RESENSI BUKU
Oleh: Dewi Prasetyoningrum*
Judul : Perempuan di Titik Nol (Women at
Point Zero)
Penulis : Nawal el-Saadawi
Penerjemah :
Amir Sutaarga
Pengantar : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Cetakan : Ke-12 (2014)
Tebal : xxiv + 156 halaman
Ukuran : 11 x 17 cm
“Jika salah satu satu anak perempuan mati,ayah akan menyantap makan
malamnya,ibu akan membasuh kakinya,dan kemudian ia akan pergi tidur.seperti itu
ia lakukan setiap malam.apabila yang mati itu seorang anak laki laki,ia akan
memukul ibu kemudian makan malam dan
merebahkan diri untuk tidur.”(Nawal El Sadawi 2002,h.26)
Salah satu kutipan yang terdapat didalam
novel perempuan di titik nol yang ditulis oleh Nawal El Sadawi. Nawal el sadawi
adalah seorang dokter dan penulis berkebangsaan mesir. Dalam karyanya,Nawal selalu menonjolkan
kritik pedas atas kondisi realitas sosial masyarakat.terutama keadaan
masyarakat mesir yang pada saat itu masih kental dengan nilai-nilai patriarki. Lewat
novel ini nawal menceritakan seorang perempuan mesir bernama firdaus, seorang pelacur sukses yang
kini menunggu hukuman mati dipenjara Qanatir karena telah membunuh seorang laki
laki
Budaya patriarki sudah sangat kental
dalam kehidupan firdaus selagi ia kecil. Firdaus lahir dari keluarga miskin dan ayahnya merupakan
seorang egois dan pemarah.
Firdaus,saudara saudaranya dan ibunya sering mengalami penganiayaan baik
dari segi fisik dan mental. Pengalaman seksual firdaus dimulai sejak ia masih anak anak yaitu teman
sepermainannya bernama muhammadain.
Setelah ayah dan ibunya meninggal.kemudian firdaus diasuh oleh pamannya di
kairo.meski bersikap lebih baik dan lembut daripada ayahnya. Pamannya sama saja
dengan ayahnya yang tak sering melewatkan kesempatan untuk menggerayangi
firdaus. Saat firdaus menginjak masa remaja ia ingin sekali belajar di kairo
mengikuti jejak pamannya.firdaus sendiri merupakan anak yang cerdas ketika di
asrama ia bersekolah. beberapa tahun kemudian Firdaus lulus dari sekolah,
kemudian ia kembali ke rumah pamannya. Namun Istri pamannya yang tidak suka
dengan keberadaan firdaus kemudian mengusulkan untuk mengawinkan firdaus dengan
mahmod seorang pria tua kaya namun kasar
dan serakah. Firdaus ditukarkan dengan mahar yang sangat mahal. Pada suatu
peristiwa firdaus dipukul dan keluar dari rumah.
Kemudian firdaus bertemu bayoumi. Yang awalnya baik tetapi sama saja dengan ayah
dan suaminya. Yang suka memukul dan melecehkan dirinya.karena merasa tidak
nyaman,firdaus pun lari dari bayoumi. Kemudian firdaus bertemu sharifa
perempuan yang memberikannya tempat tinggal yang nyaman. Dan sejak itu pula
firdaus menjadi pelacur. Firdaus yang sadar bahwa dia hanya dimanfaatkan oleh
sharifa untuk memndapatkan uang. Akhirnya Kemudian dia sadar dan kembali pergi
dan mencari pekerjaan dengan menggandalkan ijazah sekolahnya. Di tempatnya
bekerja, Firdaus jatuh cinta kepada Ibrahim. Tetapi ternyata Ibrahim akan
segera menikah dengan anak Manager perusahaan.firdaus sakit hati dan memutuskan
keluar dari perusahaan itu. Ia kembali menjadi pelacur. Pelacur yang sukses.
sehingga seorang germo memaksa Firdaus bekerja untuknya. Ternyata dari
pengalamannya selama ini, Firdaus pun sadar dan menjadi perempuan yang tak mau
lagi di injak-injak harga dirinya oleh kaum pria. Namun karena sang germo
memaksa dan mengancamnya, Firdaus pun memegang sebilah pisau dan menghujamkan
beberapa tusukan, sehingga akhirnya ia membunuh sang germo. Sebenarnya Firdaus
bisa bebas dengan meminta pengampunan ke Presiden namun Fidaus menolak. Firdaus
menggunakan kepasifan sebagai senjata perlawanan.firdaus lebih memilih untuk
diam dan mempertahankan harga dirinya sebgai bentuk perlawanan.termasuk
menerima hukuman mati.
Novel ini banyak sekali memuat ketidakadilan gender
mulai dari marginaliasi perempuan,subordinasi streotipe,kekerasan dan masih
banyak lagi .novel ini sangat bagus untuk kalangan laki-laki maupun perempuan.
Karena banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari novel ini. Bagaimana
perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan haknya. Menurut Nawal penindasaan terhadap wanita bukan karena
timur atau barat,atau karena islam atau agama agama lain. Namun disebabkan oleh
budaya patriarki yang berkelas dalam
masyarakat manusias secara keseluruhan.akan tetapi,selama kaum perempuan masih
tetap terlena dan tidak sadar akan posisinya dalam kehidupan masyarakat,maka”
penindasan” tetap selalu ada.
*Anggota Bidang Organisasi IMM Komisariat FKIP UMS Periode 2018-2019