Pengen Jadi Orang Baik, Tapi Kok Belum Bisa Berubah Ya? Cari Hidayah Ala Mahasiswa


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya, niscaya Allah akan teguh-fahamkan ia dalam urusan agama” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tulisan ini diawali dengan sebuah Hadits dari Rasulullah yang memiliki makna bahwa setiap orang yang Allah kehendaki kebaikan, kedamaian, ketenangan dalam hidupnya, maka Allah akan memudahkan, mengarahkan, dan memberikan jalan yang tepat baginya untuk menuntut ilmu terutama ilmu agama (Islam). Allah akan kuatkan pemahamannya dalam persoalan-persoalan agama. Hadits ini sejatinya sudah menjanjikan kepada siapapun akan kebaikan yang Allah berikan kepadanya, artinya bukan berarti hanya ketika Allah menginginkan kepada seseorang kebaikan baru orang tersebut dipahamkan persoalan agama, justru sebaliknya setiap orang itu harus berusaha memahami urusan agamanya sehingga Allah ridha memberikan kepadanya kebaikan. Secara khusus Hadits ini berkaitan dengan motivasi semangat dalam menuntut ilmu agama dengan pemahaman yang lebih luas, bahkan dalam hadits riwayat lainnya menunjukkan keutamaan menuntut ilmu khususnya ilmu agama adalah semisal dengan Jihad fii sabilillah (Berjuang di jalan Allah).

Tetapi, penulis tidak akan membahas lebih detail perkara semangat dalam menuntut ilmu, penulis ingin mengartikan kebaikan yang dimaksud pada hadits tersebut secara lebih luas lagi sebagai penegasan urgensi pentingnya menghadirkan urusan agama dalam kehidupan. Kebaikan yang dimaksud pada hadits tersebut juga bisa diartikan sebagai hidayah atau petunjuk yang Allah berikan kepada setiap manusia. Semisal melihat konteks yang terjadi pada kehidupan mahasiswa saat ini yang sibuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan, mengejar cita-cita yang tinggi, berorientasi pada profesi pekerjaan terbaik, bermimpi dengan kehidupan yang mewah dan serba mudah, tetapi pada prosesnya itu sendiri tidak menghadirkan dalam dirinya keimanan yang sesungguhnya, tidak menerapkan makna dan kandungan yang ada pada hadits yang sudah tersebut, yakni menguatkan dan meneguhkan pemahamannya akan ilmu agama.

Sesibuk apapun seorang penuntut ilmu, jikalau menghadirkan dalam kehidupannya keimanan dan ketaqwaan, niscaya Allah akan berikan hidayah kepadanya untuk mempelajari ilmu agama sekalipun bukan pada bidangnya. Terkadang seringkali kita merasa tertinggal jauh dari ilmu agama karena kita tidak menuntut ilmu pada bidang studinya, padahal belum tentu mahasiswa yang berpendidikan di bidang ilmu agama itu sendiri paham akan ilmu yang dipelajari, masih banyak diantara mereka yang tidak benar-benar memahami esensi ilmu agama yang dipelajarinya karena mungkin belum mengamalkan sepenuhnya ilmu yang didapatkan sehingga tidak ada pemahaman yang berarti bagi mereka.

Di sisi lain bagi penuntut ilmu yang tidak secara khusus mempelajari di bidang ilmu agama, justru hal tersebut menjadi sebuah ujian yang Allah berikan kepada mereka, sebab Allah ingin menegaskan dan memperjelas, apakah mereka ingin berusaha memahami ilmu agama atau tidak? Apakah mereka benar-benar ingin mendapatkan kebaikan yang sesungguhnya atau tidak? Apakah mereka sadar bahwa ilmu-ilmu yang dipelajari itu juga adalah proses dalam mencari keridhoan Allah sebagaimana yang dimaksud pada hadits diatas?

Semua sudah jelas bahwa Allah memberikan pilihan kepada setiap hambanya yang menuntut ilmu, jika mereka mau berusaha memahami ilmu agama di samping mereka mempelajari ilmu-ilmu lainnya maka Allah akan memberikan hidayah kebaikan dan kemudahan padanya. Entah itu Allah mudahkan dia dalam mendatangi majelis-mejelis ilmu ataupun kajian-kajian yang dihadirkan oleh Ormawa, UKM, ataupun Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di waktu-waktu kesibukannya, Entah itu Allah getarkan dalam hatinya untuk mempelajari Alqur’an di lingkungan kampusnya, meramaikan kegiatan-kegiatan ibadah di masjid kampus, dan lain sebagainya. Tentu tidak terbatas hanya kepada mahasiswa saja dalam perkara menuntut ilmu agama, tetapi juga seluruh masyarakat Islam dimanapun dan kapanpun. Penulis mengarahkan pembahasan pada lingkup mahasiswa sebab mahasiswa identik dengan kaum intelektual yang menuntut berbagai macam ilmu pengetahuan secara luas, sehingga perlu rasanya mengingatkan kembali hakikat sebagai orang-orang yang berilmu khususnya pada persoalan ini.

Yaa, sejatinya Islam sendiri tidak membatasi pemeluknya untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan dalam kehidupan selagi ilmu-ilmu tersebut menjadikan manusia itu sendiri mampu mengenali hakikat dirinya sebagai hamba Allah yang taat dan beriman kepada-Nya. Maka dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa Ilmu agama sejatinya adalah sebagai dasar dari segala hal dalam kehidupan. Kita boleh menjadi seorang politisi yang memiliki jabatan tinggi dengan syarat tidak mengabaikan hukum-hukum Islam, kita boleh menjadi ahli di segala bidang pengetahuan dengan syarat harus meneguhkan keyakinan kita bahwa segala ilmu pengetahuan berasal dari sang Maha Mengetahui, kita boleh menjadi apapun yang kita inginkan asalkan kita paham bahwa ilmu agama berada diatas segala perkara, dan yang terpenting adalah tentang bagaimana segala hal di kehidupan kita berjalan diatas keridhoan-Nya. Semoga kita dapat mengambil Hikmah!! Wallahu a’lam bisshawab.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat!


Penulis: Muhammad Albi Almahdy

Share:

1 comment:

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan