertanyakan, dinilai tidak layak dan tidak mampu. Kaum perempuan yang terjun
ke ranah ekonomi hanya dianggap “working
for lipstic” dimana hasil kinerjanya masih dipandang sebelah mata.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indonesia tercatat
naik yang pada 2016 berada di angka 71,39 pada tahun 2017 menjadi 71,74. IDG
sendiri merupakan indikator yang menunjukkan seberapa besar perempuan dapat
memainkan peranan aktif dalam kehidupan ekonomi dan politik. Meskipun dalam database
tingkat pendidikan perempuan berada pada taraf yang lebih tinggi , namun
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan masih lebih rendah dan
stagnan dibandingkan dengan laki-laki yang tercatat hampir dua kali lipat
jumlahnya.
B.
Pembahasan
1.
Marginalisasi
Marginalisasi
merupakan proses pengabaian hak-hak yang seharusnya didapat oleh pihak yang
termarginalkan. Menurut Fakih (2008:14), dalam prosesnya marginalisasi bisa
disebut sebagai proses pemiskinan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya kesempatan yang diberikan untuk
mengembangkan diri. Begitu pula yang dirasakan perempuan saat terjadi
marginalisasi gender. Perempuan sangat dirugikan dengan adanya ketidakadilan
gender ini.
Seperti
halnya dalam sektor ekonomi, perempuan dianggap bekerja hanya untuk tambahan
nafkah keluarga, padahal pada kenyataannya tidak sedikit perempuan yang menjadi
tulang punggung bagi keluarganya. Beberapa industri juga menerapkan perbedaan
gaji dimana gaji laki-laki lebih tinggi, hal ini tentu saja suatu ketidakadilan
karena sistem gaji tidak didasarkan pada beban kerja ataupun kualitas kerja
karyawan. Meskipun jika dilihat dari sisi keahlian dan pendidikan perempuan
bisa bersaing, akan tetapi pemilik usaha biasanya memiliki pandangan bahwa
laki-laki lebih bisa fleksibel sedangkan perempuan kurang produktif karena
memerlukan cuti hamil, melahirkan, sulit untuk lembur karena memiliki keharusan
untuk mengurus rumah tangga dan dibatasi aturan masyarakat.. Banyak sekali
problematika yang harus dihadapi perempuan saat memutuskan untuk bekerja diluar
diantaranya adalah pelecehan di tempat kerja dan juga beban ganda. Hal ini
tentu menimbulkan dilema dalam diri perempuan.
Dalam
prosesnya, marginalisasi tidak hanya berasal dari eksternal namun juga dari
internal. Salah satunya adalah jiwa insecure
yang membuat perempuan merasa tidak percaya diri untuk bersaing dengan
laki-laki. Perempuan hidup di tengah masyarakat yang menganut patriarki dimana
mereka dituntut untuk memiliki sifat yang lemah lembut dan terpenjara oleh berbagai
statement kuno sehingga sulit
menanamkan kemandirian dalam dirinya. Selain itu, marginalisasi dapat timbul
dari berbagai sumber diantaranya kebijakan pemerintah, tradisi dan buadaya,
keyakinan, asumsi ilmu pengetahuan, atau bahkan tafsiran agama.
2.
Peran
Perempuan dalam Ranah Ekonomi
Semakin
hari kebutuhan semakin meningkat, hal ini membuat manusia harus berpikir untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan meningkatkan
kualitas hidup. Bukan hanya laki-laki saja, namun para perempuan juga dengan semangat mencari
peluang untuk bekerja. Perempuan memiliki peran yang sangat beragam, dari
mendidik,mengasuh anak hingga menuntut karir. Oleh sebab itu, saat ini tidak
sedikit perempuan memerankan peran laki-laki yaitu mencari nafkah untuk
keluarganya. Dunia kerja yang semula didominasi oleh laki-laki, sekarang mulai
bergeser dan mendapat lakon baru yaitu perempuan.
Tidak
bisa dipungkiri perempuan saat ini banyak yang menduduki jabatan strategis baik
di perusahaan BUMN, swasta maupun dalam pemerintahan itu sendiri. Tidak sedikit
pula perempuan yang menjadi owner bisnis dengan omset ratusan bahkan miliaran
rupiah. Saat ini para perempuan mulai unjuk gigi menampakkan kemandirian dan mengeksplor
diri. Pada dasarnya sejak dulu perempuan juga memiliki peran yang cukup besar
dalam menyumbang devisa untuk negara dengan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).
Begitu besar kontribusi perempuan dalam sektor ekonomi, akan tetapi hal
tersebut masih tidak cukup untuk membuat perempuan dipandang layak dan
sebanding dengan laki-laki.
3.
Strategi
Pemberdayaan Perempuan
Menurut Prijono
dan Pranaka (1996) Pemberdayaan perempuan adalah suatu proses kesadaran dan
pembentukan kapasitas (capacity building) terhadap partisipasi yang
lebih besar, kekuasaan dan pengawasan pembuatan keputusan yang lebih besar dan
tindakan transformasi agar menghasilkan persamaan derajat yang lebih besar
antara perempuan dan laki-laki. Pemberdayaan perempuan
merupakan sebuah strategi yang penting
guna meningkatkan peran aktif perempuan dalam peningkatan potensi
Pemberdayaan
perempuan dapat dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
1. Menghapus
mitos bahwa perempuan hanyalah pelengkap dalam rumah tangga.
2. Melatih
dan membimbing perempuan agar memiliki berbagai ketrampilan.
3. Memfasilitasi
perempuan untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
4. Mensupport
perempuan agar memiliki kepercayaan diri dan meningkatkan kapasitasnya.
5. Membimbing
perempuan agar memiliki kemandirian terutama kemandirian ekonomi.
6. Memberi
ruang bagi perempuan untuk berkarya dan mendukung segala usaha/bisnis yang
sedang dirintis.
C.
Simpulan
Marginalisasi dapat diartikan sebagai peminggiran atau upaya pemiskinan. Marginalisasi merupakan suatu bentuk ketidakadilan gender yang masih banyak ditemui di masyarakat. Dalam prosesnya marginalisasi dapat muncul dari berbagai sumber. Marginalisasi juga terdapat di berbagai bidang salah satunya di sektor ekonomi. Perempuan harus memiliki daya saing dan kemandirian agar bisa mendapat tempat di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya upaya memfasilitasi perempuan dalam mengembangkan diri. Pada dasarnya peran perempuan dalam mendukung perekonomian sudah sangat besar akan tetapi masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Oleh sebab itu, perlu adanya kerjasama berbagai pihak untuk menghapuskan marginalisasi demi terwujudnya kemandirian perempuan di sektor ekonomi.
Daftar Pustaka
[1][1] R.
Probosiwi, “Perempuan Dan Perannya Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial
(Women and Its Role on Social Welfare Development),” Natapraja, vol. 3,
no. 1, 2015, doi: 10.21831/jnp.v3i1.11957.
[2] E. Aslan, M. K.
Hermansen, and E. Medeni, “Early Community Politics and the Marginalization of
Women in Islamic Intellectual History,” Muslima Theol., no. September,
2016, doi: 10.3726/978-3-653-03238-3/5.
[3] D. Muliadi,
“Universitas Sumatera Utara 7,” pp. 7–37, 2015.
Lomba Cipta Baca Puisi:
“SUARA PUAN”
Oleh: Fajry Annur
Suara-suara sumbang masih
melantun dengan khidmat
Antara bersuara dan juga bisu
dengan seksama
Siapa yang disuarakan di sini?
Perempuan telah hilang nilai
dalam hak asasi
Siapa yang musti membela?
Jika bukan kaum Puan sendiri
Perempuan yang melahirkan
zaman
Tak pantas dilucuti dalam
sejarah peradaban
Berserulah, sebab dari kita
orang-orang hidup
Jika tangis lirih kita masih
terabai
Setidaknya harum suara kita
masih bergema membelai
Bukan dengan senjata, kita
membela dengan akal budi
Kita perempuan yang Berdikari
Bersuara lantang atas ketidakadilan
yang terjadi
Kita perempuan yang hebat
Kuat dan tangguh, meski hati
merona terluka
Bungkam bukan solusi
Nenek kita pertiwi sedang
dilucuti
Saudara kita direnggut harga dirinya
Mari bersuara Puan! Bungkam
mereka yang menginjak-injak martabat!
Solo, 27 Desember
2021
No comments:
Post a Comment