Refleksi Diri : Mengkaji Tanpa Aksi Hanyalah Suatu Fantasi ?

Oleh IMMawan Ahmad Mahbubi

Bendahara 1 PK IMM FKIP UMS

Mahasiswa memiliki peran yang sangat besar dalam masyarakat, yaitu sebagai agent of change, iron stock, guarding of value, moral force dan yang paling penting yaitu sebagai social control yang dapat menjadi penyalur lidah antara masyarakat dan pemerintah. Untuk dapat menjalankan peran-perannya, tak jarang mahasiswa melakukan kegiatan mengkaji dan menganalisis terhadap keadaan yang tidak sesuai dengan keadaan idealnya. Agar dapat menegatahui secara utuh kejanggalan yang terjadi, dengan harapan mengembalikan kepada keadaan yang di idealkan.

Menurut KBBI, mengakaji yaitu belajar, mempelajari, memeriksa, memikirkan, menguji atau menelaah. Sehingga dapat ditarik suatu arti, bahwa mengkaji adalah suatu kegiatan untuk mempelajari suatu keadaan dengan memeriksa, menguji maupun menelaah hingga menciptakan suatu kesimpulan yang harusnya dapat menciptakan suatu perbuatan yang nyata.

Lalu benarkan apabila mengkaji tanpa melakukan aksi hanyalah suatu fantasi belaka ?

Tidak bisa dibilang benar juga, karena menurut Safira Andriana (2017) bahwa apabila telah dilakukan suatu kajian terhadap suatu isu, maka dilakukan aksi. Hal ini mungkin sulit dilakukan di tingkat Mahasiswa secara langsung namun, aksi ini dapat berupa tulisan-tulisan yang ditujukan kepada instansi terkait seperti pemerintah, perusahaan ataupun organisasi.

Memanglah harapan dalam mengkaji adalah suatu aksi, karena pada saat kita mengkaji isu-isu kontemporer misalnya, kita akan mengetahui ilmunya dari berbagai sumber, lalu melakukan analisis serta mengkorelasikan antara keadaan idealnya dengan realita yang terjadi. Dengan harapan setelah kita mengetahui kesenjangan yang terjadi, lalu melakukan implementasi untuk meminimalisir kesenjangan yang terjadi dengan melakukan suatu aksi, baik itu secara lisan maupun tulisan.

Bagaimana dengan IMM sekarang ini ?

Menurut sudut pandang penulis yang hampir 2 tahun berproses di IMM FKIP UMS, tak dapat dipungkiri bahwa mengkaji merupakan kultur dari IMM sendiri. Namun sekarang ini, penulis mendapati bahwa kader-kader IMM semakin tidak peka terhadap isu-isu kontemporer yang bahkan terjadi di lingkungan kampus sekalipun. Contoh kecilnya yaitu isu Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) yang dilakukan oleh salah satu dosen di UMS sebagai pelaku dan mahasiswa baru sebagai korban. Ada banyak kader IMM FKIP yang tidak tahu mengenai isu tersebut.

 

 

Dan dimanakan IMM FKIP saat itu ?

Padahal kita tahu, bahwa di dalam organisasi IMM terdapat bidang IMMawati yang selalu melakukan kajian-kajian mengenai kesertaraan gender, HAM, kekerasan dan kesetaraan gender. Di manakah semua kajian tersebut? Penulis menyayangkan ketidakadaan aksi yang dilakukan oleh IMM FKIP terhadap isu tersebut.

Apakah spirit IMM menurut dari masa ke masa ?

Apapun itu, penulis berharap kader – kader IMM lebih respensif serta cepat tanggap terhadap isu – isu kontemporer yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta dapat melakukan kajian yang dapat menghasilkan output berupa suatu aksi, baik itu secara lisan maupun tulisan.

Share:

No comments:

Post a Comment

Popular

Labels

Recent Posts

Label Cloud

About (3) Agenda (15) Artikel (24) bidang hikmah (4) Bidang Immawati (1) Bidang Kader (3) bidang SPM (1) BTKK (5) buletin (2) Data Base (2) ekowir (1) galeri (6) Immawan (3) Immawati (10) Informasi (10) islam (2) Kajian (1) MAKALAH (2) muktamar48 (2) Opini (16) Organisasi (4) Profil (1) Puisi (4) Resensi (6) Review (1) struktur (2) Tabligh (2)

QOUTES

Tidak akan ada kebenaran yang muncul di kepala, bila hati kita miskin akan pemahaman terhadap ajaran agama Allah.
-KH.Ahmad Dahlan